MENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN!
AREA BUCIN JUGA SEXS!
FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE!
BOYFRIENDS SERIES 04
Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_____
Dia fikir dengan kembali bekerja dan memfokuskan fikiran juga dirinya untuk Rapat dengan semua Devisi akan bisa mengalihkan perhatian juga rasa sedihnya. Yola kira dengan pulang nya Aditsya saat dia kembali dari kamar mandi tadi akan membuat nya bisa lupa akan apa yang terjadi hari ini.
Namun nampaknya tidak. Dia masih saja di lingkupi semua bayang bayang juga kata demi kata itu dengan perlahan. Seolah mereka ingin membuat nya semakin menyedihkan. Dan Yola tak pernah mau itu. Dia tak akan larut dalam kesedihan. Dia tidak boleh terlalu berharap.
Tidak Yola tak boleh begini. Tapi figure cowok itu yang kini tengah fokus mendengar semua keluhan juga saran dan ide dari tiap Devisi berhasil meruntuhkan seorang Yola. Meruntuhkan prinsipnya! Dia harus apa semesta? Bagaimana dia bisa menjadi seperti ini? Dan mengapa?
Kenapa dia harus jatuh hati pada cowok itu, kenapa dia harus mengagumi semua hal dalam cowok itu bahkan cara cowok itu berdiri dan kembali duduk sebelum tangan cowok itu terulur untuk mengambil segelas air dan meminumnya, bagaimana hal sekecil itu bisa membuatnya jatuh hati dan terpesona?
Ini tidak baik. Mari lupakan semua ini Yola. Cewek sepertinya tak boleh terlalu terpesona itu tak akan baik untuk dirinya sendiri. Baiklah mari lupakan semuanya.
Sedikit tertegun Yola menatap sekeliling heran, saat tak mendapati siapapun hanya tinggal dirinya dan Devano dalam ruangan. Yola menatap atasannya itu kikuk, saking tak mengerti dengan semua ini dia sampai tak konsentrasi.
"Kamu kenapa Yola? Apa ada masalah?" Yola menggeleng walau hatinya berteriak iya!
"Lalu kenapa kamu terus tidak fokus selama rapat? Apa ada yang mengganggu kamu?" Sial, tidak kah cowok di depannya itu mengerti kalau dia sendiri yang menjadi gangguan dalam hati dan kepalanya? Apa harus Yola berteriak dan memaki cowok itu? Di dalam ruang rapat ini hanya ada mereka berdua kan? Jadi mungkin tak akan ada yang tau kalau dirinya membentak cowok itu. Tapi Yola kembali menggeleng. Membuat Devano hanya bisa menangguk pelan.
"Baiklah. Kamu bisa mengatakan kalau ada masalah Yola, kita tidak terpaut jauh. Kamu bisa bercerita jika kamu mau." Lagi lagi Yola hanya menangguk berbanding terbalik dengan hatinya yang berseru 'bodoh' memaki dirinya sendiri.
"Itu setidaknya bisa nguruangin beban kamu. Dan kamu bisa lebih fokus dalam bekerja nantinya. Kamu paham?" Yola menangguk, tapi tidak dengan hatinya.
Andai cowok didepannya itu bisa mendengar suara hati seperti dalam sinetron yang pernah ada itu. Dia yakin cowok itu akan tau apa yang hatinya katakan yang sungguh berbeda dengan apa yang dia ucapkan. Sayangnya tidak, cowok di depannya itu tidak bisa. Dan Yola hanya bisa berharap cowok itu tau kalau alasanya dan penyebab dirinya melamun selama rapat adalah cowok itu sendiri. Pasti. Yola yakin cowok itu akan terkejut dan tak menuangkan. Tapi tidak.
"Baik lah. Kamu boleh pergi" menatap sebentar wajah Devano, Yola kemudian mengangguk patuh setelahnya di susul pergerakan cewek itu yang mulai merapihkan semua berkas dan beranjak.
Namun belum sempat Yola melangkahkan kakinya, suara Devano lebih dulu menghentikan gerakannya. Menoleh Yola menatap sang atasan tanya.
"Iya Kak?"
"Ganti parfume Kamu" Yola mengangkat satu alisnya tak mengerti, memangnya ada yang salah dengan parfume nya?
"Kenapa ya Kak? Apa terlalu menyengat?" Devano menggeleng, membuat Yola semakin bertanya tanya.
"Tidak. Hanya parfume itu khusus untuk Aditsya" menatap dalam, Devano mengulas senyum tipis, berbanding terbalik dengan Yola yang menangguk dengan senyum manis.
"Baik pak. Kalau begitu Saya permisi" cowok itu mengangguk, membiarkan Yola berlalu keluar dari ruang rapat yang kini hanya di isi oleh nya.
Di sepanjang jalan menuju ruangannya, Yola tak pernah berhenti bertanya tentang apa yang Devano katakan sebelum dirinya keluar dari ruang rapat tadi. Dia tidak salah mendengarkan kalau parfume yang dia pakai ini adalah parfume khusu untuk Aditsya? Tapi memang benar, kalau dia juga menginginkan parfume ini setelah mencium aroma wangi dari Aditsya. Tapi apa iya Parfume ini hanya khusus untuk Aditsya, lalu kenapa Aditsya membiarkannya memiliki parfume yang sama? Bahkan Aditsya memberinya beberpa. Ini sedikit ganjal untuknya, apa Aditsya ingin dirinya terlihat seperti cewek itu? Atau itu hanya pemikiran nya saja? Sepertinya dia harus menanyakan ini pada Aditsya sesampainya di ruangan nanti.
Tak mau mengambil waktu lama, Yola dengan cepat membuka handphone miliknya sebelum setelahnya menekan tombol panggil pada nomor Aditsya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Yola mendengar suara menyapa telinganya.
"Hallo La? Kenapa?"
"Hallo Sya. Umm Gwe mau nanya sesuatu sama Lo, gak lama Kok. Bentar doang." Yola menangguk dengan ujung kuku yang cewek itu gigit perlahan. Cara terbaik menekan kecemasan, versi dirinya.
"Boleh, nanya apa La? Ada masalah di kantor? Apa gimana" Yola menggeleng, sesuatu yang tak akan bisa Aditsya lihat.
"Enggak enggak. Ini bukan soal Kantor. Ini tentang parfume yang Lo kasih"
"Ah Parfume, kirain masalah Kantor. Emang kenapa La? Lo mau beli, apa gimana?"
"Gue cuma mau nanya. Umm ini bukan parfume khusus buat Lo kan?" Yola menunggu saat seseorang di seberang sana tak langsung menjawab pertanyaanya.
"Sya?"
"Um iya La. Maaf Soal parfume itu, Lo tau dari mana? Kalo itu khusus?"
"Devano"
"Sorry ya. Gwe lupa bilang sama Lo. Ini emang khusus buat Gwe. Gwe sendiri yang milih campurannya. Tapi gak papa kok La, kalo Lo juga mau make. Gwe seneng seneng aja kalo Lo pake yang sama kaya Gwe" Yola menggeleng, dia tau Aditsya tak akan melihat itu.
"It's oke Sya..Gwe Kayaknya yang harus minta maaf karena gak nanya dulu ini khusus atau bukan. Umm kayaknya Gwe ganti aja deh. Lo bisa kasih tau Gwe tempat Lo bikin parfume-nya? Gwe kayaknya mau bikin sendiri juga. Milih campurannya maksud Gwe"
"Boleh La. Maaf ya sekali lagi. Gwe kirim alamatnya lewat chat ya? Udah dulu ya La. Gwe lagi ada di jalan soalnya. " Yola menangguk. Walau tau itu tidak berguna.
"Oke Makasih ya Sya. Sorry juga" menutup sambungan telfon Yola mengusap layar hitam handphone nya dengan sendu. Sedikit mengerti mengapa saat pertama kali masuk dan bertemu pak Samsul, pria paruh baya itu memanggilnya 'Nona' dan paham mengapa saat pertama kali memperkenalkan diri Devano memanggilnya 'Hanny'.
Ck! Seharusnya dia tau sejak awal. Harusnya dia mengerti sejak pertama kali, dan bukan malah menganggap semua itu karena dirinya sendiri. Dia bodoh ternyata. Dia tak mengerti pada hal yang sekecil ini. Ck betapa bodoh kamu Yola!
_____
Yah Yola tau kalo Parfume itu khusus, haduhh haduh. Dia gak tau aja kali ya siapa yang buat Parfume khusus itu buat Aditsya. Hahah