_22: Semoga semuanya Baik-baik aja II_

455 9 0
                                        

Kini Yola dan Devano tengah berada di dalam mobil miliki cowok itu menuju rumah Yola. Tadi setelah percakapan singkat antara Devano dan Aditsya yang tak berakhir baik, Cowok itu, Devano segera pamit pada sang pemilik acara dan membawa serta Yola untuk pulang.

Yola yang tau bahwa tak ada akhir baik dalam percakapan Devano dan Aditsya sejak sahabatnya itu kembali ke ruang acara dengan raut kentara sebal sebelum meninggalkan acara dengan Bagas yang membawa sahabatnya itu pergi. Sejak saat itu Yola sadar tak ada akhir baik dalam percakapan mereka dan lebih memilih diam saat Devano mengajak nya untuk segera pulang.

Tapi Yola tak bisa terus-terusan diam dan seolah dia tak tau apa-apa padahal jelas dia tau semuanya. Tau kalau antara dirinya, Devano dan Aditsya, mereka tak baik-baik saja. Juga tau kalau masalah ini juga terdapat dia didalamnya.

Dia tidak bisa tidak perduli padahal dia juga menanti kejelasan apa yang akan terjadi padanya, pada Devano juga pada Aditsya dan mungkin hubungan tak jelas antara dirinya dan Devano.

Menoleh Yola menatap Devano sebentar sebelum mengajukan memanggil cowok itu dan bertanya.

"Ka?"

"Humm? "

"Tadi... apa yang kalian omongin?" Yola bertanya ragu, apa lagi saat dia dapati Devano yang terdiam sebelum menoleh ke arahnya dan tersenyum lembut.

"Ya.. Aditsya marah. Tapi kamu gak perlu khawatir, semua bakal baik aja Yola. Saya berani jamin itu" Yola menangguk dengan senyum kecil mencoba meyakinkan diri kalau dia akan baik-baik saja dan semua juga begitu.

"Semoga semua baik aja ka" Devano mengangguk pelan.

Membiarkan hening memeluk mereka yang tengah bergulat dengan pikir. Memikirkan akan jadi apa semua ini, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, memikirkan apa yang akan ada di antara mereka setelahnya.

Apa hanya teman, karyawan dan bos, sekertaris dan atasan, sepasang kekasih atau parahnya dua orang yang saling melupa?

Suara dari pembawa radio yang menyala di mobil mengintruksi sebelum setelahnya lagu milik Keenan Te - Forever with you mengalun pelan mengisi kekosongan dalam hening antara keduanya.

* do you remamber the night in december..
We sat in your car wonderin' if we could better..*

"Apa semua bakal baik-baik aja?" Yola bergumam pelan, sebelum menoleh menatap Devano yang mengulum bibir seperti menahan sesuatu untuk di utarakan.

Yola tau kecil kemungkinan semua bakal baik-baik saja, dan kecil kemungkinan dirinya akan berakhir memilki Devano di sisinya.

Dia tau, dia tak bodoh untuk membaca semua yang terjadi. kemarin, mungkin Devano hanya membutuhkan pengalihan hingga menjadikannya tempat yang tepat untuk melepas segala gundah. Mungkin cowok disampingnya itu hanya perlu sedikit waktu untuk melepas sejenak diri dari Aditsya dan penasaran terhadap dirinya yang memang sudah jatuh pada pesona cowok itu bahkan sebelum dirinya bekerja pada cowok itu.

Tapi mungkin Semuanya hanya tipuan, hanya uji coba, hanya pelepas ragu dan rasa penasaran, atau hanya permainan di kala senggang. Mungkin tidak seharusnya Yola datang, tidak seharusnya dia bekerja di perusahaan Devano yang membuat semua ini terjadi sekarang. Mungkin harusnya dia bersikap biasa, bersikap sebaik mungkin agar tidak terlalu kentara menyukai cowok itu, tapi dasar hatinya bodoh, dirinya yang lemah hingga mudah sekali jatuh pada pesona seorang Devano yang selalu mengikat dirinya dan membuatnya berakhir di sini sekarang.

Merasa bersalah untuk semua hal yang terjadi, merasa menjadi penyebab atas pertengkaran yang terjadi antara Aditsya dan Devano. Penyebab atas masalah dan kebisuan yang terjadi sekarang. Dia benci dirinya sendiri.

"Dev"

"Hmm?"

"Aku gak tau apa yang terjadi sama kota beberapa hari terakhir. Atau mungkin permainan apa yang kamu tengah lakuin di luar kendali aku. Aku masih belum ngerti semuanya, dan aku ngerasa bodoh karena ngebiarin ini gitu aja" Yola menjeda kalimatnya menoleh sebentar ke arah Devano yang sesekali menatapnya dan jalanan senggang di depan sana.

"Aku gak masalah, jujur dan sungguh aku gak bakal mempermasalahkan apapun yang akan terjadi untuk kedepannya. Baik atau buruk untuk aku, bahagia atau sedih nantinya aku gak masalah sama itu." Sekali lagi Yola menjeda, menahan nafas sebentar guna menghalau air mata yang hendak jatuh.

"Aku gak pernah berharap banyak Dev. Aku gak pernah berharap kamu akhirnya ada di pihak aku. Aku gak pernah berharap banyak" menghela nafas, Yola menggigit bibir bagian dalamnya pelan.

"Aku siap melepas semuanya kapan pun termasuk kamu. Dan aku yakinkan aku bakal baik-baik aja walau bakal banyak nangis karena kangen sama kamu, hehe" Yola menoleh sebentar menatap Devano yang kini menatapnya.

"Kita udah dewasa buat milih mana yang terbaik Dev. Dan aku percaya apapun keputusan kamu itu adalah hal terbaik. Maaf kalo aku emosional buat saat ini" Yola mengalihkan pandangan cepat, membiarkan air mata yang berusaha dia tahan jatuh dengan remasan pelan yang dia lakukan antara jari-jarinya.

Mengangguk pelan, Yola menoleh dan mendapati mobil yang sudah berhenti tepat didepan rumahnya, mengulas senyum Yola mengusap kasar air mata yang jatuh tadi, menghalau agar air mata yang lain tak jatuh dengan tersenyum walau ending nya tetap jatuh juga.

"Yola?"

"Udah malem Ka. Pulang ya? Aku mau istirahat. Makasih udah di anterin pulang. Selamat malam dan hati-hati di jalan"

Yola segera beranjak keluar dari mobil dan memasuki rumah tanpa menoleh, membiarkan Devano yang menundukkan kepala cowok itu pada kemudi mobil meratap bingung atas apa yang terjadi.

____

Devano merutuk pada handphone yang tak kunjung mendapat jawaban. Sudah 5 kali dia mencoba menghubungi Aditsya namun wanitanya itu tak kunjung menjawab panggilannya.

Mendudukan diri pada Sofa ruang tamu, Devano menatap handphone yang dia letakan pada meja dengan pikiran campur aduk. Apa yang harus dia lakukan kalau Aditsya tak mau mengangkat telfonnya juga enggan menemuinya. Dia rasa dia bisa gila mungkin.

Dengan keyakinan setipis kertas, Devano berharap kali ini panggilannya di angkat oleh wanita itu, setidaknya Aditsya mau mendengarkan penjelasannya dan membuatnya bisa sedikit bernafas lega.

Devano menunggu, berharap kali ini Aditsya mau menjawab panggilan telfonnya setidaknya beberapa menit untuk mendengar alasan juga penjelasannya.

"Kenapa?!" Devano meringis saat mendengar suara Aditsya yang tak bersahabat.

"Hanny dengerin Aku ya. Kasih Aku waktu buat jelasin sama Kamu hanny. Aku mohon"

"Dev, Aku cape. Aku butuh istirahat lagian apa sih yang mau Kamu jelasin hah?"

"Hanny Kamu harus dengerin Aku dulu. Aku sayang sama Kamu hanny. Aku mohon dengerin penjelasan Aku ya?"

"Dev Aku cape. Aku mau istirahat."

"Oke oke gini. Besok kita ketemu Aku jelasin semuanya. Aku jemput Kamu oke?"

"Fine! Bay"

Devano meletakan handphone nya tanpa minat, mengacak rambutnya kesal juga berteriak frustasi, dia tidak tau akan jadi apa esok hari saat dirinya bertemu Aditsya dan menjelaskan semuanya. Apa semua akan berakhir baik atau justru sebaliknya. Dia takut, dia tak siap dia ragu. Bagaimana kalau dia akhirnya tidak bisa melepas Aditsya atau sebaliknya Aditsya melepasnya disaat dia masih ragu akan semua hal yang dia lakukan beberapa hari terakhir.

Sial, entah kenapa bayangan Yola yang mendesah di bawahnya dan senyum manis cewek itu mengakuisisi pikirannya yang terjebak dengan bayang Aditsya yang menjauh.

Apa yang akan dia lakukan...

Sanggupkah dia melepas Aditsya...

Atau bisakah dia kembali asing dengan Yola?...

_____

DEVANO | OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang