MENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN!
AREA BUCIN JUGA SEXS!
FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE!
BOYFRIENDS SERIES 04
Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
______
Yola pikir suara lift yang berdenting di susul pintu lift yang terbuka itu akan menampilkan salah satu office boy, atau mungkin salah satu ketua Devisi yang hendak meminta tanda tangan Devano yang kini masih berdiam diri di dalam ruangan cowok itu. Namun figure yang keluar dari lift dengan tampilan santai namun anggun itu menyita perhatian Yola sepenuhnya. Bahkan dia sampai berdiri dari meja yang ada di depan Ruangan Devano dan juga di depan Ruangannya, Hanya untuk memastikan kalau figure yang sekarang tengah berdiri didepannya ini adalah dia, Aditsya. Sahabatnya.
Sebenarnya kalau di pikir pikir memang tak aneh kalau Aditsya datang ke kantor ini, secara sahabat nya itu pernah bekerja di sini tapi apa bisa sebebas itu? Aish dia lupa kalau cewek di depannya ini pernah mengatakan kalau cewek itu memiliki beberapa persen saham di perusahan ini. Tapi tidak bisa semudah itu datang kan? Apa mungkin Aditsya hanya mampir dan menyapanya? Itu bisa saja kan? Dan menurut nya itu alasan paling rasional yang dia pikirkan. Namun sepertinya Yola haris bertanya agar semua pertanyaan dalam kepalanya ini tak semakin banyak.
"Aditsya? Lo ngapain disini?" Yola tak mendengar jawaban, cewek itu hanya mendengar pintu ruangan Devano yang perlahan terbuka sebelum kemudian menampilkan figure cowok itu dengan wajah yang merekah senang.
"Kak Dev" Yola menunduk sebentar, bersamaan dengan Devano yang membalasnya dengan anggukan kepala, sebelum tangan cowok itu Yola lihat merangkuh pinggang Aditsya lembut dengan kecupan kecupan pelan yang cowok itu berikan pada pipi kiri Aditsya yang menatapnya dengan senyum manis.
Ini Yola tidak salah lihat kan? Devano mencium Aditsya? Itu benar? Dia tidak tengah bermimpikan? Atau mungkin dia tengah melamun? Sayangnya tidak. Suara yang bersahutan didepannya itu nampak nyata di pendengarannya.
Tapi tidak! Bisa saja mereka hanya sepupu atau memang saudara, dan adegan mencium pipi itu wajar kan untuk sepupu. Ya ya ya, Yola yakin itu.
"Kamu kenapa gak masuk?" Devano nampak bertanya dengan tangan cowok itu yang tak tinggal diam, kini menyelipkan beberapa helai rambut Aditsya pada telinga sahabatnya itu.
Yola masih memperhatikan, masih mencoba menenangkan diri dengan berkata 'mereka mungkin sepupu' seperti kebanyakan cewek yang menolak kebenaran.
"Aku mau masuk Dev, cuma Aku mau nyapa Sahabat Aku dulu."
"Sahabat? Ah Yola! Kalian sahabatankan?" Aditsya mengangguk begitu juga dengan Yola yang masih mengulas senyum dengan usapan juga tepukan ringan yang Aditsya beri pada lengan atas Yola yang mengulas senyum kikuk.
"Iya Dev. Masa kamu lupa sih. Gimana? Kerja Yola bagus kan? Dia gak ngecewain kamu kan?" Devano menangguk dan kata yang keluar dari bibir Devano yang menjawab pertanyaan Aditsya menjadi beberapa kata yang berhasil membuat Yola terdiam.
"Enggak kok Hanny. Yola kerjanya bagus. Dia juga gak ngecewain Aku. Udah yul kita masuk dulu. Kamu pasti cape jalan berdiri di lift tadi, hmm?" Aditsya mengangguk. Namun sebelum berlalu, cewek itu pamit pada Yola yang menatapnya dengan senyum manis.
"La, Gwe masuk bentar ya. Lo semangat kerja nya oke?" Yola menangguk, membiarkan Devano menuntun Sahabatnya dengan tangan cowok itu yang berada pada pinggang Aditsya, merangkuh posesif.
Yola masih mengulas senyum, masih meyakinkan diri kalau dia orang yang berbeda jenis di dalam ruangan yang kini tengah dia lihat dari balik jendela kaca itu hanya sepupu. Yola yakin itu. Walau terbersit tanya juga keraguan dalam hatinya Yola tetap pada pemikirannya kalau Aditsya dan Devano hanya sepupu. Dia yakin itu.
Namun pemandangan yang dia lihat saat ini, adalah hal yang mampu meruntuhkan ekspektasi juga keyakinan yang dia buat tadi. Yola menggeleng, berusaha keras menolak apa yang dia lihat sekarang, tapi adegan di dalam sana yang nampak semakin memanas membuat Yola mencupit tangannya sendiri, masih berusaha menolak kalau adegan di dalam sana, yang tengah dia lihat itu hanya halusinansinya.
Tapi rasa sakit yang timbul dari titik yang dia cubit sendiri barusan menyadarkan dirinya kalau semua itu benar. Kalau adegan yang masih berlangsung di dalam sana itu asli apa lagi saat cowok yang tengah mengusap tengkuk Aditsya di dalam sana itu tak sengaja meliriknya sebelum setelahnya Yola dengar bunyi 'clik' di susul kaca yang semula menampilkan adegan didalam itu tertutup perlahan dengan warna hitam.
Yola tertunduk dengan kepala yang cewek itu tempelkan pada kaca yang kini berada di belakangnya. Menatap kosong ke depan, Yola memejamkan mata sebentar, dengan tangan yang merasakan jantungnya berdetak gila seolah ingin meledak.
Menghembuskan nafas perlahan, Yola membuka mata, menatap kosong ke arah lift yang berada di sudut sana, sebelum pandangan cewek itu beralih pada vas bunga mawar kecil di atas meja nya. Mengulas senyum, Yola menatap kosong pada bunga di depannya.
"Aditsya pacarnya Devano? Dan mereka bukan sepupu!" Yola terkikik kecil, atas pertanyaan yang lebih tepat di sebut pernyataan itu dengan senyum miris.
"Kayaknya Lo harus mundur La! Saingan Lo susah!" Yola menggeleng dengan anggukan pelan. Dia nampak menyedihkan sekarang. Namun senyum di bibir cewek itu membuat siapapun tak akan tau kalau dia tengah berusaha menahan air mata. Seperti Didi salah satu Office boy yang baru melewatinya tadi.
Yola menangguk, dengan tundukan pelan yang menumpukan kepala pada lipatan tangan di atas meja. Yola kira hari ini akan berjalan seperti bisa dengan kejadian kejadian kecil yang akan membuatnya tersenyum sendiri, di dalam ruangan. Tapi ternyata dia salah. Justru dia mendapat kejadian yang mampu membuatnya tak bisa menahan tangis, ini menyedihkan bukan? Kemarin baru saja dia dan cowok di dalam sana itu makan di luar dengan usapan yang cowok itu lakukan pada sudut bibir nya yang tak bisa dia lupakan. Dan sekarang? Dia bahkan melihat tangan cowok itu mengusap tengkuk sahabatnya. Sahabatnya!
Bagus sekali bukan hari ini? Nampak jelas sekali kalau dia terlalu berharap sedang yang dia harapkan adalah milik orang! Menyedihkan, menyedihkan sekali Yola! Dan yang peling menyedihkan adalah, orang itu adalah sahabatnya sendiri! Coba bilang kurang menyedihkan apa lagi?
Tidak, Yola tidak bisa seperti ini. Dia pernah Bilang kalau tak masalah tidak dapat Devano asal dia bisa menjadi teman atau kenal lebih dekat dengan cowok itu kan? Ya ya ya, itu bener! Dia tak akan merasa sedih untuk ini, tidak tidak dia tak boleh sedih walau rasa itu memaksanya dengan amat. Tidak Yola tak boleh begini.
Mengangkat kepalanya, Yola menatap sebentar sekeliling, sebelum dia sadar satu hal. Aist pantas saja setiap meja di perusahan ini terdapat vas bunga kecil berisi bunga mawar merah. Dan bunga Anggrek yang melekat di beberpa titik tembok perusahan.
"Itu dua bunga kesukaan Aditsya. " Yola tertawa pelan, dengan usapan kasar yang cewek itu lakukan pada sudut matanya yang kembali menitikan air mata.
"Mereka kayaknya emang bener pacaran. Aishh" menipiskan bibirnya, Yola lebih memilih beranjak. Dia tak ingin jejak air mata nya ada yang tertinggal. Dia akan ke kamar mandi, memperbaiki riasan wajahnya. Atau?
Menangis?
Yola hanya ingin beranjak dari sini, sebentar. Setidaknya tak terlalu membayangkan apa yang tengah sahabatnya itu lakukan di dalam sana dengan pimpinannya. Ya Yola harus beranjak bukan?
_____
Kalian ada yang pernahngerasain di posisi Yola? Sama temen kerja atau temen deket gitu?