_08 : Tentang Devano_

244 5 0
                                    

Devano Maxime

Devano Maxime

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Kini sudah terhitung genap satu minggu Yola bekerja, dan dia mulai merasa nyaman. Tidak tidak Yola tak berniat untuk keluar sekolah bahkan hari selasa kemarin dia berangkat tentunya hanya sebentar setelah itu dia kembali untuk bekerja, Yola merasa sedih sih karena tidak bisa menghabiskan waktu di sekolah seperti biasanya, tapi ini yang dia inginkan sejak awal kan? Dan dia sudah cukup nyaman bekerja apa lagi pimpinannya adalah Devano Wahh makin betah Yola di kantor.

Dia merasa lebih dekat dengan cowok itu di banding di sekolah. Dan Yola merasa bahagia karena itu, walau tak dapat di pungkiri orang tuanya memaksa untuk agar dia berhenti, tapi terlanjur dia terjun, jadi biarkan dia mandi sebentar. Setidaknya dua bulan itu dia bisa menjadi lebih dekat dengan Devano ya sukur sukur bisa menjadi kekasih ahh Yola sangat menginginkan itu tapi Yola juga sadar diri dan tak terlalu muluk berharap dia dekat dengan cowok itu saja sudah bahagia apa lagi bisa bersama? Behh dia berasa menjadi manusia paling bahagia mungkin.

Tapi sungguh kalaupun dia dan Devano hanya akan manjadi teman atau pernah menjadi rekan kerja pun dia tak masalah. Dia tau posisinya di mana. Jadi ya,, Yola cukup sadar diri.

"Yola?" Yola menoleh cepat sampai tak sadar jarak yang ada seolah mengurungnya pada pandangan Devano yang kini berdiri tepat di depannya dengan sorot mengunci yang membuatnya tak sadar dengan posisi mereka sekarang.

Memundurkan langkah Yola mendengus kesal saat kakinya terbentur bagian bawah meja, membuat Devano yang melihat Yola meringis dengan segera menjongkokkan diri untuk melihat kaki Yola.

"Eh eh Kakak mau ngapain? " Devano menggeleng.

"Sudah diam saja. Coba lihat kaki kamu!" Yola ragu ragu mengangkat sedikit kakinya membiarkan Devano menatap pada tungkainya yang terbentur tadi dengan pandangan menelisik.

"Ini tidak terlalu parah." Cowok itu berdiri, melangkah sebentar pada rak di belakang nya sebelum membuka salah satu rak itu dan mengambil kotak P3K kecil di sana.

Kembali mendekat pada Yola, cowok itu meletakan kotak P3K kecil tadi di atas meja sebelum membukanya dan mengeluarkan salep dari dalam kotak itu.

"Nih, olesin pake ini biar memarnya hilang." Yola menangguk, dia menahan sesuatu dalan dirinya.

"Kamu bisa sendiri kan?" Yola sekali lagi mengangguk, membiarkan Devano tersenyum sebelum meletakan salep itu di atas kotak P3K.

"Bagus, Saya harus rapat. Saya ambil ini" berlalu setelah mengambil berkas yang cowok itu butuhkan dengan seulas senyum, berhasil membuat Yola memekik di tempat.

DEVANO | OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang