Yola tidak bisa berkutik bahkan dia sampai berseru dalam hati bahwa mungkin sosok pria dewasa di hadapannya sekarang adalah sosok malaikat yang turun dari khayangan. Karena sungguh bagaimana bisa pria berusia 50 tahun lebih itu bisa terlihat lebih muda 25 tahun dari umur aslinya? Tidakkah nampak sekali Tuhan tidak adil.
Menundukkan kepalanya Yola berusaha bersikap sebaik mungkin saat sekarang di berhadapan dengan pria dewasa yang menatapnya penuh penilaian itu. Jangan ditanya sudah sepakat dingin apa tubuhnya. Jelas itu tak bisa di katakan.
"Siapa dia?" Yola menengguk liurnya susah payah. Bahkan suaranya saja nampak jelas berwibawa. Dan pasti sangat mengintimidasi.
"Dia sekertaris pengganti Dev, Pah"
"Sekertaris pengganti Kamu? Bukannya Sekertaris pengganti kamu Aditsya? Kemana calon menantu papah itu?" Sekarang semua wibawa pria di depannya ini hilang sudah dimata Yola. Sungguh bagaimana bisa pria dewasa itu dengan mudahnya menyakiti perasaannya. Tidak kah pria itu tau kalau dirinya menyukai anak dari pria itu?
"Atau... Jangan bilang kamu dan Aditsya putus?"
"Ya enggak lah Pah. Aku cinta sama Aditsya gimana bisa aku putus dari dia."
"Terus kenapa kamu punya sekertaris pengganti disini?"
"Aditsya sekarang anak organisasi Pah, dia gak bisa bantu aku terus terusan. Jadi dia ngajuin temennya buat jadi pengganti. Ya ini dia orangnya" lagi pandangan pria dewasa itu mengintimidasi Yola. Dan Yola agaknya mulai benci situasi ini.
Seolah nampak jelas kalau disini dia tidak ada apa apanya di banding Aditsya. Memang itu benar sih, tapi apa harus sekentara itu? Nampak sekali cinta nya bertepuk sebelah tangan di tambah tatapan Papah Devano yang seolah menyorot perbedaan kasta diantara dirinya dan Devano yang hanya terdiam tanpa kata. Apa harus semiris ini kisahnya.
"Siapa nama kamu?" Yola menatap ragu ragu, sebelum dengan hembusan nafas sepalan bulu memperkenalkan diri.
"Nama Saya Yola Oktavia Pak" pria itu nampak mengangguk sebelum kemudian beranjak dengan Devano yang mengikuti di belakang setelah sempat menepuk bahu nya dengan ucapan 'sorry' tanpa suara yang di angguki segan oleh Yola.
Dia tak apa. Dia baik baik saja. Lagi pula apa yang bisa di banggakan dari dirinya. Dia hanya sekertaris pengganti dan dari keluarga sederhana sudah pasti sangat berbeda dengan Aditsya yang memiliki segalanya. Memang benar kalau Aditsya juga sempat bekerja sebagai sekertaris pengganti, tapi jelas berbeda karena sahabatnya itu punya kuasa langsung maupun tidak langsung di sini. Sedangkan dirinya, dia bahkan tak berani mengangkat kepala ponggah saat melintasi area depan kantor. Sangat berbeda sekali bukan.
Ya ya ya dia tau itu. Dia memang tak pantas untuk Devano. Lagi pula siapa dia sampai berharap seperti itu, sungguh mungkin berharap saja dia tidak pantas. Dan mungkin Yola harus merasa beruntung karena sempat merasakan hangat pelukan juga sikap manis cowok itu. Walau mungkin tak akan pernah dia dapatkan lagi setelah ini.
Kau harus merasa beruntung Yola, sungguh mungkin itu bisa jadi sebuah kenangan yang tidak akan dia lupakan sampai kapan pun.
____
Yola baru saja mengucap syukur saat mendapati pria dewasa yang tak lain dan tak bukan adalah papah nya Devano keluar dari ruangan cowok itu sebelum semua syukur Yola telan saat interkom berbunyi dan Devano memintanya untuk menemui cowok itu di ruangan.
Yola berharap tidak akan ada apa apa yang terjadi di sana. Baik atau buruk Yola tak menginginkan apapun sekarang.
Tapi pelukan hangat yang dia dapati mengubur semua harapan Yola. Apa lagi saat pelukan itu di susul dengan kecupan kecupan pelan di sepanjang lehernya. Mati sudah rasa keberaniannya dan pasrah akhirnya Yola pada hati kecil bodohnya.
"Kak..."
"Umm?"
"Mengapa Kakak melakukan ini?"
"Melakukan apa? Memeluk mu?"
"Melakukan semua ini. Mengapa Kakak memeluk saya, mengapa kakak mencium saya, dan mengapa kakak bersikap manis pada saya?" Devano mengulas senyum sebelum membalik tubuh Yola agar menghadapnya.
Yola hanya tertunduk tak berani menatap mata itu yang akan membuatnya semakin jatuh.
Tapi sentuhan Devano pada dagunya memaksa dia menatap mata cowok itu tak bisa Yola tolak. Apa lagi saat dengan lembut tangan kokoh itu mengusap pipinya, dan satu tangan yang lain menarik pinggangnya agar semakin dekat.
"Aku menyukainya" ambigu, juga tak jelas. Tapi mengapa Yola berdebar hanya dengan itu. Itu bisa jadi memiliki arti lain kan. Mengapa dia justru menggila.
Apa lagi saat wajah itu semakin dekat sebelum menjatuhkan satu kecupan lama pada bibirnya. Tanpa lumatan hanya kecupan dengan senyum indah yang Yola dapati dari kedua sudut bibir cowok itu setelahnya.
"Jadi apa kamu juga menyukainya?" Yola menimang sejenak sedikit tak mengerti juga bingung harus menjawab apa. Dia menyukainya itu benar tapi juga tidak di saat yang bersamaan karena nya.
Namun yang muncul dominan adalah iya hingga kepalanya spontan mengangguk dan dia mengulas senyum seolah dia baik baik saja. Apa lagi saat bibir tebal Devano kembali menyentuh bibirnya. Kali ini dengan lumatan lumatan pelan yang berubah menjadi liar saat dirinya membalas ciuman itu.
Tak perduli pada apapun. Biarkan dia menikmati ini sekali lagi dan kalau bisa biarkan dia menikmati ini lebih dari sebelumnya. Biarkan dia menjadi bodoh karena mendorong diri untuk semakin jatuh pada cowok yang sekarang mengangkatnya menuju ruang istirahat itu. Biarkan dia, tolong jangan tahan Yola untuk merekam semua ini dalam ingatan sebagai kenangan yang akan dia rindui nanti.
Tolong biarkan Yola mereguk manis itu dengan Devano yang kini kembali mencumbunya bahkan dengan tangan cowok itu yang kini membuka kancing demi kancing kemejanya.
Biarkan mereka.
Yola tak apa dia sungguh tak apa. Bahkan mungkin dia akan merekam ini dalam ingatannya dengan sangat baik. Saat demi saat cowok itu menghujamkan ereksinya pada milik Yola yang menahan setiap desahan dengan nikmat sebelum cowok itu meminta agar mengeluarkan setiap desahan yang membuat cowok itu semakin menggila di bawah sana.
Sungguh Yola akan mengingat semua ini, dan dia pasti mengingatnya saat cowok itu bergerak semakin liar dengan tubuhnya yang berguncang sebagai bukti dan peluh yang memunculkan diri sebelum Yola rasakan milik cowok itu keluar dan menyiram perutnya dengan semua isi yang bisa di keluarkan. Ya Yola pasti akan mengingat ini mengingat bagaimana cowok itu mencium keningnya selayaknya seorang suami pada istrinya atau lebih dekatnya seorang kekasih sebelum kemudian memeluknya erat dan mengarungi mimpi di tengah pagi yang berganti.
Sungguh Yola akan mengingat semua ini dengan tanpa sedikitpun yang terlewat. Saat saat ini.
Saat saat percintaan mereka!
Ya dirinya dan cowok itu.
Devano!
_____
Agak horor ya, Hahah aku nulis ini jam 11 malem jadi agak gimana gitu kalo ngebayangin scane begitu Hahah
Nikmatin aja ya.
Buat 2 chapter selanjutnya kemungkinan bakal di sini sama adegan 21+ yang lebih dari pada ini.
Jadi mohon kebijakannya masing masing ya.
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO | OH SEHUN
Short StoryMENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN! AREA BUCIN JUGA SEXS! FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE! BOYFRIENDS SERIES 04 Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...
