Yola mengetuk pintu kamar hotel Devano perlahan, berharap setengah niat cowok itu telah tidur karena kekenyangan atau melupakan perintah cowok itu sendiri.
Tapi agaknya Yola harus kembali mengutuk semesta, saat suara cowok itu terdengar sebelum perlahan pintu terbuka dan Yola kembali mengutuk semesta karena hal yang ada di depannya.Karena sungguh dia tak mengerti mengapa bisa dengan mudahnya cowok itu hanya mengenakan handuk sebatas pinggang dengan tubuh yang masih terdapat beberapa tetes air yang membekas jangan lupakan rambut cowok itu yang basah. Yola menggeleng lebih tepatnya setengah menggigit bibir bagian dalam agar tersadar dan tidak terpesona dan kembali jatuh pada jerat pesona cowok itu yang bertambah berkali kali lipat.
"Duduk Yola. Tunggu sebentar, Saya akan memakai pakaian, kamu bisa memulai terlebih dahulu atau menunggu Saya." Cowok itu memberi pilihan.
"Saya menunggu kakak saja" Cowok itu mengangguk sebelum beranjak dan kembali masuk kedalam kamar mandi.
Yola mengamati sekeliling dalam diam, kamar ini lebih baik dari kamarnya dalam hal suasana atau lebih tepatnya karena didominasi warna pria, sangat cocok untuk Devano. Yola menangguk, dia setuju dengan itu, entah kenapa bekerja dengan Devano beberapa bulan ini dia jadi sedikit tau warna kesukaan cowok itu, ya warna dark ala seorang pria. Walau Yola tau kalau Devano lebih menyukai warna putih.
Menoleh, Yola mendapati cowok itu sudah duduk tepat di sampingnya dengan pakaian santai, tapi entah kenapa itu semakin terlihat lebih buruk untuk hati Yola dari pada ketika cowok itu tak mengenakan pakaian. Aish, sadar Yola. Cowok itu hanya mengenakan pakaian santai berwarna putih, hanya sepasang kaos dengan celana jins panjang, mengapa kamu lebih berdebar sekarang?
Menunduk Yola berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya, saat melihat senyum cowok itu menyapa sungkan. Sebelum dengan tangan yang cekatan memulai acara belajar mereka dan anehnya mengapa Yola yang menjadi tak karuan. Astaga Tuhan.
"Kita mulai Yola?"
"Iya Kak" dan mengapa Yola justru berfikir kalau kalimat yang barusan Devano katakan memiliki arti yang ambigu. Ini dia yang salah, dan dia sudah tau itu cukup sekian terima kasih karena memberi tahu.
Waktu berlalu sangat cepat mungkin saking cepatnya Yola sampai tak sadar kalau matanya sudah tidak mampu lagi untuk membaca sederet angka dari layar laptop. Dan usapan di kepalanya membuat Yola menatap sendu pada si pemilik tangan itu.
"Kak?"
"Kita sudahi sampai disini Yola. Kamu terlihat sudah mengantuk, kembalilah ke kamar" Yola menangguk semangat sebelum berdiri cepat, dengan catatan yang sempat dia bawa tadi.
Saking semangatnya Yola sampai tak sengaja menginjak kaki Devano yang membuat cowok itu memekik dan dirinya yang merasa bersalah dan terkejut, ini dia tak tau siapa yang salah apa semesta atau dirinya yang selalu minim dalam keseimbangan hingga cowok itu menariknya saat dia hendak jatuh karena terkejut tadi.
Tapi bisa tidak Yola berharap kalau dia jatuh terduduk di lantai saja dari pada harus jatuh dan menimpa cowok itu dengan bibir mereka yang saling bersentuhan, ini sangat tak baik.
Menjauhkan wajahnya, Yola menarik serta diri dari atas Devano dan terduduk kikuk. Hilang sudah rasa ngantuk nya, karena hal ini.
Menatap Devano yang juga sama sama merasa terkejut, Yola menunduk takut, dia sedikit ngeri kalau cowok itu marah dan langsung memecatnya.
"Maafin saya Kak. Saya tidak sengaja, tolong jangan berfikir yang tidak tidak" Devano mengangguk.
"It's oke. Kamu boleh keluar" Yola harap nada datar yang dia dengar bukan menandakan cowok itu marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO | OH SEHUN
Short StoryMENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN! AREA BUCIN JUGA SEXS! FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE! BOYFRIENDS SERIES 04 Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...