Part 14 : Let Me See You

643 109 10
                                    

Just For You - iKON

***

Asahi bahagia, amat bahagia. Dia pikir tahun ini akan seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya beberapa pembantu rumah yang mengucapkan selamat ulang tahun. Asahi tidak pernah tahu, kenapa sang orang tua enggan sekali merayakan umurnya yang bertambah. Ucapan selamat ulang tahun pun hanya kadang-kadang dia dengarkan, tidak setiap tahun terucap dari mereka.

"Buka mulut sini!" ujar Jaehyuk sembari menyuapkan sesendok pancake ke Asahi.

Yang lebih muda dengan senang hati menerima sesuap pancake cokelat dari Jaehyuk. Malam ini Asahi bahagia sekali, dia tertawa lepas saat dengan semena-mena Jaehyuk menempelkan krim dari birthday cake ke wajahnya. Asahi tidak marah sama sekali bahkan tidak berniat membalasnya, tetapi saat Jaehyuk dengan hati-hati Jaehyuk membersihkan wajahnya yang kotor sambil berkata mereka harus makan, hatinya tiba-tiba menghangat.

Ditambah dengan perlakuan khusus yang Jaehyuk berikan membuat Asahi jauh lebih merasa bahagia dari ulang tahun sebelumnya. Jaehyuk tidak membiarkan Asahi makan sendirian, dia menyuapinya penuh kasih sayang seakan Asahi adalah anak kecil.

"Kenyang!" ujar Asahi saat Jaehyuk menyuapkan cup cake di tangannya. "Kamu nyuapin aku terus, kapan makannya? Sini." Pemuda itu mengambil alih cup cake dari tangan Jaehyuk. "Aaa."

Jaehyuk tertawa. "Aku bisa makan sendiri, Sa," katanya sembari mengambil cup cake dari tangan Asahi, tetapi pemuda itu mengelak.

"Aku yang suapin, ya."

"Why?" Jaehyuk menopang dagunya dengan sebelah tangan.

Si manis tampak berpikir. "Because I love you," ujarnya menatap Jaehyuk.

Lawan bicaranya hanya tertawa sebelum mengecup singkat kening Asahi. Dengan senang hati, Jaehyuk menerima suapan cup cake dari Asahi. Ada cukup banyak makanan yang Jaehyuk buat, tetapi keduanya tidak bisa menghabiskan makanan tersebut malam itu juga. Akhirnya, beberapa makanan yang Jaehyuk buat mendekam di kulkas.

Keduanya menikmati malam yang cukup tenang. Asahi dalam dekapan Jaehyuk tengah melukis sedangkan Jaehyuk hanya melihatnya sembari sesekali mengecup pucuk kepala sang kekasih.

"Do you want to see world?" Jaehyuk bertanya lembut sambil terus mengusap-usap kepala Asahi.

Hening sejenak. Kuas yang digunakan Asahi berhenti begitu saja. Coretan berwarna putih itu terhenti sebelum menabrak warna biru. Helaan napas terdengar begitu jelas dengan tubuh sang kekasih yang terlihat sedikit bergetar. Jaehyuk tahu, Asahinya mungkin sedang ketakutan mengingat pemikirannya mengatakan bahwa dunia dalam saja sudah menyakitinya apalagi dunia luar. Hanya dengan itu, pelukan Jaehyuk semakin erat.

"I want, Jae. But I'm so scared. I just want stand by you."

"Sa ..." Jaehyuk memanggil pelan sambil membalik tubuh Asahi. Dilihatnya bola mata Asahi terlihat begitu ketakutan. "I just give you happiness, I just stand by you. Kamu enggak perlu takut, aku selalu ada buat kamu. Kamu bilang pengen lihat dunia luar sebelum kamu pergi?" Jaehyuk mengusap poni Asahi yang jatuh. "Di ulang tahunmu ini aku pengen banget kamu tahu bahwa dunia enggak semenakutkan itu."

"Jae." Jaehyuk hanya membalasnya dengan senyuman. Bersedia mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh sang kekasih.

"Bisa kita mulai dengan halaman rumah atau rooftop?"

***

Jaehyuk tidak peduli jika besok dia ada kelas pagi. Jaehyuk tidak peduli jika besok mungkin akan ada kuis dadakan karena dosen ini sangat tidak bisa ditebak. Jaehyuk hanya peduli dengan kebahagiaan Asahi sekarang. Hanya itu. Saat dia memastikan kondisi rumah Asahi, rasa bahagia entah kenapa menyusup hatinya ketika tahu bahwa yang lain tengah menikmati makan malam di luar.

Mungkin, ada sedikit rasa kecewa karena bagaimana bisa mereka bahagia sedangkan disaat yang sama ada yang terperangkap dunianya di dalam kamar saja. Seharusnya Jaehyuk tidak perlu terkejut bukan? Namun, rasanya Jaehyuk belum terbiasa.

Jaehyuk kembali masuk ke dalam kamar Asahi. Si manis tengah duduk di atas kasur dengan tatapan harap. "How?" tanyanya.

Jaehyuk mengangguk lantas menggandeng Asahi untuk membawanya keluar. Namun, masih di depan pintu yang sedikit terbuka Asahi menghentikan langkahnya membuat Jaehyuk juga ikut berhenti.

"Why? Do you want to stop in here?" Jaehyuk bertanya hati-hati. Mungkin saja, Asahi tidak nyaman untuk pergi keluar sekarang. "Kalo kamu masih belum siap, it's okay, Sa."

Asahi menggeleng. "Jangan lepas, Jae."

"Enggak akan, Sa."

Lalu Jaehyuk menggenggam tangan Asahi, membawanya melangkah keluar. Langkah pertama Asahi merasakan sensasi yang berbeda. Namun, genggaman tangan Jaehyuk tidak sekalipun terasa longgar. Asahi berusaha percaya, bahwa Jaehyuk tidak akan pernah melepaskannya.

***

Keduanya melangkah cepat menuju ke rooftop rumah. Jaehyuk memimpin di satu anak tangga atas Asahi. Pemuda itu tampak terengah karena mungkin selama ini yang dia lakukan hanyalah duduk, tidur, atau melukis di dalam kamar. Asahi jarang sekali berlari di sini. Nyaris tidak pernah.

Sampai di atas, napas Asahi tercekat. Genggaman tangannya kian mengerat. Jaehyuk tahu, maka dari itu ibu jarinya mengelus pelan punggung tangan Asahi.

"Scary?"

"No, it's beautiful view," bisik Asahi kagum.

Malam ini, langit gelap bertabur bintang. Bulan sabit terlihat dari kejauhan. Beberapa gedung pencakar langit terlihat dari atas sana. Udara sejuk membelai lembut kedua anak adam itu. Saat angin berembus, Asahi merasakan bagaimana angin itu menggoyangkan poninya.

"Feel better?" Jaehyuk bertanya lagi.

"Yeah. I feel better."

Lantas Jaehyuk mendekat dan memeluk Asahi. "Ini adalah dunia yang sempat kamu lewatkan. Kamu melewatkan banyak hal, Sa." Di dalam dekapannya Asahi mengangguk. "Aku sayang kamu. Setelah ini aku harap kamu enggak berpikir lagi kalo dunia itu menakutkan."

Asahi mengangguk. Keduanya memilih berdiri sambil menikmati pemandangan kota dari atas. Jaehyuk dengan suara pelan mulai bernyanyi, sedangkan Asahi mengeluarkan canvas kecil yang sempat dia bawa juga beberapa cat air. Dia ingin mengabadikan momen ini lewat karyanya karena Asahi tidak pernah tahu kapan lagi dia akan keluar dari sini.

Ini menyedihkan bagi Asahi. Yang dia tahu dunia selalu ingin menyakitinya, yang dia tahu dunia tidak mau menerimanya, sedangkan kenyataan menunjukkan bahwa dunia boleh dinikmati siapa saja. Bahwa Asahi punya hak untuk melihat keindahan ini, bahwa Asahi berhak menentukan lagi apakah dunia ini akan selalu menyakitinya atau malah sebaliknya.

"Neurin gureum,
Hangsang neul ireoke,
We go slow motion,
Slow motion."

Jaehyuk mendekap Asahi. Pemuda di dalam tubuhnya terdengar menghela napas. Jujur saja Jaehyuk bahagia saat bisa membantu Asahi keluar dari ketakutannya secara perlahan. Meski nantinya dia harus mengobati luka yang kekasihnya dapatkan, tidak masalah jika pemuda itu merasa bahagia saat ada dirinya.

Asahi menggeleng dalam dekapan Jaehyuk, merasa ada sesuatu yang aneh. "It's beautiful, Jae. But you should know." Hening sejenak, tetapi entah kenapa Asahi merasa tidak nyaman pada tubuhnya. Dada bagian kirinya terasa berdenyut sakit. "Aku bertahan hidup agar bisa melihat dunia yang lebih indah dari ini."

Baik Asahi, Jaehyuk juga merasa ada sesuatu yang aneh. Di dalam dekapannya Asahi terasa gemetar. "Sa, are you okay?" tanyanya lembut sembari mengusap kepala Asahi.

"Kamu tahu? Detak jantung yang semakin lama berdetak semakin singkat juga sisa waktuku." Asahi menarik napas susah payah. Pelukannya tak kian mengendur. "Jantung aku rusak, Jae."

Suara mobil memasuki pekarangan rumah terdengar bersamaan dengan melemahnya tubuh Asahi di dalam dekapan Jaehyuk. Darah segar keluar dari hidung Asahi.

"I love you too," bisiknya.

***

Beri Asahi banyak cinta (づ ̄ ³ ̄)づ

[✓] How Can I Love You [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang