Part 22 : Candy

570 101 6
                                    

Very Slowly - BIBI

***

Keesokan harinya Jaehyuk jatuh sakit. Demam tinggi karena harus di luar ruangan dengan udara dingin tanpa mengenakan pakaian hangat malam itu. Di dalam kamar tubuhnya dibungkus selimut tebal. Bahkan AC sudah dimatikan pun masih membuatnya menggigil kedinginan. Mungkin belum ada yang tahu bahwa Jaehyuk sedang sakit karena pemuda itu belum juga keluar dari kamarnya padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Tok! Tok! Tok!

"Kak, turun! Sarapan dulu kata Mama," panggil Jeongwoo dari luar.

Kepala Jaehyuk menyembul keluar dari balik selimut. Menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Kepalanya terasa berputar membuat pemuda itu kembali merebahkan diri ke kasur. "Nanti aja, Woo. Belum laper," balasnya dengan suara serak.

Di luar Jeongwoo menghela napas. Detik berikutnya pintu kamar terbuka. Jeongwoo masuk ke dalam dengan kening yang mengernyit. Jaehyuk masih bergelung di dalam selimut tebal padahal hari sudah beranjak siang. Segera Jeongwoo menarik selimut milik Jaehyuk, berusaha membangunkan kakaknya untuk pergi sarapan. Mengingat ini hari Minggu, nyaris seluruh keluarga bangun kesiangan hingga waktu sarapan sedikit mundur.

"Kak, ih bangun—" Jeongwoo berusaha menarik selimut yang digunakan oleh Jaehyuk.

"Apa, sih, Woo? Masih ngantuk." Jaehyuk juga berusaha agar Jeongwoo tidak bisa menarik selimutnya. Hal yang dia benci ketika sakit adalah harus berobat.

Adegan tarik menarik antara dua saudara itu tetap berlanjut. Jeongwoo bahkan mengeluarkan segala umpatan atau celotehan tentang dirinya yang kelaparan. Dia harus membangunkan Jaehyuk. Di keluarga ini, sarapan dan makan malam harus dilakukan dengan anggota lengkap. Namun terkadang, Seungri selalu menjadi orang sering absen makan malam karena harus mengurus pekerjaan di kantor. Kecuali Jaehyuk yang harus kuliah di Jepang kala itu.

Mungkin karena Jaehyuk sedang sakit, kekuatan tubuhnya menjadi sedikit berkurang. Tubuhnya jadi lemas hanya karena beberapa menit saling tarik menarik selimut. Akhirnya Jeongwoo dapat menarik selimutnya hingga anak itu terjungkal ke belakang. Jeongwoo segera bangkit dan tampak terkejut melihat wajah pucat Jaehyuk.

"Sakit?" tanya Jeongwoo sambil meletakkan tangannya ke dahi Jaehyuk. "Eh, iya panas." Saat Jeongwoo hendak bangkit, tangannya ditahan oleh Jaehyuk. Pemuda itu menggeleng sambil memberi isyarat agar Jeongwoo diam. Namun, hal itu malah menjadi sebuah perintah bagi Jeongwoo. "Ma! Kak Jaehyuk sakit!"

Jaehyuk menghela napas pasrah. Selanjutnya Dara datang tergopoh-gopoh. Celemek kotak-kotak masih menggantung di lehernya. Raut wajahnya khawatir lantas dengan segera mengecek suhu tubuh putra sulungnya itu. Mulutnya berceloteh tentang suaminya yang baru saja pergi keluar karena pekerjaan mendadak padahal ini hari Minggu. Membuatnya bingung bagaimana membawa Jaehyuk pergi berobat.

"Ma ... enggak usah ke dokter. Enggak mau aku," bujuk Jaehyuk sambil bergelayut di lengan Dara.

"Enggak ke dokter gimana, panas kayak gini, kok," balas Dara sambil mengutak-atik ponselnya. Mencoba menelpon Seungri. "Papamu juga kenapa harus kerja."

"Pake motorku aja, Ma." Jeongwoo menengahi.

"Woo!"

Dara menggeleng. "Bahaya, ah. Jalannya udah licin."

Baik Dara atau Seungri sama-sama bisa mengendarai mobil. Namun, karena Seungri tidak di rumah dan mobilnya dibawa ke kantor, Dara menjadi jengkel tidak bisa membawa Jaehyuk pergi berobat. Jaehyuk menarik-narik lengan sang ibu sambil merengek tidak mau pergi ke dokter. Jeongwoo sendiri hanya bisa mengangguk dan menurut lantas turun ke bawah.

[✓] How Can I Love You [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang