Wait For Me - iKON***
Osaka, Jepang 2021 ...
Jaehyuk tersenyum, mengangkat tinggi-tinggi ijazah dan topi toga. Memamerkannya pada Dara dan Seungri yang duduk di kursi dalam aula. Jeongwoo tidak bisa hadir hari ini, dia harus fokus sekolah mengingat sebentar lagi ujian. Tak dapat dia tahan air mata saat Dara memeluknya begitu erat. Juga Seungri yang mengusap kepalanya penuh kebanggaan. Jaehyuk tak pernah tahu bahwa kelulusannya akan menjadi momentum yang paling membahagiakan.
"Ma, Pa ... I can do it," gumamnya masih dalam pelukan Dara.
Dara mengangguk, ikut menangis terharu atas pencapaian yang didapat oleh Jaehyuk. Dia juga tidak menyangka jika putranya bisa sampai di titik ini. Berawal ketika Jaehyuk berbicara tentang indahnya pameran seni ketika dia masih menginjak bangku SMA lalu keinginannya untuk tidak ingin merepotkan mereka. Awalnya Dara menolak, mengatakan dengan jujur bahwa Jaehyuk tidak pernah sekalipun merepotkan mereka.
Pun Seungri yang menolak keras keinginan Jaehyuk untuk kuliah di Jepang. Tak pernah ada keinginan dia jauh dari putra sulungnya. Namun, berkat ketekunan Jaehyuk dia berhasil meyakinkan kedua orang tuanya. Dia berhasil melewati sekian semester di negeri ini. Dia berhasil membanggakan kedua orang tua yang sudah menolongnya dari kegelapan. Dan dia berhasil berjuang di sini di bawah bayang-bayang kehilangan. Dia berhasil tanpa Asahi.
"I prouf of you, My Son."
Lalu Jaehyuk tidak mengetahui cara untuk tidak menangis dengan kencang.
***
"Ada lagi yang ketinggalan?" tanya Dara, membantu mengemasi barang Jaehyuk untuk segera kembali ke Korea.
Jaehyuk yang sedang menata pakaian menoleh. Berpikir sejenak barang apa yang dia lupakan, tetapi dia menggeleng. Dia rasa tak ada lagi barang yang tertinggal di sini. Selepas berpamitan dengan teman-temannya, dia langsung mengemasi barang-barang di apartemen. Tak ada lagi yang bisa Jaehyuk lakukan di negara ini. Satu-satunya hal yang membuatnya bahagia sudah pergi entah ke mana.
Sejenak Jaehyuk duduk di atas tempat tidurnya. Meraih ponsel di atas nakas lalu melihat kembali pesan-pesan untuk Asahi yang tak kunjung mendapatkan balasan.
Sudah dua tahun lamanya mereka tidak bertemu. Jaehyuk menanggung segala kerinduan pada Asahi dalam kehidupan sehari-harinya. Dia harus mencari pekerjaan baru selepas tahu keluarga Asahi pindah entah ke mana. Beberapa kali dia coba bertanya di tetangga sebelah rumah, tetapi tak ada yang tahu kepindahan keluarga Asahi. Yang mereka tahu, Yuta dan Sana bercerai. Hanya itu yang Jaehyuk dengar.
Dia kembali menekan tombol voice note. Mendekatkannya di depan bibir lantas tersenyum tipis. Dia berhasil melewati dua tahun tanpa kehadiran Asahi.
"Sa ... are you okay? Kamu di mana? Sekarang lagi apa? I really miss you." Dia meremat ponselnya. Tanpa sadar dia menangis, berusaha menahan isakannya agar Dara atau Seungri tidak mendengar. "Aku berhasil lulus, Sa. Are you proud of me?" Tawanya tersengal. Meski dia sudah bisa sejauh ini, dia tetap merindukan Asahi. "I still waiting for you."
Dia melempar ponsel setelah menekan tombol kirim. Tangannya bergerak meremat rambut karena rasa rindu yang mulai membeludak dalam hatinya. Demi kebaikan masa depannya, Jaehyuk harus menahan tangisnya sepanjang waktu. Dia harus menahan diri saat merindukan Asahi di dalam kelas. Dia harus berhenti mengingat Asahi ketika bekerja. Dia melakukan segala kesibukan agar bisa melupakan seorang Hamada Asahi. Namun, hari ini-hari terakhir dia di Negeri Sakura-dia ingin melepaskan segala rasa sesak akibat pemuda itu.
"Kenapa ninggalin aku, Sa?! Aku sayang sama kamu! Bilang sama aku mau ke mana, biar aku yang antar," racaunya.
Mendengar itu, Dara datang tergopoh-gopoh bersama Seungri. Tampak sangat terkejut melihat putra sulungnya tampak begitu kacau entah karena apa. Namun, tanpa bertanya Dara segera memeluk Jaehyuk dengan erat. Dara sadar, dia tidak tahu banyak tentang kehidupan yang dijalani oleh Jaehyuk. Jaehyuk pasti mengalami banyak hal di sini. Pun Seungri yang segera mengambil ponsel Jaehyuk di atas kasur. Membaca pesan-pesan yang Jaehyuk kirim lantas menatap Jaehyuk penuh kasih. Putranya mengalami banyak hal di sini.
"Sa kamu di mana? Aku kangen sama kamu," gumam Jaehyuk dalam pelukan Dara.
"Sstt, Jaehyuk. Dia enggak apa-apa, dia pasti masih inget kamu, dia pasti pengen ketemu kamu. Udah, ya? Mau tinggal di sini dulu? Mama sama Papa bakal temenin kamu di sini. Kita tunda dulu keberangkatan ke Korea." Dara mengusap kepala Jaehyuk penuh sayang. Meski belum paham sepenuhnya setidaknya dia tahu, Jaehyuk merindukan seseorang yang tak ada lagi di sampingnya.
Jaehyuk menggeleng cepat. "Enggak, Ma. Mau pulang aja. Di sini tanpa dia malah lebih menyakitkan."
Dara mengangguk lantas segera membantu Seungri menurunkan barang-barang milik Jaehyuk. Tidak banyak, Jaehyuk hanya membawa pakaian dan juga buku-buku. Selebihnya dia tinggal di sana. Dia juga berpamitan pada tetangga sebelah sebelum benar-benar meninggalkan apartemen.
Ketiganya segera menyetop taksi menuju ke bandara. Meski di sini banyak kenangan yang dia dapatkan, Jaehyuk tetap ingin kembali ke negara kelahirannya. Negara tempat dia dibesarkan dengan kasih sayang yang utuh. Jaehyuk memejamkan matanya, kian mengeratkan pelukan pada tas yang ada di pangkuannya.
'Aku enggak tahu kamu di mana, Sa. Semoga kamu sehat dan tetap bahagia tanpa kehadiranku. Aku pulang, ya, Sa. Bila memang ternyata kamu masih ada di sini, maaf. Udah cukup aku menjalani kisah di sini.'
Dan salju pertama di tahun ini turun secara perlahan. Membekukan harapannya untuk bertahan lebih lama lagi di sini.
***
Seoul, 2021 ...
Ting!
Bunyi bel pintu terdengar. Satu-satunya pemuda di sana berdiri dari duduknya setelah memainkan ponsel. Senyum mengembang melihat seorang pelanggan mulai mendekatinya. Mengenakan mantel tebal berwarna abu-abu dan syal merah muda terang. Musim dingin sudah tiba di sini. Membuat beberapa orang mengeluh tentang betapa dinginnya udara di sini atau betapa indahnya guguran salju dari langit.
"Selamat datang di cafe kami. Ingin pesan apa, Kak?" tanya sang pemuda dengan ramah.
"Cokelat panas satu."
"Baik, dine in atau take away, Kak?" tanyanya sekali lagi.
"Take away."
"Atas nama?"
"So Junghwan."
Pemuda itu mengangguk-angguk. Lantas menyerahkan struk pembelian pada pelanggan tersebut dan menyuruhnya duduk sembari menunggu pesanannya dibuat. Apron berwarna putih polos dengan bordiran nama di bagian atas dikenakan oleh pemuda itu. Dia segera berjalan menuju ke dapur dan membuatkan pesanan cokelat panas.
Pemuda itu keluar sepuluh menit kemudian. Setelahnya dia mengantar cup berisi cokelat panas pada pelanggannya. Lantas saat si pelanggan tadi pergi, dia menghela napas. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sudah saatnya menutup cafe dan pulang. Udara dingin tidak baik untuk kesehatannya.
"Haruto udah pulang belum, ya?" gumamnya sembari mengunci pintu cafe. "Aku coba susul dulu, deh."
Lantas kakinya bergerak meninggalkan cafe yang sudah terkunci. Sesekali dia menggigil kedinginan karena udara yang mulai menusuk tulang. Tepat di pinggir jalan raya, dia berhenti. Lampu merah menyala. Tanpa sadar pemuda itu menghela napas, asap tipis muncul dari mulutnya. Tangannya yang kedinginan semakin dia masukkan ke dalam kantong mantel. Namun, saat mendongak hatinya terasa tenang.
Butiran salju terus turun dari langit secara perlahan. Meski kedinginan, tangan kanannya bergerak mengadah. Menerima beberapa bunga salju yang turun ke tangannya. Pemuda itu tersenyum. Entah kenapa hatinya kembali bereaksi merindukan seseorang.
"Jaehyuk. Where are you?"
***
dikit dulu.
btw kalian bosen ngga kalo aku doble up? soalnya cerita ini tu pengen aku tamatin tahun ini.
swipe!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] How Can I Love You [Jaesahi]
ФанфикHanya ada tiga hal yang Asahi suka di dunia ini. Menggambar, musik, dan ... Jaehyuk. [bxb] #1 on jaesahi #1 on jungchanwoo #2 on boyslovers #3 on fiksipenggemar #3 on asahi #5 on romantis #8 on albino [15.7.2021-27.12.2022] ©rani