Part 8 : Stay

834 131 18
                                    

Shattered — Trading Yesterday

***

"Sshh." Asahi meringis pelan ketika Jaehyuk mengusapkan sabun pada lengannya.

Jaehyuk mengernyit lalu memperhatikan lebih jeli lengan Asahi. Pemuda itu melotot kaget melihat garis-garis melintang di lengan pemuda Jepang ini. Kenapa dia baru menyadarinya? Asahi dengan cepat menarik tangannya untuk masuk ke dalam bath tub. Menenggelamkan seluruh tubuhnya hingga menyisakan mata saja.

"Asahi, kamu kena—"

"Keluar." Asahi membalas cepat lalu kembali masuk ke dalam bath tub. Namun, Jaehyuk yang tidak bergerak sama sekali membuatnya sedikit frustasi. "Keluar, Yoon Jaehyuk."

Jaehyuk menggeleng lalu berusaha meraih tangan Asahi yang berada di dalam air. Perih pastinya mengingat sabun yang Jaehyuk tuang lumayan banyak agar menghasilkan busa untuk menutupi tubuh Asahi di dalam sana. Pemuda itu tersenyum tipis ketika berhasil mengeluarkan tangan Asahi dari dalam.

Mata Jaehyuk terfokus pada garis-garis yang melintang di tangan Asahi. Rasa sesak entah kenapa menyeruak di dalam dadanya. Mata Jaehyuk menatapnya seksama lalu membilasnya dengan air bersih. Pemuda itu bergerak maju mendekati luka tersebut lalu mengecupnya pelan. Asahi terbelalak kaget lalu segera menariknya dan kembali menenggelamkan diri.

"Keluar." Asahi bersuara lagi, kali ini dengan penuh penekanan.

Kali ini Jaehyuk menurutinya. Pemuda itu segera keluar dari kamar mandi dengan perasaan kalut. Apa yang terjadi pada Asahi? Kenapa ada luka tersebut di tangannya? Luka tersebut terlihat masih baru dan Jaehyuk yakin itu luka yang dibuat oleh dirinya sendiri. Jaehyuk memejamkan matanya sejenak menghilangkan beberapa pikiran negatif.

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka dan Asahi keluar dari sana dengan pakaian panjang-panjang. Kepala Asahi terasa sedikit pusing mengingat dirinya sedang tidak enak badan sekarang. Tubuhnya limbung karena tidak kuat menahan pusing. Jaehyuk yang berada agak jauh darinya hanya bisa berlari mendekati Asahi yang sudah tersungkur di lantai.

"Asahi, kamu enggak apa-apa?" tanya Jaehyuk sambil berusaha mengangkat tubuh Asahi.

Asahi menggeleng lemah. Sekitarnya terasa berputar. Pemuda itu bisa merasakan bahwa Jaehyuk sedang mengangkat tubuhnya dan merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Asahi bisa merasakan Jaehyuk menyelimuti tubuhnya yang sedikit menggigil mengingat temperatur suhu pendingin yang masih rendah.

"Asahi mau apa? Makan, ya? Atau aku bilang ke orang tua kamu biar bisa berobat?" tanya Jaehyuk.

Asahi membuka mata lalu menggeleng pelan. Netra pemuda tersebut menatap lurus ke wajah Asahi. Dia menangkap ... apa itu? Raut kekhawatiran? Bahkan Asahi belum pernah dirawat oleh orang tuanya sendiri dan menampilkan wajah khawatir seperti itu. Kebanyakan dokter yang merawatnya dan sekarang Asahi sedang tidak ingin meminum obat apa pun.

"Mau kamu." Jaehyuk mematung di tempat. "Tetep di sini," lanjut pemuda albino itu.

Dengan jantung yang berdetak tidak karuan, Jaehyuk mengangguk. Membiarkan tangannya mengusap kepala Asahi agar pemuda di hadapannya ini merasa nyaman. Lalu Jaehyuk teringat satu hal. Pemuda itu segera menarik kedua tangan Asahi. Asahi sendiri hanya pasrah karena dirinya sedang tidak ingin melawan.

Lagi, hati Jaehyuk seakan ngilu membayangkan Asahi menyakiti dirinya sendiri. Ibu jari pemuda tersebut mengusap pelan luka-luka yang ada di sana. Memberikan kenyamanan pada sang pemilik luka yang juga tengah sakit. Seberapa berat hidup Asahi? Jaehyuk tidak tahu. Dia hanya tahu bahwa Asahi adalah orang yang menutup diri dari luar secara terpaksa.

[✓] How Can I Love You [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang