Diri - Tulus***
Matahari kian meninggi. Memberi eksistensi pada dunia bahwa hari baru sudah dimulai. Dua anak adam yang bertengkar hebat di atas rooftop tadi malam menyudahi perdebatan mereka dengan satu pukulan telak. Untuk Jaehyuk, tentu saja. Mana mungkin Jaehyuk berani memukul Haruto. Lalu sekarang Jaehyuk berada di atas rooftop sejak empat jam yang lalu.
Pemuda itu hanya berdiri. Menikmati udara dini hari yang dingin bahkan saat dia hanya mengenakan kaos tipis dan kemeja putih. Tak berniat beranjak walaupun tubuhnya menggigil. Tak berniat pergi meski perutnya sudah tidak terkondisi. Barangkali tubuhnya lelah, tetapi pikirannya memaksa untuk kembali bekerja.
Satu-satunya hal yang terus dia pikirkan adalah sang kekasih yang harus dirawat di sini. Rasa bersalah masih enggan memudar di dalam hati dan pikirannya. Semua sudah jelas, jika saja kemarin tidak memaksa Asahi keluar, mungkin mereka sedang belajar pelajaran sejarah di kamar yang gelap.
Helaan napas keluar dari bibir Jaehyuk. Napasnya terlihat seperti asap tipis yang mengepul di atas kopi panas. Jaehyuk memejamkan matanya, menikmati sinar matahari yang kian meninggi menerpa wajahnya. Seketika telinganya berdengung. Kepalanya berdenyut hebat. Tubuhnya terasa ngilu hingga dia tak bisa menahan berat tubuhnya.
Bruk!
Bahkan saat dia merasa kesakitan, pikirannya selalu tertuju ke Asahi. Hingga seseorang berlari mendekat ke arahnya mengangkat tubuhnya untuk pergi dari sana. Jaehyuk takut kedinginan, tetapi dia menenggelamkan dirinya di dalam sana.
"Bangun, Kak. Kak Asa nyari lo."
Suaranya terdengar berat di telinga Jaehyuk sebelum pemuda itu benar-benar menutup matanya.
***
10 years ago.
When Jaehyuk is 9 y.o.Seorang anak laki-laki menatap halaman depan panti asuhan, menatap teman-temannya yang bermain bola di sana. Setengah jam yang lalu hingga sekarang, dia hanya bisa duduk sambil menonton. Sama sekali tidak berniat ingin ikut bermain bersama mereka meskipun dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia ingin sesekali ada yang mengajaknya ke sana.
Yoon Jaehyuk, dia dititipkan di panti asuhan sejak tahun lalu karena kedua orang tuanya mengalami kecelakaan saat pulang dari kantor. Saudara-saudaranya sama sekali tidak meliriknya dan memutuskan untuk menitipkan Jaehyuk di panti asuhan. Mengambil semua harta milik orang tuanya dan hanya menyisakan pakaian milik Jaehyuk.
Bisa apa Jaehyuk selain menangis? Mentalnya benar-benar terguncang akibat kejadian itu. Ditambah dia sering diganggu oleh anak-anak nakal di panti asuhan hanya karena dia memiliki baju yang lebih bagus dari mereka. Jaehyuk pernah dikunci di dalam kamar mandi hingga pingsan karena ketakutan. Mereka pernah mematikan lampu kamar dan menurunkan suhu pendingin ruangan padahal Jaehyuk takut gelap juga kedinginan. Atau saat Jaehyuk ingin makan, tetapi mereka mengambil makanan milik Jaehyuk.
Pengurus panti sudah cukup lelah mengurus anak-anak yang lain. Kurangnya pengurus membuat masalah yang dialami Jaehyuk tidak terurus dengan baik. Apalagi Jaehyuk hanya diam ketika diganggu membuat pertolongan kadang sedikit terlambat.
Sebuah bola menggelinding hingga menabrak ujung sepatu Jaehyuk. Anak itu menatapnya sebelum mendongak. Anak-anak lain kini tengah menatapnya.
"Lempar sini bolanya!" teriak Jihoon, salah satu anak yang sering mengganggu Asahi.
Jaehyuk menatapnya bergantian sebelum mendekati mereka bukan melempar bolanya seperti yang disuruh Jihoon. "Ini, Kak Jihoon. Aku boleh ikut main?" ujar Jaehyuk menyodorkan bola, mencoba memberanikan diri bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] How Can I Love You [Jaesahi]
Fiksi PenggemarHanya ada tiga hal yang Asahi suka di dunia ini. Menggambar, musik, dan ... Jaehyuk. [bxb] #1 on jaesahi #1 on jungchanwoo #2 on boyslovers #3 on fiksipenggemar #3 on asahi #5 on romantis #8 on albino [15.7.2021-27.12.2022] ©rani