Part 24 : Be Mine?

617 81 7
                                    

Beautiful in White - Shane Filan

***

Jaehyuk menghembuskan napasnya untuk menghilangkan kegugupan yang dia rasakan. Pukul sepuluh pagi, dia sudah berada di cafe dekat kantor Yuta bersama Seungri dan Dara. Dua gelas cokelat panas dan dua gelas kopi hitam menemani keempatnya di sini. Lalu setelah merasa yakin, Jaehyuk mendongak.

"Saya mau izin sama Om Yuta buat lamar Asahi," ujar Jaehyuk pada akhirnya.

Yuta mengernyit sebelum meletakkan cangkir kopi yang dipegang olehnya. "Apa yang udah kamu persiapkan untuk melamar Asahi?"

Seketika Jaehyuk tersentak. Melirik ke arah Seungri dan Dara dengan panik, tetapi keduanya hanya tersenyum agar Jaehyuk yakin. Mereka menyerahkan urusan perizinan ini pada Jaehyuk sepenuhnya. Keduanya hanya menemani, bila mana Yuta tidak mengizinkan maka tak ada alasan lagi Jaehyuk memaksa. Pun Seungri dan Dara demikian, semua orang tentu memiliki pilihannya masing-masing.

"E-eh, itu. Saya udah beli cincin buat ngelamar Asahi," ujar Jaehyuk gugup mengeluarkan kotak cincin dan menunjukkannya pada Yuta.

Yuta menggeleng, kembali meminum kopinya sedikit demi sedikit. "Saya bahkan bisa membelikan yang lebih mahal dari itu. Apa kamu sudah mempersiapkan diri dengan layak sebagai tunangan Asahi?" tanya Yuta dengan nada serius.

Tak ada jawaban dari Jaehyuk. Kedua orang tuanya juga hanya diam. Sama sekali tidak keberatan dengan pertanyaan yang diajukan oleh Yuta pada putra mereka. Nyatanya memang benar, apakah Jaehyuk sudah mempersiapkan diri dengan layak sebagai tunangan Asahi? Lalu apakah yang disebut layak oleh Yuta? Mungkin konteksnya akan berbeda satu sama lain.

"Asahi itu anak sulung saya yang memiliki kelebihan daripada yang lain. Kelebihan yang membuatnya dibenci oleh ibunya sendiri." Yuta menghela napas. "Sudah cukup rasanya melihat dia terkurung di dalam kamar selama bertahun-tahun dengan ketakutan yang dia miliki. Harusnya saya bebasin dia dari sana. Harusnya saya enggak diam aja. Mungkin kamu merasa sudah cukup layak karena bisa mengajak Asahi keluar setelah sekian lama."

Jaehyuk setia mendengarkan. "Saya tidak butuh material. Bahkan bila kamu enggak mampu beli cincin untuk melamar Asahi, saya bisa belikan sesuai yang kamu mau. Saya cuma mau Asahi dicintai dengan layak dan sebagaimana mestinya. Saya cuma mau tidak ada lagi yang membuat Asahi menangis atau kecewa. Saya hanya mau itu."

"Saya sanggup melakukannya," balas Jaehyuk cepat. "I will give happiness for him until he forgets the feeling of being hurt."

"Akan saya pegang janji kamu."

Jaehyuk kembali melirik Seungri dan Dara. Keduanya tersenyum sebelum Jaehyuk kembali menatap Yuta. "Can I?"

Yuta mengangguk.

***

Asahi menggerutu sambil membuat segelas vanilla latte yang dipesan oleh pelanggan. Namun, setelah jadi dia harus mengantarnya dengan senyuman walaupun ada perasaan dongkol di dalam hatinya. Hari sudah semakin siang, tetapi baik Jaehyuk dan Haruto belum kunjung datang ke cafe. Membuat pekerjaan yang dia lakukan semakin banyak karena tidak ada bantuan.

Dia kembali ke dapur untuk mencuci gelas dan piring yang kotor. Lagi-lagi mulutnya sibuk mengoceh tentang di mana kedua anak itu pergi. Namun, suara dering dari ponselnya membuat pemuda itu menoleh. Dia menghembuskan napas kesal melihat nama Haruto terpampang di layar ponselnya.

"Halo? Kamu di—"

["Kak, kak! Please tolongin ini Haruto berantem sama temennya. Aku enggak berani misah, Kak. Mukanya udah pada bonyok semua ini."] Bukan suara Haruto, seseorang di seberang terdengar begitu khawatir.

[✓] How Can I Love You [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang