Part 3 : Nobody Know

813 117 9
                                    

Best Friend - Kana Nishino

*

**

Jaehyuk dan Yoshi masih di dalam mobil. Sebelumnya Jaehyuk menyuruh Yoshi untuk pergi ke suatu tempat mengingat mereka tadi di pinggir jalan raya. Yoshi memutuskan untuk menghentikan mobilnya di sebelah taman kota tanpa berniat turun dari mobil.

"Udah lega? Mau nangis lagi enggak?" tanya Jaehyuk.

"Enggak. Makasih, ya? Kayaknya emang gue lagi butuh support system sama temen bicara." Yoshi tersenyum lalu tiba-tiba teringat akan suatu hal. "Katanya lo mau pergi ke rumah calon majikan lo?"

"Enggak jadi. Gue mau nemenin lo dulu aja di sini."

Yoshi mengernyitkan keningnya lalu menghela napas. Merasa bersalah pada adik tingkatnya ini. "Sorry. Gara-gara gue lo malah batalin janji lo."

Jaehyuk tersenyum sambil menepuk pundak Yoshi. "Belum janjian, kok. Cuma wacana aja, tapi kondisi lo lagi enggak baik gini masa gue tinggal?"

Yoshi kembali tersenyum mendengar penuturan Jaehyuk. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia memang membutuhkan seseorang sekarang. Terlebih dia tidak memiliki teman yang akrab selain Jaehyuk. Setidaknya dia merasa bahwa ada yang senang dengan kehadirannya.

Jaehyuk sendiri juga tidak masalah jika harus menemani Yoshi sampai beberapa jam ke depan. Namun, dia juga sedikit khawatir mengingat sudah mengirim pesan kalau dia akan datang siang ini. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan. Meminta maaf jika dia mengundur waktu kedatangannya sampai nanti sore.

"Kak, udah makan?" tanya Jaehyuk.

Yoshi menggeleng. Dia memegang perutnya sendiri yang terasa sedikit perih. Meskipun tadi pagi dia memakan salad dan sedikit roti, Yoshi juga masih merasa lapar. Apalagi tadi dia menangis cukup lama membuat tenaganya terbuang untuk mengeluarkan air matanya.

Jaehyuk mengeluarkan roti pemberian Yoshi yang tersisa satu bungkus. Dia menyerahkannya ke Yoshi. "Sisa satu, nih. Lo makan aja karena nangis juga ngehabisin tenaga."

Yoshi nampak ragu untuk menerima roti dari Jaehyuk. Sudah lewat jam makan siang sekarang. Jika mamanya tahu pasti akan marah atau malah kembali memukulnya seperti tadi. Pada akhirnya Yoshi menggeleng lalu pandangannya jatuh pada setir mobil di hadapannya.

Jaehyuk menghela napas lalu membuka bungkus roti tersebut. Tangannya bergerak untuk membagi roti menjadi bagian yang lebih kecil lalu mengarahkannya ke depan mulut Yoshi.

"Selama lo bisa makan jangan disia-siain. Enggak usah mikir kalo Mama lo tau atau mikir yang lainnya. Lo juga butuh makan."

Yoshi membuka mulutnya perlahan menerima suapan dari Jaehyuk. Berusaha menjauhkan pikiran negatif dari otaknya meskipun percuma. Namun perutnya yang lapar tidak bisa menolak roti yang dia kunyah. Yoshi tetap melanjutkan makannya juga karena ucapan Jaehyuk yang terngiang-ngiang di pikirannya. Lo juga butuh makan.

Memang benar apa yang dikatakan Jaehyuk. Terlepas dari ucapan mamanya bahwa dia harus tampil baik—dengan mempunyai tubuh yang kurus—Yoshi juga harus tahu batasannya. Ini kelewatan mengingat sang mama terlalu kasar dalam membentuk penampilannya. Obat diet, makan salad ketika sarapan, dilarang makan cemilan, dan parahnya memukul ketika dia ketahuan makan tanpa sepengetahuannya.

Dia hanya ingin hidup seperti kebanyakan orang. Makan ketika lapar tanpa mempedulikan berat badan. Menatap wajah ibu mereka tanpa ada rasa takut. Keluarganya tidak tahu jika itu yang diinginkan oleh Yoshi.

[✓] How Can I Love You [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang