Tiga

14.4K 1.2K 59
                                    

Yuhuuu Luka dan Obatnya juga update di Karyakarsa loh, yang punya aplikasi bisa merapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuhuuu Luka dan Obatnya juga update di Karyakarsa loh, yang punya aplikasi bisa merapat.
Terimakasih.
Happy reading semuanya
Enjoyyy
🫰🫰🫰🫰🫰

Aku tidak tahu mendapatkan kekuatan dari mana dan setan apa yang telah merasukiku, yang aku tahu aku sudah terlalu marah karena kecewa dan harga diriku yang sudah di injak-injak oleh tamu tidak tahu diri ini hingga tanpa ampun sama sekali aku menjambak kuat rambut Rembulan, begitu kuat hingga aku merasakan beberapa helai rambutnya terlepas ke dalam genggamanku.

Rontaan dan juga berontak yang di lakukan oleh Rembulan pun sama sekali tidak membuatku bergeming, segala ucapannya menyakitiku maka kini dia harus merasakan sakit yang aku rasa, sekuat tenaga aku menariknya, menyeretnya keluar dari rumahku tidak peduli dengan tangisan dari anak Rembulan yang kini bergelayut menahan kakiku.

"Aku sudah berbaik hati memintamu keluar dengan keadaan utuh dan kamu justru menantangku! Sekarang rasakan, rasakan rasa sakit yang aku rasakan mendengar semua omong kosongmu!"

Berulangkali Rembulan berusaha meraih bagian tubuhku untuk membalas apa yang aku lakukan padanya, namun berulangkali juga aku berhasil menepisnya dan semakin mencengkram erat kepalanya, jika bisa aku ingin sekali melepas kepala perempuan tidak tahu malu tersebut dari tempatnya, satu hal yang ada di kepalaku sekarang ini adalah membalas setiap lukaku atas pengkhianatan mereka dengan sama parahnya.

"Selama ini aku mengenalmu sebagai seorang perempuan yang baik Rembulan, kamu bahkan datang memberikan selamat di Resepsi pernikahanku dengan Mas Barra, kamu datang dan mendoakan pernikahan kami serta turut berbahagia, tapi apa yang baru saja aku dengar???" Nyaris seperti menyeret aku membawa kepala perempuan sampah ini keluar dari rumahku, dengan keras tidak peduli kepalanya akan menghantam paving halaman rumahku, aku menyentaknya hingga tersungkur, kini aku sepenuhnya membutakan nuraniku, tidak peduli dengan Arisa yang menangis tersedu-sedu di dekat Mamanya yang kini kesakitan dalam jatuhnya aku menampar keras-keras Rembulan yang berusaha bangun, "aku sekarang justru mendengar kamu menjadi simpanan suamiku selama lima tahun pernikahan kami! Jika memang kalian berdua ada hubungan, kenapa kalian harus mempermainkanku? Apa salahku kepada kalian berdua? Kesalahan apa yang sudah aku lakukan padamu, Rembulan? Sampai kalian begitu tega bermain sandiwara di belakangku? Kenapa kalian tidak menikah saja jika memang kalian mencintai, haaah?"

Sungguh aku benar-benar terluka, rasanya sangat menyakitkan mendapati semua kenyataan pahit ini, aku berharap Mas Barra menyangkal semuanya namun yang ada Mas Barra hanya diam terbata-bata tidak mampu berucap yang semakin memperlihatkan jika apa yang di katakan oleh Rembulan benar adanya.

Cinta? Apa yang selama ini di rasakan Mas Barra kepadaku hingga dia begitu tega menduakan cintaku kepadanya, bukan sebulan dua bulan namun selama lima tahun pernikahan kami dia pun membagi cintanya diam-diam.

Aku yang sebelumnya merasa menjadi ratu di dalam rumah tanggaku bersamanya, nyatanya tidak lebih dari sebuah bidak yang Mas Barra mainkan untuk mempermulus jalan karirnya.

Seluruh tubuhku kini bergidik, rasanya begitu menjijikan membayangkan Mas Barra selama ini tidak hanya menyentuhku, namun juga menyentuh perempuan lain bahkan hingga memiliki anak. Cinta yang sebelumnya merajai hatiku atas namanya kini padam tidak bersisa.

Apa yang selama ini Mas Barra dan Rembulan bicara dan rencanakan di belakangku hingga tanpa tahu malu sama sekali dia berani dan percaya diri Mas Barra akan mengusirku seolah aku sama sekali tidak berarti.

Lebih dari kecewa dan lukaku, aku kini justru ingin sekali tertawa, menertawakan diriku yang begitu berbahagia padahal yang sebenarnya aku rasa adalah sandiwara yang terasa begitu nyata.

"Kamu tahu Rembulan? Kamu adalah sampah yang sangat menjijikkan! Manusia tidak tahu malu dan tidak tahu adab yang berlindung di balik nama cinta!"

Aku meludah keras tepat di sampingnya yang tersungkur menangis sesenggukan, bahkan Mas Barra yang dari tadi dia koarkan adalah miliknya hanya diam membeku di belakangku tanpa berani menolongnya, sungguh aku juga muak dengan suamiku, tapi urusan Sundal tidak tahu diri ini harus aku selesaikan lebih dahulu sebelum nanti aku akan membuat perhitungan dengannya.

Rembulan kira aku akan menangis histeris saat dia berkata dia adalah simpanan suamiku hingga dia memiliki anak? Tidak, aku tidak akan menangis, setidaknya tidak di hadapannya. Aku tidak akan membiarkan orang lain melihatku kalah dengan manusia licik sepertinya karena aku yakin di sini aku sama sekali tidak pantas untuk di sakiti manusia jahat seperti mereka berdua.

"Kamu menginginkan Suamiku? Ambil dia kalau kamu bisa, nyatanya lima tahun di sembunyikan bahkan setelah hadirnya seorang anak tidak mampu membuat Mas Barra meninggalkanku, bukan? Bahkan sekarang ini di saat kamu tersungkur di bawah kakiku dia sama sekali tidak menolong atau membelamu! Menyedihkan sekali nasibmu yang tidak ada ubahnya seperti binatang peliharaan, di sembunyikan tanpa ada pengakuan. Kamu mengatakan aku menyedihkan karena tidak di cintai? Well, setidaknya aku mendapatkan kehormatan tertinggi, di nikahi dan di akui secara sah di lindungi oleh hukum, sedangkan kamu....."

Aku mencibir sinis, melayangkan tatapan penuh hinaan kepadanya dan kepada anaknya untuk terakhir kalinya sebelum aku memutar tumitku untuk berbalik ke dalam rumah yang bahkan dengan lancang juga merasa berhak di milikinya.

Dan tepat saat aku berbalik, aku menghadap tepat di depan suamiku, siapa pun termasuk diriku tidak akan pernah sanggup membayangkan jalan takdir bisa berubah dengan begitu cepatnya, tadi pagi aku masih berpamitan dengan Mas Barra begitu mesranya, aku meraih tangannya untuk memberi salam dan Mas Barra yang mencium keningku penuh dengan kasih sayang.

Selama ini tidak ada yang janggal di diri Mas Barra hingga membuatku curiga, dia tidak pernah sembunyi-sembunyi memainkan hapenya maupun pergi dalam waktu yang lama hingga tidak masuk akal, segala hal yang di lakukan Mas Barra sangat normal dan jauh dari hal yang membuatku berpikiran buruk, namun siapa sangka, priaku, seorang yang aku jadikan pemimpin dalam hidupku, seorang yang aku percayakan bahagia akan hidupku menggantikan Papa justru berlaku begitu tega mematahkan keyakinanku jika Mas Barra adalah seorang yang membuat hidupku begitu sempurna walau belum ada anak di antara kami.

Lima tahun, waktu yang sangat lama untuk membuka kedok busuk Mas Barra, entah di mana nuraninya hingga dia sanggup bersandiwara selama ini, kepalaku benar-benar tidak sanggup memikirkan bagaimana bisa Mas Barra menikahiku sementara di belakangku dia juga menikahi seorang yang selama ini adalah sahabatnya yang aku terima sebagai sahabatku sendiri.

Memang benar ya kata orang bijak, pertemanan murni antara pria dan wanita adalah hal yang mustahil tanpa ada rasa di antara mereka berdua.

Meredam kekecewaan yang begitu besar dan godaan untuk memukul Mas Barra seperti yang aku lakukan pada Rembulan aku menatapnya sekilas.

"Silahkan tolong sampah itu jika kamu mau say goodbye dengan kariermu, Mas Barra!"

Luka dan ObatnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang