19

12.7K 1K 59
                                    

Luka dan Obatnya sudah full part on Karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luka dan Obatnya sudah full part on Karyakarsa ya.
Yang punya Apk Karyakarsa bisa melipir biar nggak penasaran ♥️♥️
Buat tim ebook sabar ya, semoga launching secepatnya di playbook.
Happy reading semuanya
Enjooyy

"Kamu ingin terus menjadi Maduku dengan resiko selamanya akan di sembunyikan Mas Barra untuk selamanya, bahkan anak kalian tidak akan mendapatkan pengakuan sebagai seorang anak dari Prawiranegara yang akan mempengaruhi masa depannya kelak, dan kamu harus bekerja menafkahi diri sendiri karena aku sama sekali tidak sudi berbagi harta hasil kerja kerasku beserta gaji suamiku denganmu......"

"..........." Semua orang di ruangan ini menghela nafas tidak percaya, setelah berhasil mendapatkan tanda tangan pengalihan aset menjadi milik Arnata, kini Arnata tanpa segan membabat habis segala hal yang membuat dirinya terikat dengan seorang Barra Prawiranegara.

"Atau kamu mau menjadi satu-satunya untuk Mas Barra?! Sungguh aku berbesar hati merelakan suami kita untuk dirimu seorang."

Barra menggeleng pelan, "Tapi aku yang tidak mau bercerai darimu, Arnata!" Selanya, tidak menerima semua yang di putuskan oleh Arnata, namun siapa yang bisa menolak keputusan paling rasional seorang yang sudah di khianati.

"Ssstttttt!!" Potong Arnata tidak sabar sembari menempelkan telunjuknya pada bibirnya memberi isyarat pada Barra agar pria itu diam. "Urusan Nata sama Mas sudah selesai, sekarang biarkan Nata dan Rembulan yang menyelesaikan hubungan segitiga yang menyakiti satu sama lain ini, di sini kami para perempuan yang di rugikan."

Saat sebuah kalimat menohok tanpa bisa di bantah siapa lagi yang berani berucap, sekali pun Barra memelas memohon pertolongan dari kedua orangtuanya, mereka tidak akan bisa menolong.
Sekali pun kedua orangtua Barra menyayangkan sebuah perpisahan dan berharap ada maaf dari sang menantu, mereka sadar lima tahun di khianati hingga berbuah seorang anak bukanlah hal yang pantas untuk mengiba memohon maaf, sebab itulah baik Ayah maupun Ibunya Barra hanya menunduk malu tidak berani memandang sang menantu yang kini tengah menatap selingkuhan putra mereka menunggu jawaban.

"Kita pernah bersahabat kan, Rembulan. Jadi tolong, kesampingkan amarahmu sejenak seperti yang tengah aku lakukan dan pikirkan baik-baik tawaranku. Sebagai wanita aku paham betul kita tidak suka berbagi, aku tidak suka membagi suamiku dan aku sangat tidak suka suamiku memikirkan siapapun bahkan anaknya darimu sekali pun, kamu paham kan apa maksudku?" Dan benar saja, setiap ucapan dari Arnata membuat Rembulan goyah, Rembulan sudah membayangkan bagaimana nyamannya hidup menjadi Nyonya Prawiranegara yang tinggal ongkang-ongkang kaki dan shopping tanpa memikirkan limit kartu kredit, tapi nyatanya semua bayangan indah itu musnah tidak bersisa.

Barra masih sama pecundangnya seperti dahulu yang sama sekali tidak memiliki apa-apa, Rembulan kira dengan Barra menikah dengan Arnata semua bisnis yang tertera adalah milik Barra, nyatanya tidak ada secuil pun dari semua harta tersebut yang benar-benar milik Barra bahkan tabungan gaji selama lima tahun tidak bersisa.

Kini semua kenyamanan yang di rasakan Rembulan dan Arisa pun di renggut dengan kejam oleh Arnata tanpa ada seorang pun di ruangan ini yang berbelas kasihan pada nasib anaknya.

Bohong jika Rembulan tidak gentar menghadapi Arnata karena Rembulan paham betul bagaimana berkuasanya seorang Sadewa, tapi ego dan kemarahannya menjadi seorang simpanan membuatnya menepis semua rasa takut dan malu yang selalu melekat setiap kali berhadapan dengan perempuan yang selalu memiliki segala yang di inginkan oleh Rembulan. Baik cinta maupun materi dan kepopuleran.

Rembulan paham betul dengan maksud kalimat Arnata di akhir ancamannya, dan kini untuk pertama kalinya Rembulan tidak setuju dengan Barra yang begitu enggan berpisah dengan Arnata, bahkan jujur saja, Rembulan muak dengan semua kalimat cinta yang di ulang-ulang oleh Barra sedari tadi, Barra berkata dia mencintai dan tidak ingin berpisah dari Arnata tanpa sedikit pun memikirkan perasaan Rembulan hanb sedari awal masuk ruangan ini tengah memperjuangkan haknya sebagai istri yang ingin di terima dan juga di hargai.

Sungguh Rembulan sakit hati dengan sikap Barra dan keluarganya yang terus menerus menyalahkannya sebagai orang ketiga dan perusak rumah tangga bahkan tanpa memikirkan bagaimana hidup cucu mereka kelak.

Rembulan kini bimbang dengan tawaran yang di berikan oleh Arnata, tidak habis pikir Arnata dengan mudahnya menyerahkan Barra begitu saja setelah kemarin Arnata mengejeknya habis-habisan. Apalagi Arnata menyiratkan dengan jelas jika wanita itu mundur dengan sukarela dan pertanyaan barusan tidak lebih dari sekedar basa-basi belaka.

Menjadi istri satu-satunya Barra yang selama ini di cintainya tentu saja Rembulan mau, setidaknya walaupun Barra tidak bergelimang harta seperti sebelumnya, Rembulan mendapatkan status istri sah dan Arisa mendapatkan pengakuan, bukankah itu lebih baik daripada selamanya menjadi seorang simpanan bahkan harus menafkahi dirinya sendiri. Dari segi manapun tidak ada hal yang menguntungkan untuk Rembulan.

Rembulan hendak menjawab, dia sudah menyingkirkan rasa amarah dan egonya kepada Arnata yang tidak mau memberikan gono-gini tapi kalimat lemah dari Barra mengganggunya.

"Nata, please! Mas akan tinggalkan mereka berdua asalkan kamu tidak meminta cerai, " Mohon Barra untuk terakhir kalinya, dan sama seperti sebelumnya permohonan maaf itu sama sekali tidak di tanggapi Arnata dan justru semakin mengobarkan kemarahan Rembulan.

Bagaimana bisa setelah semua hal yang di lakukan Rembulan untuk Barra, dengan mudahnya pria itu hendak mencampakkannya begitu saja? Rembulan nyaris saja melayangkan tamparan dan luapan emosi kecewanya terhadap Barra jika saja Arnata tidak berbicara lebih dahulu.

"Tapi Nata yang tidak mau Mas melakukan hal tersebut! Sudah Nata bilang kan Mas, Nata menerima pernikahan kedua Mas ini, Nata juga nggak keberatan pada Arisa, bahkan Nata melakukan semua hal ini agar anak Mas memiliki keluarga yang utuh, keluarga yang tidak akan di dapatkan jika Mas tidak melepaskan Nata, toh melepaskan Nata adalah opsi terbaik yang Mas Barra miliki, tidak ada anak yang mengikat kita berdua, berbeda dengan Rembulan. Berpisah adalah hal terbaik yang bisa Mas lakukan untuk memperbaiki segalanya, memperbaiki hati Nata yang hancur dan mencegah hancurnya hati Arisa kelak jika dia dewasa nanti. Di panggil anak haram maupun anak pelakor itu nggak enak, Mas."

"Nat....."

"Nata menerima semuanya, tapi Nata tidak ingin menjadi bagian dari bahagia kalian. Apa yang kalian berdua sebut bahagia adalah luka untukku, dan biarkan perceraian kita menjadi salah satu obat yang menyembuhkannya. Rembulan, Mas Barra, dia kini sepenuhnya menjadi milikmu karena aku yang tidak sudi menjadi madumu."

Tidak ada maaf dari Arnata, tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaiki segalanya seperti layaknya kisah roman picisan dari sebuah novel, Arnata menerima semua khilaf Barra untuk bersama namun untuk mengakhiri semuanya.

Pada akhirnya tidak ada yang bahagia dalam perselingkuhan ini, sebuah keluarga hancur, dan sebuah hati tersayat luka dengan hebatnya entah kapan bisa di sembuhkan oleh waktu.

Arnata, dia meminta semuanya berakhir menyisakan Barra untuk meratapi keserakahannya, dan juga Rembulan yang sadar jika cinta tidak pernah Barra miliki untuknya.

Bagi Arnata ada banyak maaf yang bisa di berikan untuk berbagai kesalahan, tapi kesempatan kedua bagi pengkhianatan yang kini menyisakan lubang luka menganga di hatinya Arnata tidak mau memberikannya. Tidak apa bagi Arnata merelakan Barra untuk Rembulan dan Arisa karena untuk kembali bersama Barra lengkap dengan pengkhianatan yang dia terima Arnata sama sekali tidak bisa melupakannya begitu saja. Arnata tidak mau selamanya hidup di bawah bayang-bayang luka tersebut.

Pada akhirnya kisah cintanya yang Arnata kira begitu indah dan sempurna berakhir dengan begitu menyakitkan saat topeng sandiwara yang selama ini di mainkan begitu apik oleh suaminya di buka oleh takdir.

Bisa apa Arnata selain menerima segalanya dengan lapang dada?

Luka dan ObatnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang