Enam

13.2K 1K 48
                                    

"Khilaf?" Beoku pelan, "khilaf itu kesalahan yang satu kali di lakukan, Mas. Tapi lima tahun berkhianat, bahkan sebelum kita menikah hingga kamu berhubungan bukan khilaf namanya, tapi memang sudah Mas rencanakan untuk menggenggam dua hati secara bersamaan, satu untuk kamu cintai secara utuh, sementara aku? Aku yang kamu jadikan pijakan untuk mendapatkan segala yang kamu miliki sekarang! Aku tidak tuli Mas, aku mendengar semua yang di katakan oleh Rembulan barusan, aku mendengar bagaimana busuknya kalian berdua membuat rencana "

Kembali aku mendapati Mas Barra menggeleng, menampik apa yang aku tuduhkan, setelah semuanya yang sudah terbongkar Mas Barra masih berkelit.

"Arnata, sudah Mas bilang, itu semua hanya asumsi Rembulan. Dia terobsesi memiliki Mas, Nat. Seperti Mas, dia hanya memiliki Mas tidak peduli Mas mencintaimu dan mempunyai kamu, dia tidak mau menerima kenyataan jika perempuan yang Mas cintai cuma kamu. Percayalah, Mas berniat jujur kepadamu tentang pernikahan kedua yang Mas sembunyikan ini dan hadirnya Arisa, Mas hanya menunggu waktu yang tepat Arnata, Mas ingin menyelesaikan masalah ini sebelum Mas memberitahumu semuanya. Mas ingin kamu tahu tapi tidak dengan cara seperti ini. Mas mohon percaya sama Mas, Nat. Selama ini Mas berusaha keras untuk meyakinkan Rembulan agar melepaskan Arisa untuk kita berdua, Mas ingin kita berdua bisa hidup tenang dengan Arisa tanpa harus takut Bulan akan menjadi pengganggu dalam hubungan kita, tapi kamu lihat sendiri kan bagaimana sikapnya, jika Mas salah langkah bukan tidak mungkin Bulan akan melukaimu. Selama ini Mas menyembunyikan semuanya bukan karena Mas mengkhianatimu, tapi karena Mas melindungimu." Genggaman tangan Mas Barra di tanganku menguat, sorot matanya begitu penuh keseriusan dan tekad, "Percayalah, Arnata. Mas mencintaimu."

Tanpa sadar aku berdesis sinis sembari menggemparkan tangannya yang menggenggam tanganku, genggaman tangan yang sebelumnya adalah hal yang paling aku sukai darinya kini adalah hal yang membuatku bergidik, bertahun-tahun di saat aku merasa aku satu-satunya dalam hidup Mas Barra ternyata tangan tersebut dia gunakan untuk menggenggam tangan wanita lainnya.

Kini setelah semua kebusukannya terbongkar, aku melihat sisi lain suamiku yang sebelumnya begitu sempurna di mataku, tidak, dia tidak sempurna sama sekali, karena sekarang aku justru melihat Mas Barra sebagai seorang yang manipulatif yang berusaha keras memutarbalikkan fakta dan menempatkan dirinya bukan sebagai tersangka namun sebagai seorang korban.

Gaslighting relationship, mungkin aku akan terjebak di dalamnya jika saja kemarahan dan luka yang aku rasakan membunuh semua perasaanku dan menyisakan akal sehatiku, berniat jujur katanya, lima tahun dia tidak berucap apapun lalu di bagian mananya Mas Barra berniat untuk jujur kepadaku, jika dia memang tidak ingin mengkhianatiku hadirnya anak haramnya tidak perlu sama sekali di dunia ini.

Pertemanan macam apa dua manusia ini hingga menghasilkan anak Menurut Mas Barra aku Sudi apa menerima anak haramnya yang bahkan berucap tidak suka tepat di depan mataku? Sungguh aku bukan malaikat, yang bisa berbesar hati layaknya para wanita tokoh utama sebuah novel di mana dengan senang hati sang Istri merawat anak selingkuhan suaminya dengan dalih cinta atau alasan apapun karena aku sama sekali tidak akan menerima dengan naif anak hasil perselingkuhan Mas Bara, hadirnya akan terus membuatku teringat bagaimana seorang yang sudah aku cintai berbagi raga dengan wanita lain.

Sungguh aku hanya wanita biasa yang tidak mampu menahan kecewa, di hadapkan pilihan untuk menerima anak haramnya tentu saja aku tidak akan mau.

Dan saat aku mendengar semua pembelaan Mas Barra, mendengar alasan yang dia kemukakan kenapa dia bisa begitu tega kepadaku walau seperti yang bisa aku duga segala yang terucap hanya semakin menyakiti hatiku karena pengkhianatan yang dia lakukan. Khilaf yang berlanjut adalah sebuah kejahatan.

Dadaku kini bahkan terasa begitu sesak, rasa kecewa, dan luka yang kini menancap di ulu hatiku membuat lubang menganga yang aku rasa tidak akan sembuh dengan obat apapun, bagiku segalanya bisa di bicarakan dalam sebuah hubungan kecuali perselingkuhan dan KDRT. Entah sampai kapan Mas Barra akan membodohiku seperti kerbau bodoh yang terbuai akan cinta semu yang dia berikan andai hari ini tidak terjadi.

Seorang yang aku kira merupakan gambaran sempurna pengganti Papaku, sosok cinta pertamaku yang aku percayakan bahagiaku dalam biduk pernikahan nyatanya tidak lebih dari seorang pendongeng handal yang meraup keuntungan dariku.

"Kamu berniat untuk membawa anakmu tadi ke rumah ini, Mas Barra?" Tanyaku yang langsung di jawab anggukan olehnya. Terlihat jelas sekali di mataku jika priaku yang selama ini selalu berkata kepadaku untuk menunda momongan lebih dahulu sangat menyayangi gadis kecil yang merupakan duplikatnya dan Rembulan.

Terang saja apa yang di perbuat suamiku ini semakin melukaiku, lima tahun aku menurut padanya untuk menunda momongan tidak peduli usiaku kini sudah menginjak 28 tahun, masa yang matang untuk seorang wanita sepertiku untuk memiliki buah hati, namun ternyata alasan Mas Barra bukan karier yang dia katakan, melainkan karena dia sudah memiliki anak dari seorang wanita yang begitu dia puja layaknya Dewi penyelamat.

"Hanya aku yang Arisa miliki jika aku berpisah dengan Bulan, Arnata. Kamu maukan menerimanya? Mas tidak mencintai Bulan sama sekali, tapi Mas sangat menyayagi Arisa, dia akan menjadi pelampiasan kemarahan Bulan jika sampai Mas meninggalkannya pada Bulan. Bertiga kita akan bahagia, Nat. Mas akan menyingkirkan Bulan bagaimana pun caranya agar dia tidak bisa mengganggu kamu maupun keluarga bahagia kita."

Tekad dan keseriusan terlihat di wajah Mas Barra, namun alih-alih aku tersentuh dengan semua janji tersebut yang sudah pasti di harapkan Mas Barra akan membuatku tenang dan percaya kepadanya karena Mas Barra lebih memilihku di bandingkan dengan selingkuhannya, aku justru jijik dengan sikap ambisius Mas Barra ini, sisi gelapnya di balik sikap sempurna yang selama ini dia perlihatkan kepadaku membuatku bergidik ngeri, bukan tidak mungkin jika satu waktu nanti aku yang akan dia singkirkan saat di rasanya aku tidak berguna untuknya. Lagi pula Mas Barra kira aku akan percaya apa kepadanya saat dia bilang akan meninggalkan Bulan begitu saja? Karena kenyataannya demi wanita itu lima tahun penuh Mas Barra menyakitiku.

Ya Tuhan, dosa apa yang telah aku lakukan sampai-sampai Engkau memberikan cintaku kepada seorang yang begitu jahat kepadanya.

Kini rasa kecewa, marah, dan luka yang bertumpuk di dalam hatiku sudah tidak bisa aku bendung lagi, dengan tegas aku menyingkirkan tangan Mas Barra yang menggenggam tanganku dan menjauh darinya.

Mas Barra kira cinta akan membuatku lemah? Oooh tidak, aku tidak akan menangis dan meminta cerai darinya atau memintanya berjanji untuk tidak menemui Bulan lagi, karena lebih dari itu aku ingin memulai balas dendam yang sangat indah untuknya.

Senyuman manis kini aku sunggingkan di bibirku, membuat Mas Barra terperangah karena perubahan sikapku yang begitu cepat. Tapi itu belum seberapa di bandingkan dengan apa yang aku katakan kepadanya.

"Jangankan Arisa, Rembulan saja akan aku terima menjadi maduku, Mas Barra. Jangan khawatir, aku tidak memintamu menceraikan Rembulan karena kamu pasti tidak tega, aku justru mengizinkanmu melegalkan pernikahan kalian, Mas!"

"........"

"Bagaimana, baik bukan istri cantik dan sempurnamu ini?"

Luka dan ObatnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang