IMEL
Aku tersenyum senang ketika sidang proposalku diterima dan hasil presentasi rencana penelitianku dinyatakan layak dan lolos oleh tim program studi dan tim penguji.
Gilak!
Aku mah banyak-banyak makasih deh ke Pak Tara dan Pak Daru, mereka membantuku habis-habisan. Ketika penguji bertanya, aku menjawab dengan baik, dan pembimbingku (kebanyakan Pak Tara) menambahkan jawaban dengan argumennya yang detail dan tak terbantahkan. The best banget emang!
"Selamat ya Mel!" ujar Pak Daru, ia dan Pak Tara masih ada di ruang sidang sementara yang lain sudah keluar.
"Makasi banyak ya Pak!" kataku menghampiri keduanya dan salim.
"Sama-sama, catet ya tadi saran-sarannya, mumpung masih anget langsung revisi aja, abis itu baru deh mulai penelitiannya. Atur jadwal skripsian, magang sama jadwal kuliah kamu sendiri," ujar Pak Tara.
"Siap Pak, cuma kuliah sama penelitian kok, saya udah magang pas semester pendek kemarin, jadi aman," jelasku.
"Good girl! Dah ya ditinggal!" ucap Pak Tara, aku mengangguk.
"Bye Mel!" sahut Pak Daru.
"Iya Pak, makasi banyak yaaaa!" seruku senang kemudian balik ke meja presentasi untuk merapikan berkas-berkasku.
Di luar ruang sidang, anggota geng HIMABO dan beberapa teman kelasku menunggu.
"Gimana?" tanya mereka berbarengan ketika aku keluar.
"Lancar, alhamdulillah!"
"Mantap, party nih kita?" tanya Prima.
"Makan-makan di kostan aja, gue traktir!" seruku senang, rela aku duit jajanku minggu ini buat traktir mereka.
"Asikkk, gass ayok gasss!" seru Dini.
Kami semua bersemangat, tapi sayangnya gak bisa langsung ke kostan. Aku kudu ngurus administrasi dulu di Prodi, Dini dan Prima ada ngulang mata kuliah, Didi ada kelas sedangkan Wira dan Ulfa ada praktikum.
Jadi, kami mencar dulu, saling berjanji kalau jam 4 sore nanti kumpul di kostan Dini.
Sendirian ke ruangan program studi, ternyata ada Pak Tara, sedang mengobrol dengan Pak Hendra.
"Permisi," ucapku sebelum masuk.
"Eh Imel, kenapa Mel?" Pak Tara yang menyahut.
"Ini, mau kasih berkas tanda selesai sidang pertama,"
"Ke Pak Hendra ya? Duduk dulu ya, ditunggu bentar, saya lagi ada urusan dulu sama Pak Hendra," ujar Pak Tara lembut, aku tersenyum sambil mengangguk, lalu duduk di kursi yang tersedia.
Sok sibuk sama proposalku, aku sambil curi denger obrolan Pak Tara. Sepertinya mereka sedang berdebat soal jadwal mengajar. Pak Tara bilang ada jadwalnya yang bentrok dengan jadwal mengajarnya di kampus lain.
"Kan saya udah bilang Pak, Sabtu-Minggu saya udah gak bisa ngajar, udah ada jadwal di tempat lain," ucap Pak Tara.
"Tapi Pak, kan ini buat kelas Pasca Sarjana, Pak. Mereka rata-rata udah kerja, bisanya ya cuma sabtu-minggu," ujar Pak Hendra.
"Terus gimana? Saya kan gak bisa membelah diri, emang saya amoeba?"
"Yaa, gimana ya pak?" Pak Hendra malah balik bertanya.
"Heu, mahasiswanya ada berapa sih? 3 mata kuliah kan?"
"Bener pak 3 mata kuliah, mahasiswanya yaa 10 orang Pak, gak banyak kok,"
"Yaudah, kamu bikin group chat, bilang mereka kelasnya gak di sini, mereka ikut saya ke kampus lain, biar ngajarnya sekalian,"
"Boleh pak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranjang Usang Pak Dosen
RomanceSequel Tante Mer (Tante Mer available on gogle play) Imelda Prajna adalah seorang mahasiswi tingkat akhir. Ketika ia harus mengerjakan skripsi untuk mendepatkan gelar sarjana sains di belakang namanya, ia berhadapan dengan dua dosen killer yang pern...