27. A busy day

829 188 33
                                    

TARA

Imel beneran ngilang, anjir. Nomor gue resmi diblokir sama dia. Like... ya allah gusti pangeran sawiji, salah gue apa??

"Pak, gak berangkat ke gedung MIPA?" lamunan gue buyar oleh Tiara, gue langsung melihat jam di tangan.

Lha iyaaa.

"Ra, kamu bisa kan lanjutin masukin nilai kaya yang saya ajarin tadi?" tanya gue.

Tiara mengangguk.

"Bisa kok, Pak."

"Okee, yang teliti ya, jangan sampai ada yang salah, soalnya itu menyangkut hidup dan mati banyak mahasiswa," kata gue.

Ya, kali ini gue ngajarin dan ngasih kerjaan ke Tiara caranya masukin nilai, pake aplikasi yang disediakan kampus sih, convert nilai kehadiran, nilai tugas, nilai quiz, nilai ujian untuk jadi value A, B, C, D atau bahkan E.

"Siap Pak, pasti saya liat satu-satu, ini di split screen kaya yang Pak Tara ajarin kok, jadi gak bolak-balik,"

"Good, saya rapat dulu yaa," kata gue.

Ya, perkuliahan sudah masuk UTS, jadwal ngajar gue gak banyak, cuma ya PR aja koreksi nilai UTS-nya, dan ada banyak rapat euy.

Membawa tas selempang, gue meninggalkan Tiara di ruangan, berjalan agak cepat karena sudah pukul 13.40 sedangkan rapat dimulai pukul 14.00 gak enak kalau telat.

Sesampainya di gedung MIPA gue langsung naik ke lantai 2, tempat ruang rapat utama berada. Saat gue masuk, ternyata belum banyak yang hadir. Pak Dekan bahkan selaku pimpinan rapat juga belum hadir.

Good deh, aman. Tapi ya ngeselin juga, gak tepat waktu, padahal gue udah cosplay jadi The Flash tadi lari-lari ke sini.

Hanya beberapa menit, ruangan sudah ramai, Pak Isjaya, Dekan dari Fakultas MIPA pun mulai membuka rapat, membacakan agenda hari ini dan lain sebagainya.

Kalau di MIPA jabatan gue ya hanya sebagai tenaga pengajar, jadi gue gak terlibat terlalu banyak, toh ada Pak Gusti juga, ketua program studi Biologi yang pastinya lebih banyak tahu permasalahan yang ada.

Gue memberi masukan sebisanya ketika Pak Gusti meminta pendapat, benar-benar bicara sesuai porsi.

Lalu sampailah pada pembahasan mahasiswa-mahasiswa senior yang sudah lebih dari 10 semester tapi belum lulus-lulus.

"Pak Tara, banyak yang mengeluhkan beberapa mata kuliah yang bapak ampu, katanya dapet nilai bagus dari Pak Tara susah, dan itu menghambat kelulusan mereka," ujar Pak Dekan.

Gue tersenyum kecil sebelum menjawab.

"Pak, jujur... saya gak pernah pelit nilai. Tapi saya kasih nilai ya apa adanya, sesuai kemampuan mereka mengerjakan tugas, nilai quiz dan ujian, bahkan kehadiran. Gak ada yang saya kurang-kurangin. Masalahnya beberapa mata kuliah yang saya ajar nih, kaya Ekologi Perairan Tawar, Biologi Kelautan, Aquaculture dan lain-lain, ini kan mata kuliah pilihan ya Pak ya? Artinya mereka-mereka ini yang memilih untuk masuk kelas saya, kalau mereka gak sesuai standar saya, masa saya harus nurunin standar saya?"

"Asli, Pak Isjaya... kalau untuk mata kuliah, saya selalu fair ngasih nilai. Saya mau nilai mereka bagus ya karena mereka paham materi kuliah saya, bukan karena didongkrak rasa kasian. Lain cerita kalau yang bermasalah ini anak bimbingan skripsi saya, kalo itu saya pasti bantu abis-abisan, saya mau mereka lulus, kalau perlu saya dikte pasti saya diktein mereka satu-satu. Dan terbukti kan? Semua anak bimbingan saya lulus semua, tepat waktu. Kalau yang protes nilainya jelek karena mereka gak ngerjain tugas, masa mereka yang lalai saya yang harus ngalah?" jelas gue panjang lebar.

Ranjang Usang Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang