17. Vdka

820 185 6
                                    

IMEL

Dini Himabo:
Lo baik-baik aja kan tapi?

Me:
Iya baik Din
Tapi ya ituuuu

Dini Himabo:
Lo manfaatin aja momennya
Hahahahaha
Pak Tara ganteng, Mel
Tinggi lagi kan?
Pinter bukan maen
Type lo banget!

Chat sama Dini gak membantu sama sekali, malah bikin aku makin tegang.

Aku sudah berada di kamar dengan Pak Tara, untunglah di kamar ini ada sofanya. Jadi Pak Tara bilang, aku boleh di kasur sementara ia akan tidur di sofa. Such a nice man.

"Mel laper gak?" tanya Pak Tara tiba-tiba.

"Laper Pak," akhirnya... aku udah nahan laper dari tadi tau.

"Mau pesen makan apa ke bawah aja?"

"Ke bawah aja Pak," kataku, anjir laah masa mau makan aja di kamar ye??

Entar yang ada aku makin baper, kan bahaya.

"Yaudah, ayok!"

Kulihat Pak Tara mengambil dompet dari tas ranselnya, menyelipkan dompet tersebut di saku belakang celana sambil ia berjalan ke luar.

Aku ikut ke luar, Pak Tara ternyata menunggu di depan pintu, setelah aku keluar Pak Tara pun mengunci kamar. Karena kamar kami ada di lantai dua, jadi kami harus turun lewat tangga untuk ke restonya.

Asli, kalau aku ke sini bukan karena gempa, atau ke sini bersama teman-temanku, aku pasti happy banget, soalnya tempatnya bagus, adem dan asri gitu diliatnya.

Vila ini di desain dengan sangat apik, bener-bener sweet escape dari hiruk pikuk kota yang padat.

"Mau pesen menu atau makan yang ada di buffet aja nih?" tanya Pak Tara.

"Yang ada aja, Pak. Saya laper nih, gak bisa nunggu,"

"Kamu laperan yaa anaknya,"

Aku menyahuti dengan tersenyum, ya gimana ya? Tadi kan aku abis kerja rodi di sawah, jadi tenagaku banyak terkuras, harus kuisi ulang.

Mengambil piring, kuisi dengan nasi dan lauk pauk yang disediakan, lalu memilih meja yang menghadap ke sawah, biar makan with the view gitu, kaya lagi di Bali, hahahaha.

Pak Tara tak lama menyusul, dia gak ngambil nasi, lebih ke lauk, roti sama sosis panggang banyak banget.

Kami makan dalam diam, sama-sama asik memandangi sawah yang terbentang luas. Dari sini terlihat ada beberapa sawah yang retak-retak, mungkin akibat gempa tadi.

Kacau sihh, sumpah, tadi tuh gempa terdahsyat yang pernah aku alami.

"Ada bar, Mel. Mau pesen minum gak kamu?" tanya Pak Tara tiba-tiba.

"Eh? Minum apa maksudnya, Pak?"

"Saya sih mau beli vodka,"

"Ohhh, engga deh, ehh tapi Pak Tara beli vodkanya segimana?" tanyaku.

"Ya sebotol,"

"Yaudah nanti saya minta aja ya?" kataku, Pak Tara mengangguk.

"Sipp, nanti saya beli yang botol gede,"

"Okeee Pak!"

Kami diam lagi, melanjutkan menghabiskan makanan masing-masing sampai piringnya kosong.

Setelah habis, Pak Tara mengajakku kembali ke kamar, tapi ya singgah dulu sebentar ke bar.

Pak Tara membeli sebotol minuman dan air tonic, buat campuran kali ya.

"Ehh Pak, boleh tambah sprite?" tanyaku.

Ranjang Usang Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang