IMEL
"Waah gila! Lu kalau diperkosa sih Mel lu kudu lapor rektor!" seru Dini ketika aku bercerita padanya.
Ya, aku merasa perlu bercerita akan kejadian yang kualami dan aku memilih Dini untuk menjadi tong sampah curhatku.
"Pak Tara bilang, urusan dia sama gue belum kelar, nanti diberesin. Ya gue tau, dia perlu waktu, gue juga perlu waktu buat nerima keadaan gue ini, tapi gue sakit hati Din, masa gue disangka nguber-nguber dia, seolah gue nih orang gak punya empati yang gak bisa biarin dia yang lagi berduka, kan jahat ya?"
Dini mengangguk.
"Terus gue dituduh mau nyulik kucingnya, padahal apaan coba? Gue cuma mau tenangin kucingnya yang lagi sedih,"
"Ini udah berapa hari sejak Ibunya meninggal? Pak Tara ada hubungin lo gak?"
"Baru hari ke tiga, gak tau, gue blokir kontaknya, kesel!"
"Good! Lo harus playing hard ke orang modelan kaya Pak Tara gini. Sembarangan aja, udah merkosa sobi gue, terus diusir. Tapi... emang lo ngapain sih di rumah Pak Tara?"
"Gue bawain mobilnya balik, terus gue disuruh ganti baju sama Bibi dan kakaknya, mana gantinya di kamar Pak Tara, terus yaudah, Pak Taranya masuk,"
Dini mengangguk-angguk mendengar ceritaku. Ia seperti ingin bersuara, tapi memutuskan untuk meminum es bobanya dulu sebelum buka suara.
"Itu di hotel, coba ceritain ke gue gimana detailnya, biar kita bikin rencana untuk menghancurkan Akatara Chaidar!"
"Jangan menghancurkan juga kali, Din!"
"Ya gue kesel, Mel! Elu digituin! Terus tiga kali gue ambil mata kuliah Ekologi Perairan Tawar, tiga-tiganya dia kasih nilai D, ada gila-gilanya emang nih si Akatara!" seru Dini berapi-api.
Aku diam, dah kalau Dini udah begitu, mending jangan dilawan deh, serem.
"Ayok cerita!" serunya.
"Yaa, lo tau kan awalnya, gue sama Pak Tara kejebak gempa, terus kita cuma dapet satu kamar di penginapan,"
Dini mengangguk.
"Sorenya, si Pak Tara tuh beli vodka sebotol, yaudah tuh dia minum, ya gue minta lah dikit-dikit, lo tau kan gue kalo minum gimana?"
Lagi, Dini mengangguk.
"Gue minta nambah, Pak Tara pesen soju, 8 botol doang, bagi 2 jadi 4 kan ya? Cincai lah yaa?"
"Terus?"
"Ya udah tuh kita minum sambil ngobrol, cerita ini itu sampe akhirnya ciuman deh,"
"Sapa yang mulai?" tanya Dini.
"Gu-gue,"
"Anak monyet emang lu!" maki Dini.
"Tapi kan gue mulai cuma ciuman doang Din, gak buat yang laen,"
"Ehh nenek grandong! Lu di kamar hotel berduaan sama pria dewasa. Bukan sembarang pria dewasa, tapi si Bapak Doktor Akatara Chaidar apalah itu gelarnya panjang banget! Lo tau dia begimana, udah gue ceritain. Ngapain laki begitu lu sosor? Ya abis lu disikat dia! Haduuh Mel, Mel!"
"Can I blame the alcohol?" kataku pelan.
"Ya kalo gitu ceritanya ya dia juga bisa nyalahin alkohol dan bilang kalian berdua sama-sama mabuk, kan yang minum berdua."
"Huh!"
"Tapi dia maennya oke gak? Penasaran gue," tanya Dini dengan nada becanda.
"Seinget gue yaa, oke sihh. Cuma gue menyesalkan aja. Kenapa momen pertama gue harus begitu. Ngerti gak sih? Itu yang bikin gue gak terima,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranjang Usang Pak Dosen
RomanceSequel Tante Mer (Tante Mer available on gogle play) Imelda Prajna adalah seorang mahasiswi tingkat akhir. Ketika ia harus mengerjakan skripsi untuk mendepatkan gelar sarjana sains di belakang namanya, ia berhadapan dengan dua dosen killer yang pern...