TARA
Gue baru saja menceritakan semua rahasia Ibu ke Kak Mega dan Suaminya. Tentu saja Kak Mega menangis sejadi-jadinya. Gue pun pengin nangis, tapi anehnya, air mata gue gak keluar.
"Pantes aja, Tar. Waktu gue mau nikah dan minta Bapak buat menikahkan gue, bapak gak mau," ucap Kak Mega sambil terisak.
"Gue juga sedikit menyesal Kak, selama ini gue membenci orang yang salah. Well, Bapak mungkin emang ninggalin Ibu dan itu jahat. Tapi yang si Mathieu ini lakuin, lebih jahat dari Bapak," kata gue.
"Kita berdua pernah mikir, kok Bapak tega ninggalin kita. Apa kita gak cukup kuat jadi alasan buat bapak stay sama Ibu. Ternyata kita emang bukan siapa-siapanya," isak Kak Mega.
Gue mengangguk.
"Tara, are you okay?" tanya suaminya Kak Mega.
"I'm good,"
"You look not,"
Gue tersenyum kecil.
"Ya kalau dipikir pake logika, mau gimana lagi Kak? Semuanya udah lewat kan? Gue nangis-nangis sampe banjir bandang pun gak bakal ubah keadaan kan? Tapi ya... gue gak cuma punya logika, gue punya hati dan hati gue sakit tahu ini semua," jelas gue pada kakak ipar gue ini.
Kami bertiga hening, sesekali gue mendengar isakan Kak Mega, sampai akhirmya mereda dengan sendirinya.
"Kak, soal warisan Ibu, rumah lama kita, Ibu warisin buat gue, lo sama Bi Isma, mau digimanain itu pembagiannya?" tanya gue.
"Harus ya Tar ngomongin warisan dari sekarang?"
"Ya bukannya yang kaya gini tuh harus cepet diberesin ya? Apalagi Ibu udah ada wasiat, ya harus lebih cepat diselesaikan," kata gue.
"Tara bener, sayaang,"
"Yaudah Tar, kalau emang gitu. Jual aja rumahnya, kita bagi 3."
"Jual berapa?" tanya gue.
"Rumah lama kita gak besar, kamar cuma 3, terus kamar mandi 1. Kalau liat lokasi, kayanya dapet 600 jutaan, Tar."
"Fix lo mau jual rumah harga segitu?" tanya gue.
"Iyaa, orang gak luas-luas banget. Laku segitu juga udah bagus kayanya," ujar Kak Mega.
"Oke sip, gue yang beli. Nanti gue transfer ke elu 200 juta, Kak. Rumah itu mau gue kasih ke Bi Isma," ujar gue.
Ya, gue pengin kasih sesuatu ke Bi Isma. Dia adalah orang yang menemani Ibu mengurus gue dan Kak Mega. Jasa-jasanya beliau buat keluarga gue tuh besar sekali.
"Tar, lo seriusan mau kasih rumah buat Bi Isma?" tanya Mega mengkonfirmasi.
"Iya, kenapa emang?"
"Bi Isma kan gak ada saudara, Tar. Gak ada suami, gak ada anak. Kalau Bi Isma gak ada, itu rumah statusnya gimana nanti?"
"Kata siapa lo Bi Isma gak ada anak?"
"Lha? Bukannya emang iya?"
Gue tersenyum. Mega sudah 12 tahun menikah, 12 tahun gak satu atap sama gue, Ibu dan Bi Isma. Dia gak tahu banyak tentang Bi Isma ternyata.
"Bi Isma punya anak, selama ini anaknya diambil sama keluarga mantan suaminya. Pas anaknya lulus SMA, dia dateng nyari Bi Isma. Sekarang, anaknya Bi Isma lagi kuliah Bahasa Arab di Al Azhar," jelas gue.
Gue tahu betul karena gue lah alasan anak Bi Isma bisa berangkat ke Mesir.
"What? Kok gue gak tahu?"
"Ya lo gak serumah sama kita," jawab gue santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranjang Usang Pak Dosen
RomanceSequel Tante Mer (Tante Mer available on gogle play) Imelda Prajna adalah seorang mahasiswi tingkat akhir. Ketika ia harus mengerjakan skripsi untuk mendepatkan gelar sarjana sains di belakang namanya, ia berhadapan dengan dua dosen killer yang pern...