19. Drunk

1.2K 183 50
                                    

TARA

Jumlah alkohol yang diminum sama Imelda dan gue kayaknya sama banyak. Tapi kenapa anak ini absurd banget ya?

Beneran suasana hatinya bisa banget cepet berubah.

Botol ke 4 soju sudah terbuka, botol terakhir untuk kami karena gue memang hanya pesan 8 botol.

Ya, gue memang sudah memperkirakan. Dengan kadar alkohol vodka sebanyak 40% dan alkohol di soju yang gue minum itu 16%, harusnya cukup buat bikin kita mabuk tapi gak sampe lewat.

Mau gimana pun, gue harus tetap bertanggung jawab kan? Apalagi tadi Mamanya Imel berpesan supaya gue jagain anaknya.

"Pak Tara sini deh!" panggil Imel tiba-tiba, oa menepuk-nepuk karpet di sampingnya.

"Ngapain dah?" tanya gue.

"Sini bentar ehh!"

Gue yang tadinya duduk bersebrangan dengannya pun akhirnya pindah, mendekat ke sisi Imel.

"Kenapa? Ada rahasia yang mau kamu kasih tau ke saya?" tanya gue.

"Iya ada!"

"Apaa?"

"Pintu alfamart yang bacaannya tarik, bisa didorong juga tau!" ucapnya pelan, seperti tidak ingin terdengar orang lain.

"Waaah? Kok itu gak masuk fakta unik nomor 7 on the spot sih?"

"Gak tau nih, kacau!"

Meminum apa yang tersisa di botol, lalu memutar tubuh untuk bersandar ke meja, gue menatap Imel yang sepertinya sudah mengantuk.

Bagus deh kalau dia sudah masuk fase mabuk yang terakhir; mengantuk lalu tidur. Aman kan jadinya gue gak harus jawab pertanyaan-pertanyaan konyolnya dia.

"Pak Tara ganteng deh!" katanya tiba-tiba lalu menepuk-nepuk pipi gue.

"Dari lahir ini sih,"

"Hih! Gak boleh gitu tau!" omelnya.

"Gak boleh gitu, gimana?"

"Iyaa, kalau ganteng tuh gak boleh sok kagantengan, bikin ilfil Pak. Kalau ganteng tuh harus sok cool, biar makin ganteng,"

"Ohh kaya cewek-cewek 'pick me' yang ngerasa keren karena beda dari cewek pada umumnya gitu ya?"

"Pak Tara ngomong apa sih?"

"Kaga tau ah!"

Obrolan gue sama Imel udah makin gak jelas, gue coba tarik bantal sofa lalu rebahan di karpet. Udah lumayan ilang nih kesadaran gue.

Tanpa gue duga, ternyata Imel ikutan rebahan, sialnya ini anak gak ngambil bantal, malah nyedek bantal gue, kampret!

"Bintangnya bagus ya Pak!" katanya menunjuk langit-langit kamar.

Gue memperhatikan sesuai arah yang ditunjuk Imel, gue kira dia udah mabuk berat, ternyata tipe langit-langit kamar ini emang kaya ada titik-titik cahaya gitu, kereeen.

"Kamu bener, bagus!" kataku.

"Pak, Yuyu saya di mobil Pak Tara apa kabar ya?"

"Yaa kalau mati, besok bisa ambil lagi,"

"Tapi Pak Tara yang nyebur sawah ya?"

"Hemmm boleh,"

"Atau pinjem sepatu boot punya Pak Lurah, jadi kita berdua bisa nyebur dan membajak sawah,"

"Siaaap Mel!" ucap gue pelan dan Imel tidak menanggapi gue.

Lalu, gue kaget ketika tiba-tiba Imel berbalik menyamping dan memeluk gue.

Ranjang Usang Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang