⚠️Warning⚠️
Cerita ini mengandung banyak kekerasan, kata-kata kasar, and mental issue.
Dimohon bijak ketika membaca.
Don't self diagnose.
Jangan lupa vote dan ramaikan komentar.
Are you ready?
GO!
® HAPPY READING ®
---BLURB---
Moa Jatraji, seorang psikiater yang didatangkan ke boarding school SMA Elang setelah seorang anak bernama Cakrawala Sadawira hampir membunuh teman satu dorm-nya yang ternyata adalah anak anggota dewan. Namun semuanya menjadi semakin rumit ketika ternyata Cakrawala Sadawira mengingatkan Moa pada sosok dimasa lalunya.
.
.
.° PROLOG °
Playlist—Belum siap kehilangan
"Ayah maafin Cakra...""Ampun ayah... Sakit..."
"Cakra janji nggak akan nakal lagi."
"Ampun ayah... sakit."
"Bunda... jemput Cakra... Ayah benci sama Cakra..."
"Cakra nggak mau sama ayah lagi. Sakit Bunda..."
Tigu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan kencang. Air matanya tidak berhenti menetes ketika mengingat rintihan dan tangisan menyakitkan anak itu.
"JANGAN PANGGIL SAYA AYAH!"
"SAYA BUKAN AYAH KAMU!"
"ANAK SAYA CUMA SATU DAN ITU MARATUNGGA!"
Tigu sesenggukan mengingat kalimat-kalimat menyakitkan yang pernah ia lontarkan pada Cakrawala.
"Ayah, pulang." Pinta Maratungga dengan suara parau kepada Tigu melalui sambungan telpon.
"Nggak bisa."
"Hari ini jenazah Cakra mau dikuburin. Maratungga mohon sama ayah, ayah pulang..."
"Ayah... Mara mohon... Pulang Ayah pulang.... Cakra nungguin ayah di rumah."
"Udah dibilang nggak bisa, ayah sibuk!"
"Peluk Cakra sekali aja, Mara mohon, Yah... Mara mohon... hiks!"
"Cakra nungguin Ayah di rumah."
"Peluk Cakra sekali aja, sebelum jenazah Cakra dikuburin."
Tut.
Tigu mematikan sambungan telponnya.
"Ayah!"
Maratungga memandang tubuh adik tirinya yang dulu sering bermain bersamanya kini terbungkus kain kafan putih dan terbaring di hadapannya.
"Hiks!"
"Cakra... hiks!"
Maratungga menatap jenazah Cakrawala. Air matanya tidak berhenti berjatuhan, suaranya pun terdengar sangat pilu dan menyakitkan.
"Maafin Bang Mara... Maafin Bang Mara nggak bisa bawa ayah ke sini... hiks!"
"Maafin Bang Mara nggak bisa bikin ayah peluk Cakra..."
"Maafin Bang Mara..."
Tigu berjalan tertatih menuju tempat pemakaman umum. Air matanya tidak henti berjatuhan.
"Maafin ayah... maafin ayah, Cakra..."
"Argh! Maafin ayah..."
Kaki Tigu lemas. Ia jatuh terduduk di antara dua gundukan makam milik kedua anaknya.
"Maafin ayah..."
Sudah puluhan kali ia mengucapkan kata maaf untuk kedua anaknya, tapi semua hanya berakhir sia-sia karena kedua anaknya kini telah tiada meninggalkannya selama-lamanya.
Andai dulu ia mendengarkan Maratungga, andai dulu ia tidak membeda-bedakan kedua anak itu. Andai dulu ia pulang untuk memeluk Cakrawala.
Andai dulu...
Tigu sesenggukan. Semuanya hanya tinggal andai. Ia memeluk erat nisan bertuliskan 'Cakrawala Agnibrata' dengan tangis tidak tertahankan. Suara tangisnya terdengar lirih dan begitu menyakitkan.
Langit yang semula mendung kini robek menjatuhkan rintik hujan dan mengguyur tubuh rentanya.
Namun tiba-tiba ia merasakan hujan tidak lagi menghantam tubuhnya. Ia menoleh dan mendapati sebuah tangan anak laki-laki mungil menggenggam payung berwarna kuning sedang memayunginya. Anak itu juga menggunakan jas hujan berwarna kuning serta tas mungil yang juga berwarna kuning.
"Ayah..."
---000---
®Written by Caaay
15 September 2022HAYOO SIAPA TUH ANAK KECILNYA?
TIGU KERASUKAN SETAN APA SAMPAI MINTA MAAP?
PELAN-PELAN BESTIE. NANTI PASTI SATU PERSATU AKAN TERUNGKAP
SIAP LANJUT KE CHAPTER BERIKUTNYA?
Follow akun Instagram khusus ceritaku karena biasanya akan ada chapter penting yang aku private dan hanya bisa dibaca di Instagram. Aku juga akan bikin Save Me versi AU hanya di instagram.
Kalau Save Me belum update di wattpad, aku update AU duluan di instagram.
username instagram : caaay_
Ramaikan comebacknya Cakrawala di tiktok dengan hastag
#savemewp
KAMU SEDANG MEMBACA
3. SAVE ME
Teen FictionMoa Jatraji, seorang psikiater yang didatangkan ke boarding school SMA Elang setelah seorang anak bernama Cakrawala Sadawira hampir membunuh teman satu dorm-nya yang ternyata adalah anak anggota dewan. Namun semuanya menjadi semakin rumit ketika ter...