CHAPTER 21 | INNER CHILD

12.4K 2.9K 1.6K
                                    

Sebelum baca vote dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca vote dulu.

Minimal 1k komen dan 1k vote dulu buat update ke chapter selanjutnya.

Yang udah baca chapter ini minta tolong tag aku di Instagram ya

⚠️ Harap bijak ketika membaca ⚠️

Are you ready?

® Happy reading ®

---000---

Playlist-Happier x Traitor

"Baru-baru ini ada kasus di boarding school elit itu. Ada salah seorang murid yang mencoba membunuh teman satu dormnya. Dia pasti memiliki masalah dengan dirinya sampai bisa melakukan hal senekat itu. SMA Elang meminta seorang psikiater pribadi untuk menangani anak itu. Aku rasa kamu orang yang cocok untuk tugas ini."

Mendengar nama tempat itu seketika membuat Moa membeku beberapa saat. Hingga kemudian dia berucap;

"Maafkan saya, saya tidak bisa," tolaknya.

Ia segera bangkit berdiri dari duduknya dan hendak melangkah keluar dari ruangan kepala rumah sakit itu.

"Sampai kapan kamu akan terus menghindar Moa?" Ucap pria yang tak lagi muda bernama Pak Eswa tersebut.

"Bagaimana kamu bisa menjadi psikiater terbaik disini kalau mengobati diri kamu sendiri saja kamu masih belum bisa?"

Langkah Moa seketika berhenti. Dadanya saat ini sedang berkecamuk, tubuhnya sedikit gemetar. Tenggorokannya terasa kelu seolah ada sesuatu yang mengganjal dan menghalanginya untuk menelan.

"Bahkan kamu menolak tanpa berpikir terlebih dahulu."

Moa menoleh pada atasannya itu. "Aku masih punya pasien di rumah sakit ini yang membutuhkanku."

"Ada dokter Liana yang bisa menanganinya.

"Tapi-"

Moa menunduk. Ia bingung harus menggunakan alibi apalagi supaya dirinya tidak ditugaskan ke SMA Elang.

Ada perasaan sesak di dalam di dadanya hingga pasokan oksigen di sekelilingnya seolah terasa menipis.

Pak Eswa yang merupakan kepala rumah sakit itu bangkit berdiri kemudian melangkah menghampiri Moa.

"Trauma itu seperti kita terjebak di sebuah ruangan gelap tanpa cahaya. Untuk bisa lepas kita harus melewatinya. Bukan terus berdiam diri dan takut untuk melangkah."

3. SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang