Moa Jatraji, seorang psikiater yang didatangkan ke boarding school SMA Elang setelah seorang anak bernama Cakrawala Sadawira hampir membunuh teman satu dorm-nya yang ternyata adalah anak anggota dewan. Namun semuanya menjadi semakin rumit ketika ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum baca vote dulu.
Minimal 1k komen dan 1k vote dulu buat update ke chapter selanjutnya.
Yang udah baca chapter ini minta tolong tag aku di Instagram ya
⚠️ Harap bijak ketika membaca ⚠️
Are you ready?
® Happy reading ®
---000---
Playlist-Pamit
"DIEM LO ANAK ORANG CACAT!"
Ucapan Cakrawala Sadawira seketika membuat Laksmana terbungkam.
Damar yang baru saja sampai pun kaget mendengar makian kasar keluar dari mulut Cakrawala untuk Laksmana. Pun dengan Candrananta yang sejak awal sudah berada disana.
Dengan kurang ajarnya Cakrawala meneriaki Laksamana dengan membawa-bawa fisik ibu Laksmana, padahal semua ini tidak ada sangkut pautnya.
Laksmana mengepalkan telapak tangannya kuat dan...
BUGHK!
Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidupnya ia memukul orang lain dan orang itu adalah Cakrawala Sadawira.
"Lo hina gue, gue bisa diem. Tapi sekali lagi lo hina Bunda gue. Gue habisin lo!"
Laksmana menatap tajam Cakrawala Sadawira.
"HABISIN? ORANG CUPU KAYAK LO MANA BERANI SAMA GUE? HA?! Bisanya ngomong doang! Kalau nggak ada gue, lo udah mati di tangan Kalingga, babi! Anak orang cacat jangan sok jagoan di depan gue!"
Cakrawala mengepalkan telapak tangannya hendak memukul Laksmana, beruntung Candrananta dan Damar segera menengahi hingga pukulan Sadawira gagal mendarat pada wajah Laksmana untuk yang kedua kalinya.
"Laks, pergi dari sini." Candrananta menyeret Laksmana ikut bersamanya sebelum suasana makin parah.
Damar menatap Cakrawala tajam.
"Cak, kali ini mulut sama kelakuan lo udah keterlaluan. Lo nggak ada bedanya sama Kalingga," ucapnya.
"Kalau lo mau belain Laks, pergi! Gue nggak butuh lo!"
"Anak mana yang nggak sakit hati bundanya dikatain, apalagi sama orang terdekatnya sendiri. Kalau lo nggak punya hati seenggaknya sebelum ngomong, pikir pake otak!" Lanjut Damar mencoba menasehati.