Chapter 1 : 「Tubuh baru 」

1.2K 119 10
                                    

Malam berganti pagi. Kicau burung terdengar diluar kamar yang gelap. Hanya ada secercah cahaya yang masuk lewat sela-sela jendela.

Pemuda yang sedang terbaring di kasurnya bangun, namun itu membuatnya kebingungan, karena ini bukanlah kamarnya. Kondisi kamar yang memiliki gaya kerajaan abad pertengahan. "Sejak kapan aku menyukai kultur kerajaan Eropa," ujarnya dalam hati.

Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit seperti telah terjadi benturan terhadap kepala dia.

"Dimana Aku?" ucap pemuda itu mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Sebelumnya dia hanya mengingat seorang pria berjubah putih menghampirinya, saat ketika dia sedang tergeletak tak berdaya setelah sebelumnya tertabrak truk.

Pria itu menghampiri dirinya dan mengatakan sesuatu, namun di sana Pemuda itu tak tahu apa yang pria itu katakan, dirinya tak dapat mendengar suara yang dilontarkan oleh orang misterius itu.

Bukannya terbangun di rumah sakit, dia malah terbangun di sebuah ruangan asing yang sepertinya tidak bersangkt paut dengan rumah putih itu.

Krrruuuukk....

'Aku lapar, sudah berapa lama aku pingsan.' batinnya memegangi perut yang sudah keroncongan. Dia mencoba membangkitkan diri dan duduk bersandar ke ujung kasur.

Terdengar gagang pintu yang bergerak dan terbuka. Ketika pemuda itu menoleh ke pintu, terdapat seorang gadis dengan pakaian Maid berdiri dibalik ambang pintu.

"Tu-tuan apa itu anda?" ucap tak yakin gadis itu. Pasalnya pria yang ia layani selama sekitar satu setengah tahun ini baru saja mengalami koma yang cukup lama.

'Hee... Tuan? Emangnya dia anak buahku?' Batin dia.

"Yang Mulia, apa ini benar-benar anda?" ucapnya setelah gadis itu sudah menghampirinya.

'Apalagi ini, emang aku ini keluarga kerajaan, pake kata 'Yang Mulia' segala.' batinnya yang semakin heran. 'Tapi tunggu, mungkin saja dia bisa memberiku jawaban kenapa aku berada disini,' imbuhnya.

"Ada yang ingin anda sampaikan Yang mulia?" tanya maid yang mendekatkan wajahnya ke si pemuda cungkring ini.

"Dimana... aku... sebenarnya?" Lirih dia dengan suara serak. "Dan juga.... Siapa... Kamu?" Imbuhnya.

Mendengar pertanyaan dari pemuda membuat si gadis pelayan terdiam sejenak, ia bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan tuannya ini. Tapi kemudian ia menjawabnya.

"Anda sedang ada di kamar Yang Mulia. Dan nama anda, Annas Abbas Gilbarits." jawab pelayan itu.

••••••

"Apa Anda bisa mengeja tulisan ini, Yang Mulia?" tanya seorang pria paruh baya berpenampilan dokter menunjukkan tulisan yang baru saja dia buat.

Anas mengiyakannya dan mengeja tulisan yang baru saja ditulis oleh dokter itu. "G. I. L. B. A. R. I. S. T. Gilbarits,"

Setelah mendengar jawaban dari An yang masih bisa membaca, membuat pria itu menghela nafas lega.

"Bagaimana dengan kondisinya?" tanya seorang pria yang berada di belakang dokter itu.

"Pangeran Annas kehilangan ingatannya, mungkin karena syok berat di otak akibat koma selama enam bulan. Masa kritisnya juga sudah lewat, selain dari ingatan yang hilang, tak ada hal lain lagi yang menjadi masalah serius." jelasnya.

Kemudian Dokter itu menengok ke arah Annas. "Yang Mulia adalah orang yang kuat, hingga bisa selamat melewati masa kritis, biasanya hanya ada beberapa orang yang dapat bertahan hidup setelah melewati masa kritisnya." Setelah itu, dokter menaruh barang-barangnya kembali ke tas yang dia bawa.

Semuanya menghela nafas lega setelah mendengar kalau Annas baik-baik, ya, mungkin hanya amnesia yang paling buruk disini.

"Mungkin butuh proses agar Yang Mulia bisa mengingat kembali ingatan yang hilang, jadi mohon bersabar, ya?" Dokter itu.

Brak!

Pintu dibuka dengan keras. Seorang wanita masuk dengan tergesa-gesa mengarah ke An yang menatapnya dengan bingung.

Wanita itu memeluk An disertai deru tangisan yang semakin menjadi-jadi. An terdiam tak tahu apa-apa tapi kemudian dia ikut memeluk wanita itu, mungkin dapat menenangkan dia.

"Syukurlah Anda kembali Yang Mulia." ucapnya. An tetap diam masih menepuk-nepuk punggungnya.

'Diona Moona Gilbarits'

Itulah nama yang muncul dibenak An saat menatap wanita ini. Entah dari mana nama itu muncul dan siapa juga wanita yang memeluknya dengan erat ini.

"Maaf jika tidak sopan, tapi Permaisuri Diona membuat Annas tidak nyaman. Dia tercekik karena Anda, permaisuri." ujar Pria yang ada dibelakang dokter, mengatakannya dengan sesopan mungkin.

Aaron Abbas Gilbarits—Pangeran kedua dari kerajaan Barrits. Dia adalah anak pertama dari Permaisuri Diona.

"Setidaknya panggil saya Ibunda." ketus Permaisuri Diona kesal akan dipanggil Permaisuri oleh anaknya sendiri. Ia menatap tajam ke arah Aaron.

Sedangkan Aaron tak menanggapinya, ia pergi setelah memberikan salam hormat kepada An. Dia juga sempat memperkenalkan diri kepada An.

"Saya izin permisi, pangeran kedua. Masih ada hal yang belum saya selesaikan." ucap dia membungkuk kepada An. "Oh, iya. Jika kau membutuhkan sesuatu panggil saya aku di istana Raja. Aaron, itu namaku." tambahnya menutup perkataannya sebelum pergi dari sana.

An tak menanggapinya, ia hanya menatap pria itu dengan wajah datarnya.

Lalu menatap ke arah Hana si pelayannya. Membuat Hana terkejut dan menunduk kearah An.

"Sa-saya Hana, Ya-Yang Mulia. Pelayan pribadi Anda." Dirinya terbata-bata karena An yang menatapnya dengan serius.

"Hana. Hana?" An menatap ke Hana dengan memanggil namanya berulang-ulang kali.

'nama itu seperti tak asing dipikiran ku. Apa karena dia adalah pelayan ku?' batinnya.

Lalu ia menoleh ke arah dokter yang baru saja selesai merapihkan barangnya. Ia terkejut ketika melihat An menatapnya.

"Saya Falm de Medici, dokter yang melayani keluarga kerajaan Barrits." Dengan menyimpan tangan kanannya ke dada dan menekuk tubuh ke arah An sebagai hormat.

Lalu An menoleh ke arah Permaisuri Dione.

"Diona Muna Gilbarits?" Kata An kurang yakin, dia mencoba menebak apakah itu nama wanita tersebut.

Mendengar namanya yang disebutkan oleh An sendiri membuat Dion terkejut sekaligus senang. Ia langsung memeluk kembali An dengan antusias.

"Syukurlah aku tak dilupakan oleh Anda." Kebahagiaan terdengar dari nada bicaranya.

An hanya mengangguk-angguk mendengarnya. Dia padahal hanya mengatakan apa yang ada dipikirannya tadi.

Reinkarnasiku Menjadi Seorang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang