Siang hari. Matahari berada tepat di atas langit menerangi bintang-bintang disekitarnya. Seperti dia bisa melihat segalanya, termasuk tiga orang yang sedang berlari terbirit-birit.
Mereka bertiga sedang dikejar-kejar oleh kurang lebih empat puluh laba-laba kegelapan yang ukuranya bisa lima kali lipat dari ukuran orang dewasa.
"Apa kita harus terus berlari, ketua?" tanya Jean, salah satu orang yang ikut berlari.
"Ya, menurutmu apa lagi." jawabannya singkat.
"Kalau begini terus kita akan kehilangan stamina, jika kita kehilangan stamina maka kita akan kelelahan, kalau kita kelelahan kita tidak akan bisa terus berlari. Pokoknya kita tidak akan selamat, ketua." ucap satu orang lagi yang paling bawel diantara mereka, Jiemi.
"Diamlah! Kalau kau terus ngomel, staminamu malah yang akan habis duluan." jawab kesal ketua kelompok ini--Elle Carl.
Carl menoleh ke arah segerombolan laba-laba yang sedang mengejar mereka. Dia dapat melihat laba-laba yang berada paling dengan menggerak-gerakkan mulut.
Yang dipikirkan olehnya benar, setelah itu laba-laba memuntahkan cairan putih yang langsung menjadi lengket ketika mengenai punggung mereka.
Brug!
Dalam sekejap mereka terjatuh ke tanah.
Menoleh kebelakang, para laba-laba sudah berada beberapa langkah dari mereka. Jangankan peluang, harapan untuk hidup saja sudah pasti tidak ada.
"Ini semua salahmu, kapten. Jika saja kau tidak memilih misi ini, ini semua tidak akan terjadi." ujar Jiemi menyalahkannya.
"Benar, kalau saja kau tidak dengan sombong memilih misi kelas C ini, kita tida akan mengalami ini." tambah Jean.
Ya, tidak lain mereka menyalahkan semua ini kepada ketuanya karena mereka sudah putus asa. Mereka tidak mau disalahkan atas kematian ini, jadi mereka menyalahkan ketuanya.
"Ya, benar yang kalian katakan," jawab Carl, "seharusnya aku juga tidak mengindahkan permintaan kalian." lanjutnya tidak terima disalahkan sendiri.
Namun semua itu sudah tak berarti apa-apa lagi, hidup mereka mungkin tinggal beberapa detik lagi. Dari pandangan mereka juga sudah terdapat makhluk putih menyilaukan yang siap bertanya "man Robbuka" kepada mereka.
Semuanya memejamkan mata, siap tidak siap mereka harus menerima kematian mereka.
Siushh!!
Sebuah anak panah meluncur melewati mereka dan langsung mengenai ke laba-laba yang berada paling depan.
"Keeekk!!" Laba-laba itu jatuh ke tanah kala anak panah berhasil menembus kepalanya.
Panah itu berasal dari sudut semak-semak, tak jauh dari tiga orang pria ini berada.
"Bagus, selanjutnya laba-laba bertato aneh yang berada di tengah! Racun laba-laba itu yang paling berbahaya." dia adalah Nath yang sedang memberikan instruksi kepada Robi.
Robi mencari posisi sasaran. Saat dirinya sudah menemukannya, dia langsung melepaskan anak panah ke arah laba-laba yang dituju.
Jleb!
"Bagus." puji Nath. Dia lalu menarik pedang yang selalu dia gantung di punggungnya. "Aku akan maju. Lindungi aku dari titik-titik buta!" Nath maju berlari ke arah segerombolan laba-laba.
Seperti yang diarahkan oleh Nath, Robi melindungi Nath dari laba-laba yang menyerang dari titik buta yang tidak bisa di handel oleh Nath.
Nath menebas kaki laba-laba lalu Robi memanah ke vital laba-laba itu. Itulah formasi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasiku Menjadi Seorang Pangeran
FantasySelama empat abad lamanya dunia jatuh kedalam neraka. Semua itu hanya didasari atas perbuatan manusia yang memiliki hawa nafsu yang tinggi. Sejarah hanya ditulis oleh seorang pemenang. Perbudakan manusia oleh manusia itu sendiri. Kekuasaan seseorang...