Happy Reading.
Di usiaku yang ke-11, aku didaftarkan ke padepokan oleh kedua orangtuaku. Aku tidak melawan saat itu, karena, bagiku apa yang diinginkan oleh ayah dan ibu adalah yang terbaik.
Hanya dalam waktu satu setengah tahun aku sudah mendapatkan gelar sabuk hitam. Tentu itu membuat orangtuaku bangga. Dan saat itu aku beranggapan kalau bela diri adalah keahlian ku.
Saat aku memasuki SMP aku dengan inisiatif masuk ke ekskul pencak silat. Di semester dua, aku didaftarkan masuk kejuaraan tingkat kabupaten dan aku mendapatkan juara dua -ingat juara dua, bukan juara harapan dua, ya!- lalu meraih juara satu ku di kelas-2.
Kemudian aku main lagi di kejuaraan tingkat provinsi, dan mendapatkan juara satu. Itulah masa-masa diriku yang paling aku banggakan.
Sama halnya disaat ku masuk SMA, aku pun inisiatif masuk ke ekskul pencak silat, tapi kali ini dibarengi oleh beberapa ekskul lain yang berbeda-beda, seperti karate, renang, bahasa, dan banyak lagi. Meski demikian, tentu kehebatan ku tidak pernah pudar, bahkan aku bisa memenangkan duel dengan guru silatku sendiri.
Naik ke kelas-11, aku ditawari untuk masuk kejuaraan tingkat provinsi untuk mewakili SMA ku. Tentu dengan rasa sombong aku mengiyakannya, karena bagiku tidak ada lagi orang yang bisa mengalahkan ku sekarang.
Namun aku salah.
Di hari H nya, aku mengalami kecelakaan dan hanya dalam sepersekian menit aku tewas.
Ya. Kurang lebih begitu ringkasan cerita kehidupanku yang pertama. Seorang yang merasa paling hebat dalam bela diri, bahkan dia tidak pernah merasa terkalahkan, malah mati dengan truk, dan bereinkarnasi menjadi seorang pangeran.
Cocok kalau mau dijadiin judul anime. Sekai Saikyou Pencakku Shiratto, Isekai Ouji ni Tensei Suru.
Tapi ngomong-ngomong apakah hal yang tidak penting itu harus dibahas sekarang?
Maksudku, sekarang aku sedang dikejar-kejar oleh beruang buas yang siap mencabik tubuhku jika tertangkap. Tapi kenapa aku harus berbicara sesuatu yang tidak penting sekarang.
Beberapa jam lalu aku ditugaskan untuk berpatroli di sekitaran hutan oleh Hail yang sekarang menjadi tangan kananku.
Aku menolak, kataku, "bukannya itu bukan tugas Dungeon Explorer?"
Tapi dia menjawab kalau ini sudah menjadi tugasku.
Aku baru tahu, saat melihat program kerja Dungeon Explorer yang terpampang besar menempel di dinding kantor, disana tercantum kalau merupakan tugas kami untuk menjaga keamanan daerah hutan dan desa.
Bruak!!
Ngak! Ngak! Ngak!
Aku dapat mendengar burung gagak kabur kala pohon tempat sarangnya diusik dan roboh akibat beruang.
Aku bersembunyi dibalik dahan kayu besar yang sudah rapuh dimakan waktu.
"Sialan. Kenapa juga aku dengan pede merasa bisa mengatasinya sendiri, jadi kan kek gini."
Dah! Jangan mengumpat tidak jelas, sekarang yang harus aku lakukan adalah, bagaimana cara mengalahkan hewan buas besar itu.
Aku menengok ke balik pohon, hewan buas itu sedang mengendus-endus bau, untuk menemukan keberadaan diriku.
Kudengar beruang dikenal sebagai hewan buas yang memiliki indra penciuman yang sangat tajam. Penciumannya lebih kuat 100x lipat dibandingkan manusia normal.
Jadi, aku hanya memiliki waktu kurang dari 1 menit sebelum aku mati ditemukan dan diterkam olehnya.
Baiklah mulai berfikir. Disini aku memiliki 9 anak panah, dan tiga pisau di selempang. Aku akan memanah bagian vitalnya lalu menyerangnya secara langsung dengan pisau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasiku Menjadi Seorang Pangeran
FantasySelama empat abad lamanya dunia jatuh kedalam neraka. Semua itu hanya didasari atas perbuatan manusia yang memiliki hawa nafsu yang tinggi. Sejarah hanya ditulis oleh seorang pemenang. Perbudakan manusia oleh manusia itu sendiri. Kekuasaan seseorang...