Chapter 40 [S02/18] : Pertemuan tidak disengaja.

9 1 0
                                    

"Keinginan bukan permainan, namun itu menyenangkan"

—eN_Altheir.

"Apa!? Yang benar saja dia malah menyuruhmu mencarikan wanita jalang itu dayang," komentar tegas Grace ketika dia mendengar cerita Rein.

Grace memang hanya pelayan pribadi, namun hubunganku dengannya sudah lebih daripada majikan dan anak buah, kami lebih relevan dianggap sebagai saudari kandung.

"Nona, pria itu gila, dia bukanlah orang baik-baik, sebaiknya putuskan saja hubunganmu dengannya. Saya mendukung anda," ujar Grace penuh semangat. Meski hubungan kami dekat, Grace tidak pernah lupa akan menghormati ku, dia selalu memanggil diriku Nona atau Yang Mulia karena dia juga tidak lupa akan derajatnya denganku.

Aku hanya menghela nafas malas. Apa yang dikatakan oleh Grace benar, namun itu tidak akan mudah. "Mau nya seperti itu, tapi itu tidak akan semudah yang kamu katakan," balasku.

Grace paham maksudku. Sejak saat itu dia hanya diam saja disampingi diriku tanpa sepatah katapun.

Kami sedang berada di kantor tempatku bekerja, hanya ada kami berdua. Licia asistenku sedang pergi ke perpustakaan untuk mengambilnya berkas Permaisuri yang masih ada disana.

"Menurutmu apa itu sakit hati?" gumamku pelan namun dapat dimengerti oleh Grace.

"Menurut saya, itu adalah hal yang wajar," celetuk Grace disampingku.

"Ha?" Aku menoleh padanya bertanya-tanya.

"Saya pernah membaca buku berjudul "Love and Red Classic", disana saya menemukan sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan selama ini. Arti keluarga, arti keegoisan, arti ketamakan, dan yang paling klimaks adalah apa itu arti cinta." ucapnya meski aku masih tidak terlalu memahaminya.

Kemudian dia melanjutkan, "intinya, apa yang sedang anda rasakan adalah bentuk dari cinta."

"Ha? Maksudmu aku mencintai tuan Wein?" Aku tak terima, meski tidak yakin, aku sama sekali tidak memiliki perasaan kepadanya, sedikitpun.

"Bukan. Saya tahu anda tidak mencintainya, namun anda merasakan sesuatu dengannya karena kebersamaan."

"Maksudnya?" Aku masih belum paham.

"Seorang filsuf pernah mengatakan, "cinta tumbuh didalam waktu". Maksudnya, mungkin anda tidak mencintainya, dalam artian tegas, namun faktor seiring berjalannya waktu akan menjawab semuanya, anda akan merasakan sesuatu yang membuat diri anda merasa diganjal. Sehingga ketika orang yang selama ini bersama dengan anda, jika dia berdekatan dengan seorang, anda akan merasa tersaingi olehnya. Itulah yang namanya cemburu." jelas Grace panjang lebar. Ini mungkin menjawab pertanyaanku, mungkin, ya.

"Jadi intinya, aku ini sedang cemburu karena tuan Wein berdekatan dengan wanita lain?" ucapku menyimpulkan.

Grace tak menjawabnya, dia hanya menepuk pundakku dan berkata. "Semua itu, jawabannya hanya ada pada anda, Yang Mulia." Dia lalu pergi keluar. "Saya akan membuatkan teh untuk anda, Nona." ucapnya memberitahu sebelum melintas ambang pintu.

""Semua itu, jawabannya hanya ada pada diriku"?" Aku mengulangi perkataan Grace agar bisa memahami maksud dari wanita itu. Intinya aku yang bisa menjawabnya? Begitu?

••••••••••••

Siang harinya aku pergi ke perpustakaan untuk me-refresh pikiran setelah menghadapi tumpukan dokumen yang baru saja aku selesai beberapa.

Ketika baru saja masuk kedalam perpustakaan, aku langsung merasakan nostalgia dengan suasana perpustakaan yang sudah lama sekali aku tidak menginjakan kaki di tempat ini.

Reinkarnasiku Menjadi Seorang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang