Trang!Suara hantaman benda keras yang saling beradu terdengar berkali-kali. An dengan pedang birunya dan Flore dengan tangan kosong.
Brug!
An terjatuh ke berapa kalinya, pedang miliknya terlempar tak jauh dari tempatnya tengkurap. Saat An ingin mengambil pedangnya tiba-tiba saja pedang miliknya itu pudar dang menghilangkan. An hanya hanya memasang wajah kecewa.
"Sial... Apa ini batas kemampuan ku?" decik kesal An. Seluruh tubuhnya sudah mati rasa. Bagaimana bisa dia sudah kehabisan energinya sedangkan Flore masih saja bugar tanpa kekurangan apapun.
Ini juga masih dipertengahan pertarungan mereka, mana mereka belum tahu siapa yang akan menang. Masa An harus kalah.
"Uhukk! Uhukk!" Keluar cipratan darah dari mulut An, ini memang sudah benar-benar berada diambang batas kekuatannya.
'Sial. Serius? Apa aku harus kalah disini, ayolah aku baru saja berada di dunia ini.' Batinnya kesal dengan terus mengoceh didalam hatinya.
An menutup matanya, sudah pasrah dengan situasinya yang dipastikan kalau Flore lah yang akan memenangkan pertarungan ini.
Flore berlari kearah An dengan sekuat tenaga mengepalkan tangannya yang akan diluncurkan kepada wajah An. Saat dia sudah dekat dengan tempat An, seseorang datang dihadapannya menutup jarak diantara mereka. Dia juga menahan kepalan tangan dari Flore. Dia adalah Azha.
Sudah sekitar setengah menit An menutup mata tapi belum juga mendapatkan sesuatu ke tubuhnya, seperti serangan atau apa. An memberanikan diri untuk membuka matanya karena penasaran. Saat dia membuka mata.
Seorang Pria berjas hitam dengan sebuah syal bulu rakun, dia adalah Azha yang menahan serangan dari Flore.
An menatapnya bingung, dia tidak asing dengan orang ini. Kalau tidak salah dia adalah pelayan yang selalu berada disampingnya Raja Beneth. Pikirnya.
"Anda..."
Azha mendorong tubuh Flore hingga mundur beberapa langkah. Azha berbalik, membantu An membangunkan diri. Lalu ia menekuk tangannya ke dada dan membungkuk kearah An sebagi hormat.
"Azha, Yang Mulia." Perkenalan Azha dengan sesopan mungkin. An sedikit mengangguk dengan bingung.
Azha berbalik lagi untuk kembali melawan Flore. Sedangkan An hanya memandangi mereka, ada rasa takjubnya kepada gaya bertarung Azha. Dirinya bertarung dengan gerakkan yang begitu cepat dan sulit ditebak, An saja sering kehilangan keberadaan Azha.
"Syukurlah jika kau baik-baik saja." ucap seorang dari belakang, dia adalah Raja Beneth. An memutarkan kepalanya untuk melihat siapa itu.
Sebenarnya dia sedikit kesal dengan ucapan dari Beneth yang mengatakan kalau An baik-baik saja, padahal sudah jelas An sudah babak belur dengan luka dimana-mana. Tapi ya sudahlah, sekarang dia tak ingin mempermasalahkannya dulu.
Beneth mengulurkan tangannya untuk An, sedangkan An hanya menatap uluran tangannya itu. An tidak paham dengan maksud dari Beneth ini.
"Jabat tanganku!" perintah Beneth. An menurutinya, ia menjabat tangan Beneth.
Tiba-tiba saja muncul aliran hijau yang menyebar ke seluruh tubuh An, hal ini berasal dari Beneth. Perlahan luka-luka yang ada menghilang, aliran hijau itu adalah sihir Heal milik Beneth. Setelah selesai Beneth menarik kembali tangannya.
Sungguh tak bisa dipercaya, semua luka dan rasa sakit yang dirasakan oleh An menghilang. An melihat-lihat sekujur tubuhnya yang sudah kembali sehat.
Dikala An sibuk dengan hasil sihir penyembuhan, Raja pergi menghampiri Azha yang sudah berhasil menumbangkan Flore. Lalu setelahnya dia mengambil pedang milik Azha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasiku Menjadi Seorang Pangeran
FantasySelama empat abad lamanya dunia jatuh kedalam neraka. Semua itu hanya didasari atas perbuatan manusia yang memiliki hawa nafsu yang tinggi. Sejarah hanya ditulis oleh seorang pemenang. Perbudakan manusia oleh manusia itu sendiri. Kekuasaan seseorang...