Chapter 44[S02/22] : Rein dan jahitan.

13 1 0
                                    

Setelah kejadian diriku masuk dan tersesat di Dungeon, diriku dihadang oleh sekumpulan Macan kumbang dan siap menerkam ku. Beruntungnya hal itu tidak terjadi karena diriku ditolong oleh Robi, seorang Dungeon Explorer kerajaan.

Aku dibawa olehnya ke tenda markasnya, dia tidak memberitahu lebih lanjut tentang diriku setelah dirinya mengatakan padaku kalau aku mengalami teleportasi.

Tiga hari berlalu. Robi mendatangiku dan hendak membawaku kembali ke istana, namun aku menolak. Aku mengatakan kalau saat ini aku masih belum siap untuk kembali ke istana, aku belum pulih pascatrauma.

Dugaanku kalau bujukan ini akan sulit salah, nyatanya tanpa ba-bi-bu dia mengiyakannya. Namun, karena dia akan kembali kepermukaan, jadi dia tetap membawaku, kali ini ke kediamannya.

"Ini kantor kami, tempat ini yang teraman, jarang sekali keluarga kerajaan mampir, jadi anda bisa beristirahat dengan nyaman disini," jelas Robi setelah dia menuntunku hingga ke depan pintu sebuah bangunan tua yang ukurannya cukup luas.

Aku dibawanya masuk. Pertama lantai satu, dia menjelaskan semuanya tentang lantai ini namun aku tidak terlalu memperhatikannya. Lantai ini berukuran 3,4m×3m, terdapat pajangan berupa lukisan pria dengan zirah hitam menunggangi kuda sambil mengacungkan pedangnya. Hal lainnya terdapat seperti kursi dan meja.

Berikutnya lantai dua, kali ini ruang hanya koridor dan tiga pintu saling berhadapan, salah satu kamar Robi tunjuk bahwa itu akan menjadi kamarku.

Lalu yang terakhir adalah lantai tiga, disini hanya berisi barang-barang berat, senjata, serta benda-benda lainnya yang belum pernah aku melihat secara langsung.

Ini tempat tingga baruku, Mansion Dungeon Explorer. Ya, seorang puteri sedang bersembunyi di kantor organisasi yang selama ini tidak pernah aku perhatikan.

Sehari-dua hari, hingga tak terasa kini sudah menginjak hampir aku tinggal di Mansion. Dan disaat itu pula kurasa aku mulai hidup dengan mandiri. Disini tidak ada pelayan, jadi semua hal harus dilakukan sendiri.

Mencuci, membersihkan, bahkan hal-hal kecil yang biasa dikerjakan oleh pelayan kini aku melakukannya sendirian.

Jika kamu bertanya itu sulit, tentu saja itu sulit. Sangat sulit. Bahkan beberapa kali aku hampir mengalami penurunan imun karena kecapekan, atau bahkan sampai hampir pingsan.

Apa lagi sejak beberapa hari lalu Robi pergi keluar kota. Aku harus sendirian di Mansion yang bergaya tua ini. Sungguh selama itu juga aku mengalami ketakutan.

Namun kemarin, baru saja mereka kembali. Rasanya akhirnya perjuanganku selama ini di mansion bukanlah hal yang sia-sia. Akhirnya aku dapat hidup tanpa merasakan ketakutan lagi.

Robi pulang bersama pria kekar yang merupakan asistennya. Dan kedatangannya kali ini cukup berbeda karena dia membawa seorang gadis kecil yang malang.

Robi memperkenalkan gadis itu, ia merupakan seorang budak yang baru saja dirinya beli di Wilayah Arcenciel. Kota komunis itu, ya. Aku psrnah mendengarnya, kota itu cukup buruk jika dijadikan sebagai tempat tinggal.

Dia belum dinamai, artinya dia belum sepenuhnya patuh.

Karena aku cukup mengantuk, aku pun memutuskan untuk kembali kemamar untuk beristirahat.

••••••••••••

"Siapa yang meninggalkan baju mungil, ini?" Aku baru saja menemukan baju kecil yang tergeletak bebas dilantai dan memungutnya.

Saat ini aku pergi ke loteng karena sudah terlalu bosan. Aku mengira akan ada hal yang menarik diatas sini, namun ternyata tidak. Tempat kotor, berdebu dan banyak benda tak terpakai bertumpuk disetiap sudut ruangan membuat tempat ini jauh dari kata menarik.

Tapi kenapa disini ada baju anak kecil?

Kresek!

Sontak aku terkejut, aku memcoba memberanikan diri untuk menoleh, di subsr suara tadi tidak terdapat apapun selain peti besar yang terbuat dari kayu.

Aku menatap sekejap baju mungil digenggam, terdapat bagian yang camping dibagian belakang, karena itu aku memutuskan membawanya kebawah untuk memperbaikinya.

•••••••••••

Dulu, ketika usiaku delapan tahun aku pernah belajar menjahit. Jadi, ya... walaupun itu sudah enam tahun lalu aku masih mengingat jelas apa yang aku pelajari tentang menjahit.

Aku pergi ke ruangan tuan Robi, kalau tidak salah aku pernah melihat benang dan jarum dilaci.

Aku memeriksanaya. "Ketemu," kataku saat menemukan jaru dan benang itu di rak laci. Aku pun memutuskan pergi keluar mencari tempat yang cocok untukku menjahit.

Aku menemukan tempatnya, yaitu teras belakang yang langsung menghadap ke lapangan pelatihan. Disana pun aku mulai menjahit.

Dengan penuh telaten aku memperhatikan seksama agar tidak membuat kesalahan sedikitpun.

Klekkk!

Sontak aku terkejut mendengar suara pintu membuka. Aku langsung mengalihkan perhatianku ke pintu, disana terdapat seorang gadis kecil bertelinga rakun yang juga sama terkejutnya denganku.

'Dia... Orang, kan?' batinku. "H-hai, kamu siapa, ya?" tanyaku padanya.

Namun dia malah buru-buru pergi setelah aku menyapanya.

Aku menghela nafas samar, dan kembali ke aktivitasku sebelumnya yaitu menjahit. Aku tahu gadis kecil itu masih berada dibalik dinding, tapi ya sudahlah, aku pura-pura saja tidak tahu.

"Kamu tahu? Kalau sebenarnya aku iri denganmu," ucapku sendiri, entah dia mendengarkan atau tidak akujuga tidak bisa memastikan.

Kemudian aku melanjutkan, "aku juga tidak tahu, namun, ketika aku melihat baju ini rasanya aku juga ingin mendapatkan baju yang sama dari tuan Robi."

Aku masih tetap fokus menjahit jadi tidak tahu apa dirinya masih berada disini atau tidak.

Untungnya lubang yang terdapat pada bajunya tidak terlalu besar, jadi aku bisa menyelesaikannya dengan cepat.

"Selesai."

Aku mengangkat baju itu ke atas sebentar untuk memastikan kalau sudah tidak ada celah yang perlu aku perbaiki lagi. Aku juga mencoba menengok ke belakang, mencari tahu apakah gadis itu sudah pergi atau belum.

Namun ternyata aku gadis itu sudah tidak ada dibalik dinding.

"Ya sudahlah," gumamku.

Aku menghampiri meja di teras dan menaruh baju itu di atasnya.

"Jika saja aku menerima baju ini darinya, aku pasti akan bersyukur," ucapku, "kuingin kamu juga begitu." Setelah itu akupun pergi.

Sudah cukup jauh dari teras, aku menoleh sedikit kebelakang, dan baru saja aku melihat sekelebat lewat dengan cepat. Hal itu membuatku tersenyum puas, rupanya dia menerimanya.

"Semoga kamu menyukainya."

•••••••••••

Reinkarnasiku Menjadi Seorang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang