Happy Reading
Taman bunga, di Utara kerajaan.
Tempat Aaron bersama tunangannya berada. Istana pesisir.
"Apa yang sedang kau pikirkan hingga melupakan aku yang berada di hadapanmu ini." kata Aaron itu memecahkan lamunan Lyra, tunangannya Aaron.
Lyra menggelengkan kepalanya sebagai jawaban kalau tidak ada apa-apa.
"Jangan bohong, kau sedang memikirkan ku, kan!?" ucap Aaron menggodanya. "Tenang saja aku akan tetap berada disini untukmu." tambahnya.
Lyra mengangguk. "Ya, aku mengkhawatirkan dirimu. Sejak kasus teror pembunuhan bangsawan mulai menyebar di seluruh wilayah aku mengkhawatirkan kalau sesuatu buruk akan terjadi. Terlebih lagi kau adalah kapten dari penyelidik kasus ini."
"Tenang saja, selama kau selalu berdoa untuk keselamatan ku dan kau menjaga diri, itu saja cukup agar ku terus tetap bertahan didunia ini." ucapnya yang meraih tangan Lyra. Tak lupa dia mengecup punggung tangannya.
"Kapten! kami berhasil menangkap salah satu pelaku pembunuhan berantai."
Dikala suasana mereka yang mesra, tiba-tiba saja satu orang Pria berseragam masuk ke taman dan menghancurkan suasana romantis.
Aaron sontak menengok perlahan ke arah Pria itu dengan senyuman yang memiliki arti yang berbeda. Marah karena diganggu oleh anak buahnya, Aaron berkata dengan nada lembut
"Kenapa kau kesini..." Geram Aaron.
~
"Jadi siapa yang kalian tangkap itu? Apa kalian sudah mendapatkan identitasnya?" dua pertanyaan dilontarkan Aaron kepada Brian, Wakil Komandan.
"Sudah Kapten. Namanya adalah Rafael, 28 tahun. Pekerjaannya adalah dokter, dia juga membuka klinik dan apotek di daerah timur kerajaan Barrits. Dia dikenal disana dengan nama Dokter Rafi. Lalu dia adalah ...." Brian mulai menjelaskan semua informasi yang mereka dapatkan tentang orang itu.
Setelah beberapa lama mereka berjalan di lorong, akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Tempat si Rafael itu ditahan.
Brak!
Pintu dibuka dengan keras oleh Aaron. Memperlihatkan seorang Pria dirantai dikedua pergelangan tangannya.
Sudah ada banyak luka lebam di sekujur tubuhnya. Dialah Rafael.
Aaron berjalan ke arah Rafael, hingga berhenti tepat didepan kepalanya, lalu ia jongkok.
"Jadi itu kau, Rafael?" tanya Aaron setelah ia menarik rambut milik Rafael tuk mengangkat kepalanya. Rafael hanya menatap ke arah Aaron dengan sinis.
"Baiklah, aku hanya ada waktu 30 menit untukmu. Sebelum itu, untuk mempersingkat waktu aku ada pertanyaan untukmu." ucapnya. "Kenapa kau melakukan ini?"
Rafael mendengus.
"Ha? Kau pikir aku akan menjawabnya?" kata Rafael.
"Ya, ku yakin. Jadi jawablah pertanyaanku ini!"
Aaron mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah foto anak-anak laki-laki berpose tersenyum bahagia mengarah foto. Aaron lalu menunjukkannya ke Rafael.
Foto itu dia dapatkan dari Brian sebelum mereka sampai kesini.
"Kau tahu anak ini?" tanyanya menunjuk ke foto itu. Rafael mengangguk.
"Hmm... Aku mengenalnya. Dia adalah pelanggan setiaku di apotek, dia sering membeli obat untuk ibunya yang sedang sakit, katanya." jawab Rafael.
"Syukurlah kau mengenalnya. Dia mati dua hari lalu atas tindakan kalian yang membunuh majikannya, yaitu bangsawan Count. Dia mencoba menyelamatkan majikannya itu, tapi hal itu malah merenggut nyawanya." jelas Aaron.
"Sekarang kau sudah tahukan, tindakan kalian ini bukanlah hal yang baik. Pelanggan mu, orang itu tak bersalah mengapa kau membunuhnya? Apakah kalian masih bisa disebut orang baik setelah melakukan hal itu?" kata Aaron memasang wajah marah.
"Hahaha... Itulah kenapa kau tak pernah berfikir luas." celetuk Rafael.
Aaron menjambak rambut dia dan mengangkatnya keatas. Aaron terkejut saat melihat wajah Rafael yang sedang menyeringai.
"Dengan pemikiran dangkalmu itu kau tidak akan pernah mengetahui betapa menariknya kehidupan manusia yang begitu singkat."
"Ha? Apa maksudmu?" Aaron meninggikan sebelah alisnya, tak paham dengan perkataan Rafael.
"~Aku memanggilmu wahai makhluk dikehendaki, penguasa dunia suci pembawa kebajikan, berilah hamba kekuatan untuk menghadapi makhluk hina ini~" Rafael merapal mantra.
Setelah itu tiba-tiba saja lantai bergetar dengan kuat, semuanya terjatuh kebawah. Rafael tertawa puas melihat mereka.
Muncul beberapa Golem yang keluar dari dalam tanah. Satu Golem membantu Rafael melepaskan diri dari rantai.
"Hajar mereka!" seketika setelah Rafael memerintahkan para Golem itu, mereka langsung berlarian kearah Aaron serta pasukannya dan menyerang mereka. Tak sampai disana, para prajurit yang berada diluar ruangan juga ikut diserang oleh Golem.
Seketika suasana menjadi ricuh dengan adanya perang antar Golem dengan prajurit Aaron.
"Habisi mereka dan ambil jiwanya. Terkecuali Pangeran, biarkan dia tetap hidup." perintah Rafael.
Perang dimulai dari sana, aksi saling beradu kekuatan kerasnya pedang dengan bongkahan batu yang merupakan unsur Golem.
5 menit berlalu. Pertarungan dimenangkan oleh Golem, semua prajurit terkecuali Aaron tewas.
Memang sejak awal mereka sudah kalah jumlah melawan Golem, para prajurit disini hanya ada 50 orang termasuk dengan penjaga diluar, sedangkan Golem mungkin ada sekitar 70 buah, terlebih lagi mereka terus bersatu kembali setelah sudah dihancurkan.
"Tsk. Sialan!" umpat kesal Aaron yang masih setengah sadar. Tak sedikit luka yang dia terima dari pertarungan melawan Golem tadi.
"Menkar!" panggilnya kepada roh suci miliknya. Tak ada sahutan dari panggilannya itu.
"Menkar! Menkar!" panggil Aaron yang belum mendapatkan sahutan dari Roh Sucinya.
Aaron terus memanggilnya, tapi tetap saja belum ada jawaban dari dia. Biasanya hanya sekali saja Aaron memanggilnya ia langsung muncul dihadapannya, tapi kenapa kali ini tidak.
Tidak sengaja Aaron menyentuh sesuatu bentuk yang terukir dilantai. Setelah Aaron mengikuti alur dari bentuk lingkaran itu dia langsung mengerti apa arti dari lingkaran ini.
Ini adalah lingkaran yang memiliki fungsi penekan Mana. Dengan begitu Mana tidak dapat digunakan dalam batas ruang lingkup tertentu.
"Tapi tunggu. Bukankah sihir necromancer juga memerlukan mana? lalu mengapa orang itu bisa membangkitkan Golem?" muncul pertanyaan dibenaknya, seharusnya jika lingkaran penekan mana diaktifkan maka Rafael juga tidak bisa membangkitkan Golem, terutama dalam jumlah banyak.
"Siapa kalian sebenarnya, sih?" ucap Aaron bernada kesal, penasaran, dan marah yang bercampur.
Dikala Aaron terus mengumpat kesal, sebuah tali merambat kearahnya. Saat Aaron menyadari itu, tiba-tiba saja tali merambat ke seluruh tubuhnya.
"Akhh! Aukkh..." Tali itu mengikat Aaron hingga membuatnya benar-benar sulit bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasiku Menjadi Seorang Pangeran
FantasySelama empat abad lamanya dunia jatuh kedalam neraka. Semua itu hanya didasari atas perbuatan manusia yang memiliki hawa nafsu yang tinggi. Sejarah hanya ditulis oleh seorang pemenang. Perbudakan manusia oleh manusia itu sendiri. Kekuasaan seseorang...