Chapter 14 : 「Kenapa dia berubah?」

84 11 0
                                    

Happy Reading

Ed mendengus melihat An pergi dari tempat ini. Saat dia berbalik untuk menyusul orang itu, tangannya langsung ditahan oleh Hana yang juga langsung menariknya. Lalu Hana melakukan penguncian erat agar Ed tidak mengejar An.

"Kau pikir bisa menahan aku dengan penguncian ini?" Ed mencoba melepaskan diri.

Tak beberapa lama setelahnya Ed berhasil terlepas dari cengkraman Hana, dengan sigap ia membalikan keadaan yaitu menarik kembali Hana hingga dia jatuh kelantai dengan keras.

Brug!

"Akhh...!" benar-benar sakit, tentu saja. Begitu kerasnya menghantam lantai, ku yakin itu rasanya sakit.

"Dasar makhluk rendah, berani-beraninya kau berprilaku seperti itu padaku." kata Ed bernada kesal.

Ed menendang Hana hingga tubuh dia tersungkur ke dinding. Tak sampai disana, Ed juga menghampiri Hana dan seterusnya melancarkan tendangan keras ke arahnya. Bukan sekali dua kali tapi berkali-kali hingga Hana bisa merasakan sebuah cairan berwarna merah keluar dari mulutnya.

••••••••••

2 setengah tahun lalu.

Chelsy Academy, sebuah Akademi tempat dimana anak keluarga bangsawan menuntut ilmu. Akademi ini memiliki model yang modern, menyediakan berbagai fasilitas seperti, terdapat asrama terpisah, ruangan laboratorium, UKS, dan banyak lagi.

Akademi ini cukup terkenal di kekaisaran Fomalhaut, bahkan namanya juga sudah terdengar di benua selatan.

Akademi elit, persaingan masuknya pun kucup ketat, banyaknya orang-orang yang mendaftar ke akademi ini dengan tingkat kelolosan minim.

Namun dibalik itu semua, ada hal buruk yang terjadi di sistem ini, bahkan penyebab utama adalah Akademi ini sendiri.

"Kasta" Ya, kalian pernah mendengar kata itu kan!?

Di akademi ini memasang sistem kasta. Setiap murid yang memiliki nilai akademis tertinggi maka dia akan diistimewakan di akademi. Bahkan mungkin ada beberapa tenaga pengajar akan menghormatinya.

Sebaliknya, jika kau memiliki nilai akademis yang rendah, maka kau harus siap menanggungnya. Kau akan disiksa setiap harinya untuk mengikuti les tambahan, dan itu tidak ada kata ampun. Kerugian selanjutnya adalah makan, kau bisa tak makan selama berhari-hari karena ditempat ini menanamkan sistem kasta.

Ya, mulai disinilah kesalahannya.

Kau yang berada di kasta bawah akan dijadikan bahan bully oleh beberapa manusia. Dikerjai, ditindas, disuruh-suruh, atau bahkan dipermalukan akan menjadi makanan sehari-hari untukmu.

Beberapa rumor beredar kalau pernah ada korban bully yang sampai depresi hingga mengakhiri hidupnya.

Jika ada yang bertanya kenapa tidak dilaporkan saja ke pihak akademi? Jawabannya adalah, kasus ini tidak pernah dianggap serius.

Pihak akademi tidak menanggapi perihal ini, mereka menganggap jika kasus pembullyan ini hanyalah hal yang tak perlu di perhatikan, dalam artian mereka mengganggap ini hanya guyon belaka. Padahal tak sedikit pihak akademi sering melihat muridnya ditindas didepan mata, tapi mereka seolah tak memperdulikan, rata-rata mereka melakukan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Aneh, padahal ini masalah yang serius, tapi mengapa mereka seolah mengizinkan secara harus kalau pembullyan adalah hal yang legal di akademi. Ya, aku tahu jika kasus pembullyan dilakukan oleh anak-anak dari keluarga bangsawan, tapi... Hei! Ini Akademi, kau tahu kan.

Akademi dibangun untuk membuat anak-anak terdidik, berakhlak mulia, baik dan santun, bukan tempat untuk keluarga kaya yang berkuasa, Begitu!

Ya, pokoknya aku tidak paham dengan hal ini. Singkatnya aku hanya ingin menjelaskan mengenai tempat Akademi yang dijadikan tempat Rein dan An menuntut ilmu.

~

"Aduh..." Gadis itu hanya bisa memegangi badannya sambil menunduk kebawah tak berdaya. Baru saja dia didorong oleh tiga gadis yang sedang membullynya.

"Hey, Rein. Bukankah sudah aku bilang kau jangan dekat-dekat dengan Pangeran ku, Pangeran Annas, Hah!" ucap satu gadis yang berada ditengah-tengah diantara ketiga orang ini.

"Ta-tapi, dia adalah kakakku, aku hanya sekedar menyapanya saat berpapasan-"

"Diam kau! Sudahlah hanya anak selir, berani-beraninya kamu menjawab." sela Gadis yang sebelumnya mendorong Rein. Greisha, Putri kedua dari bangsawan Baron Vhlitei.

Muncul seorang anak laki-laki datang kepada mereka bertiga sembari membawa ember berukuran sedang yang sudah terisi air.

Grei menerimanya, lalu dia berbalik ke arah Rein dan setelahnya air yang berada di ember itu langsung dia tumpahkan keatas kepala Rein.

Rein hanya bisa terdiam sembari menangisi keadaannya. Mau bagaimana lagi, semua yang mereka katakan juga benar untuknya. Rein hanyalah anak selir dari Kerajaan Barrits, dan juga wajar jika mereka membullynya karena cemburu dengan dia yang selalu sok akrab dengan Kakaknya, Annas.

Memangnya dia siapa? Hanya karena ibunya dinikahi oleh Raja bukan berarti dia bisa sombong. Ketahuilah kalau dia itu hanya orang yang beruntung. Kata-kata itulah yang selalu berada dekatnya. Apalah daya itu memanglah benar, jadi untuk apa dia melawan.

Air sudah membasahi bagian atas Rein. Dia terdiam kaku dengan tatapan mata kosong kedepannya.

POV Rein.

Bahkan aku bisa mengira kalau air ini berasal dari pembuangan, aku yakin itu benar.

Disaat-saat aku tetap menerima semua ini dari mereka, aku sempat berhipotesis di dalam hatiku.

'Pangeran tampan akan menolongku nanti disaat keterpurukan ini,' itulah kata yang kuyakini itu benar adanya. Aku tinggal menunggu waktu itu tiba saja.

Seseorang terlihat berjalan tetapi memberhentikan langkahnya tak jauh ditempatku, aku melihatnya di ujung batas mata ku. Saat ku memutarkan bola mata, aku melihat dia adalah kakakku, Annas.

Sedikit ada harapan dibenak ku saat melihatnya, mungkin dia akan menghampiriku kesini dan mengusir 'mereka' semua, cecunguk sialan itu.

Manusia lemah yang berlindung dibalik jubah orang tuanya. Ya, bukankah itu benar? Mereka berani hanya karena mereka adalah anak dari bangsawan di tempat ini.

Dugaan kalau kakak akan menolongku ternyata salah. ya, sejak awal aku hanya berfikir sedikit ada harapan, hanya sedikit, kan?

Dari awal wajahnya tidak menampilkan rasa iba kepadaku, rasa kasih, empati, simpati atau apalah lainnya juga tidak ada di wajahnya yang ditampilkan. Wajah yang ia tampilkan selalu datar.

'Dasar tidak berguna. Kau tahu aku disiksa karena siapa? Kau!' batinku menggeram.

Namun, dengan santainya dia mengalihkan pandangannya lalu setelah itu melanjutkan pergi. "Dasar sampah" itulah umpatanku yang ingin dilontarkan, jika itu bisa kulakukan, seandainya.

Sejak dulu, Kakak tidak pernah peduli kepadaku. Bahkan saat aku pertama kali bertemu dengannya dia tidak menampilkan apapun, gembira? Sedih? Ataukah marah? Entahlah aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.

Inilah kenapa aku hanya sedikit berfikir dia akan menolongku saat dibully saat itu. Jangankan hal itu, saat aku jatuh dibelakangnya saja dia hanya sekilas menoleh dan pergi begitu saja. Hei, apa yang aku pikirkan, dia? Menolongku? Tentu saja itu tidaklah mungkin.

Meski begitu, aku harus tetap berprilaku sopan dihadapannya, karena apa? Karena dia adalah putra kedua dari Raja, dan aku, aku hanyalah seorang putri miskin yang kebetulan ibunya dipungut oleh seorang Raja. Meski dalam hati aku sangat membenci, tidak, aku benar-benar sangat membencinya.

Ibu selalu menyuruhku untuk menarik perhatian Kakak agar dia bisa diperalat oleh Ibu. Aku tahu itu. Sebulan lalu dia menyuruh aku tuk menjenguknya setiap hari ya, karena itu.

Tapi... Tapi kenapa sekarang dia seperti orang lain? Menolongku? Sungguh? Apa aku sedang berhalusinasi? Apakah obat tidur yang aku konsumsi terlalu banyak, hingga membuatku berhalusinasi seperti ini?

Reinkarnasiku Menjadi Seorang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang