Chapter 16 : 「Hidupku absurd, cuk」

79 11 0
                                    

Happy Reading

"Sudah kuduga kau akan datang kemari, Tuan Annas." Ed membalikan badannya, melihat An baru saja sampai disana.

Yang An duga benar, istana tempat tinggal dia dihancurkan oleh Ed. Kobaran api masih terus membakar istana. An tidak tau bagaimana bisa hal ini terjadi, tapi yang dia lebih khawatirkan adalah Hana yang terkapar dibawah tak jauh dari Ed berada.

"Apa yang kalau lakukan kepada Hana!?" An dengan emosi.

"Tidak melakukan apa-apa, hanya sedikit memberikannya pelajaran." jawab Ed santai.

"Kenapa kau melakukan ini? Apa maumu sebenarnya?"

"Sudah aku bilang, aku ingin kau menjadi Tuhan kami." jawab Ed.

An mengepalkan tangannya. "Apa kau akan menyembuhkan luka Hana jika aku menuruti perintahmu?"

Ed berfikir sejenak. "Ya..." Jawabnya tidak meyakinkan.

"Baik, aku turuti perintahmu."

••••••••••

Tempat Beneth berada.

Angin sepoi-sepoi menerpa Pruis, memberi tahukan sesuatu. Setelahnya ia langsung menyuruh anak buahnya untuk mundur.

"Tuan Ed Asich sudah berhasil menangkap Pangeran Annas. Kembalilah, perintahnya." kata dari pesan angin itu.

"Oke kita mundur! Pangeran Annas-"

"Apa yang kalian lakukan pada Annas!" saat mendengar nama An disebut, Beneth langsung berjalan ke arah Pruis dengan wajah yang marah.

Dua orang maju, mencoba menghalangi jalan Beneth, tapi dengan mudah mereka langsung dihempaskan oleh Azha.

"Jangan berani-beraninya menghalangi jalan!" ucap Azha ketus.

Beneth menarik baju Pruis. "Apa yang kalian lakukan padanya, hah!"

Pruis tersenyum. Tapi tak lama kemudian mengubahnya dengan seringaian. "Kenapa aku harus menjawabnya."

"Hah?!"

Jleb!

"Aaaahhhkkk...!!" sebuah benda tipis baru saja menusuknya. Beneth menengok ke bawah, darah sudah mulai membasahi bajunya itu.

"Maaf, aku tidak bermaksud jahat kepada Anda. Ini hanya agar kau tetap diam dan tenang." ucap Pruis.

Sring!

Dengan serentak semua pelayan dan prajurit kerajaan mengacungkan pedang ke arah anggota Sekte ini, terutama kepada Pruis.

Azha langsung melesat menyerang Pruis, tapi dengan mudah ditangkis oleh orang itu.

"Ku tak menyangka kalau ada roh suci yang memiliki emosi." kata Pruis. "Mungkin perang baru saja akan dimulai dari sini." imbuh Pruis.

••••••••••

An dibawa ke tempat yang cukup jauh.

Dia juga tidak tahu dimana ia sekarang. Tapi yang pasti dia dibawa ke sebuah gedung yang besar. Dan saat pintu masuk dibuka dia langsung disuguhi oleh aula yang sudah dipenuhi banyak orang, dan mereka semua menatapnya.

An dituntun hingga diapun sampai di atas podium. Semua yang hadir masih menatapnya dengan wajah aneh.

Tak beberapa lama, seseorang datang dari belakang podium. Seorang yang mengenakan jubah putih dan beberapa perlengkapan agamis lainnya yang dipakai oleh dia. Dia adalah Pruis, Paus Sekte Suci Barat.

Serta beberapa orang lainnya datang, satu orang membawa mangkuk berisikan air, satu orang membawa lilin, dan tiga lainnya... entah, mereka tak membawa apa-apa, mereka sebagai hiasan pelengkap, mungkin.

Para hadirin berdiri, suasana berubah menjadi berat dan benar-benar serius.

Pruis membacakan doa.

Karena semuanya memejamkan matanya, An pun ikut-ikutan saja, meski dia tidak tahu harus apa dengan begitu.

***

POV An.

Sungguh? Aku bahkan masih belum bisa menelan semua ini.

Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal ini.

Aku, Robi Robiyansyah. Seorang anak kelas dua SMA yang mengalami kecelakaan, lalu bereinkarnasi menjadi seorang pangeran di dunia... ya, mungkin bisa disebut dengan Isekai.

Aku berfikir peran pangeran di dunia baruku akan terus berlanjut normal. Ternyata itu salah.

Seseorang mendatangiku, dia mengatakan ingin membawaku dan menjadikan diriku sebagai Tuhannya. Serius? Tidak adakah hal yang lebih aneh lagi di kehidupanku ini?

Cara dia cukup kejam, sih. Melukai pelayanku, Hana, bahkan dia membakar istana yang menjadi tempat tinggal aku.

Ya... Pokoknya, hidupku ini begitu Absurd, aneh sekali, aku bahkan tak bisa menjabarkannya.

~

Tiba-tiba serasa ada sesuatu yang membasahi rambut An. Dia membuka matanya, disana ada Pruis yang sedang mengusap-usap rambutnya dengan membacakan doanya. Mungkin tangannya sudah menyentuh air di mangkuk hingga tangannya basah begitu.

Beberapa menit berlalu, upacara diselesaikan dengan Bai'at peresmian jika An sudah resmi menjadi tuhan mereka.

"Silahkan. Jika ada sepatah—dua—patah yang ingin Anda sampaikan kepada kami." ucap Pruis dengan selembut mungkin.

An maju, dan menatap mereka yang menatapnya dengan tampang yang berbeda. Mereka seperti benar-benar menunggu sesuatu yang disampaikan olehnya.

"Eee... Aku, Annas. Pangeran kedua dari kerajaan Barrist, atau yang sekarang menjadi Tuhan kalian?" An masih ragu-ragu, dia bahkan masih tak paham dengan situasi.

Suasana begitu berat karena kesunyian mereka yang menatap An dengan intens. An pun menghela nafasnya.

"Ya, meski aku adalah Tuhan baru kalian tapi aku belum mengetahui mengenai agama ini, sama sekali. Untuk itu, aku ingin kalian menuntun diriku ke jalan yang benar, agar aku aku bisa menjadi Tuhan yang terbaik. Terimakasih." setelah An mengatakan terimakasih, tepuk tangan meriah baru saja dimulai.

Masih dalam waktu yang sama, Ed maju mendekati An. Setelah dia berada tepat dibelakang An, dia mengeluarkan sesuatu.

Slash...

Brug!

Tanpa disadari baru saja Ed menggorok leher An, sontak dia terjatuh dan... ya, diapun mati. Tamat.

Belum tamat, woi!
Kata siapa dia udah mati,
Dia belum mati.

"Simpan dia di Tabut Suci!" titah Ed. Dan itulah yang terakhir An dengar.

Reinkarnasiku Menjadi Seorang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang