An meregangkan badannya di tengah lorong istana yang terkesan suram karena sepi dan gelap walau saat ini masih siang hari. Sembari berjalan terus ia memikirkan alasan kenapa Raja memanggilnya.
Setelah beberapa saat kemudian berjalan akhirnya An sampai di tempat pertemuan mereka, yaitu di taman depan istana.
Disana sudah terdapat beberapa orang selain Raja, seperti Permaisuri, Putri Rein, Pangeran Aaron dan beberapa pelayan mereka. Disana juga terdapat Azha dalam bentuk manusia.
Raja berbalik menatap ke arah An, begitu juga dengan mereka yang ikut menatap kearahnya. Setelah sampai An memberikan hormat kepada Raja serta yang lainnya.
"Salam sejahtera, Pangeran Annas," salam Beneth menempelkan tangannya ke dada dan sedikit membungkukkan badan. An memberikan salam hormat yang sama sebagai balasan.
"Salam sejahtera, Ayahanda."
"Uhug...! Uhug...!" seketika Azha terbatuk saat mendengar An mengatakan itu. Tapi dia langsung terdiam saat tatapan sinis Beneth mengarah padanya.
An menatap ke Hana minta penjelasan.
"Paduka bukanlah Ayah Yang Mulia melainkan adalah kakak tertua," jawab Hana menjelaskan. An sedikit mengangguk paham.
"Maafkan saya Kakak. Karena amnesia saya tak bisa mengingatnya kalau Raja adalah Kakak." ucap An. Dalam hatinya dia ragu bahwa pengucapannya benar, ia hanya mengikuti apa yang Putri Rein panggil kepadanya setau dirinya.
Beneth menggeleng tak mempermasalahkannya. "Tak kenapa Adikku, saya juga memahaminya." jawab Beneth dengan tersenyum kecil. Kemudian Beneth menatapkan An dari atas ke bawah dengan angguk-angguk kecil.
"Yang dikatakan oleh Azha kalau dirimu berubah sepertinya benar." tambah Beneth.
'Azha siapa?' batin An. An masih belum tahu siapa itu Azha, padahal dia berada tepat di samping depannya.
Kereta kuda muncul dengan jumlah tiga buah. Beneth berbalik setelah mendengar hentakan kaki kuda yang masuk. Sebelum dia melangkah ke arah kreta kuda ia menoleh ke An.
"Ayo. Kuharap kau tak melupakan 'mereka' walau saat ini kau amnesia." ucap Beneth melangkah pelan ke kereta kuda bersama dua pelayannya. An tak memahami maksudnya, tapi, yasudah lah. Bodo amat, yang penting An ikuti saja apa yang diinginkan oleh Beneth.
An menyusulnya dari belakang, dan naik ke kereta kuda yang sama dengan Beneth.
••••••••••
Sudah tiga puluh menit-an kereta terus berjalan dengan lancar. Ada tiga Kereta dan satu kuda putih yang dinaiki oleh Aaron. An menaiki kereta paling depan yang berisikan, An, Hana, Beneth, Azha dan Grush sebagai kusir.
An lebih memilih membuka jendelanya agar bisa melihat seperti apa dunia luar disini. Selain itu An tak bisa jika hanya saling terdiam satu sama lain dengan Beneth.
Terdapat sawah luas, perkebunan, rumah-rumah penduduk, hutan bebas. Ya, tak jauh dengan apa yang ada di dunia sebelumnya.
Tak beberapa lama kemudian kereta masuk melewati tugu yang masih kokoh walau sudah dipenuhi oleh lumut. Setelah melewatinya, An disuguhi oleh kuburan yang amat luas. Aura mencekam kelabu terasa disana karena kesunyian.
Kereta berhenti, An mengangkat kepalanya yang tadi bersandar di jendela. Melihat Beneth turun keluar, An pun ikut keluar.
Disaat An turun dia terkejut dengan kuda yang tadi ditunggangi oleh Aaron berubah menjadi burung Garejra yang terbang dan hinggap di pundak kiri Aaron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasiku Menjadi Seorang Pangeran
FantasySelama empat abad lamanya dunia jatuh kedalam neraka. Semua itu hanya didasari atas perbuatan manusia yang memiliki hawa nafsu yang tinggi. Sejarah hanya ditulis oleh seorang pemenang. Perbudakan manusia oleh manusia itu sendiri. Kekuasaan seseorang...