Dimulai

257 26 1
                                    

Abstrak is here, yippiieeeee yeey!!

Selamat Menyelam ke dunia Mahawira

Selamat Menyelam ke dunia Mahawira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bang, Bunda udah mau makan?"

"Belum, Ji. Coba kamu yang bujuk Bunda."

Pagi ini, suasana kediaman Mahawira itu masih sama seperti 3 hari belakangan. Sunyi. Tidak banyak lagi candaan dan gurauan dari Bunda dan anak-anaknya. Mereka sadar hal itu, dimulai saat malam Bunda datang ke rumah dengan raut wajah tak terbaca. Sapaan hangat kala itu tidak membuat air muka datar Bunda berubah. Mereka sadar, sadar akan hal tidak baik yang terjadi dengan sang Bunda.

Semenjak malam itu, Bunda kembali murung setelah satu minggu adanya kedekatan dengan "mantan" kepala keluarga Mahawira yang gencar mendekati kedelapannya. Para Mahawira yang mencoba mencairkan suasana di keesokan harinya pun seakan tak diperhatikan oleh si Nyonya. Bunda berubah sangat diam, tidak ada sepatah kata pun yang terucap hingga kini kecuali permintaan tolong dan mengucapkan terimakasih. Lebih parahnya, mereka tidak tau apa yang sudah terjadi.

"Yaudah Bang, Jisung coba buat bujuk Bunda yaa."

Lagi, Bunda sulit untuk makan. Tidak hanya itu, Bunda bagai mayat hidup yang tidak mempunyai gairah dalam dirinya. Sorot mata hangatnya hilang dan senyumnya yang luntur seketika. Mereka bersyukur dengan kondisinya yang seperti sekarang ini, Bunda tidak 'kambuh' lagi.

Mark mengangguk dan meninggalkan si paling muda terdiam di depan kamar Nyonya Mahawira itu.

Kriiieeeettt

Jisung perlahan masuk ke dalam kamar dengan jendela yang masih tertutup rapat membuat ruangan menjadi temaram karena pencahayaan yang bersumber hanya dari lampu tidur. Sudah cukup siang sebenarnya sekarang ini, tapi Bunda masih betah bergulung dalam selimut tebal dengan suhu ruangan yang cukup dingin.

"Bunda...." Jisung menghampiri Bunda dan menyamankan dirinya di samping Bunda yang masih dalam posisi tidur "Bundaa... makan dulu yuk."

Tubuh ramping Bunda masih diam tak merespon.

Hhhh! Jisung rasanya ingin menangis saja.

Apa yang harus dia lakukan? Dia hanyalah yang termuda disini? Dia belum mengerti masalah orang dewasa.

Tapi, tolong... dirinya merasa sangat bersalah yang hanya bisa melihat Bunda merasakan masalahnya sendiri.

"Bunnn-" suaranya tercekat "Hiks... Bunda makan hikss duluuu.."

Jisung menangis tertahan. Sungguh, dirinya tidak merencanakan tangisan memalukan ini. Tapi, kenapa dirinya harus menangis sekarang?! Ayolah, Jisung hanya ingin membujuk Bunda untuk makan. Ah, kenapa matanya harus terus basah...

"Bun... Bunda harus makan biar hiks sehat. Jangan sakit lagi hiks..."

Melihat Bunda yang bergeming tak bergerak, membuat Jisung dengan lancar mengeluarkan apa yang dirinya rasakan selama ini.

Mahawira Diaries [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang