Om Suho

307 40 3
                                    

Abstrak is here, yippiieeeee yeey!!

Selamat Menyelam ke dunia Mahawira

Selamat Menyelam ke dunia Mahawira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suho Pramudya Dirgantara

Anak tunggal kaya raya yang memang cocok untuk dijadikan sandingan sebagai pasangan sehidup semati. Semua orang pasti setuju tentang itu. Tampan, menarik, pintar, pekerja keras, tegas, dan lembut. Siapapun akan merasakan cinta pada pandangan pertama pada pria dewasa ini. Hidupnya selalu berkecukupan dengan semua keberlimpahan materi yang keluarganya miliki. Semuanya sempurna.

Oh! Ada satu hal yang meruntuhkan hidupnya. Yang membuat semua wanita menjauh darinya dan menolak mentah-mentah pria itu. Yaitu, dengan fakta bahwa Suho tak dapat memberikan keturuan bagi perempuannya. Istrinya meninggalkannya karena hal itu. Semua wanita yang dijodohkannya pergi karena ketidak mampuannya dan pria dewasa itu mulai menutup diri juga hatinya untuk para wanita lain mendekatinya. Dirinya tidak ingin mengambil resiko untuk tersakiti karena perkataan rendahan mereka.

Tapi, ada satu perempuan yang harus dikecualikan. Bunda. Iya! Hanya Bunda. Di umur yang ingin menginjak kepala empat ini, Suho benar-benar tidak memikirkan bagaimana hidupnya berjalan dengan pasangan yang menemaninya. Namun, hal itu berubah saat Bunda menampakkan dirinya pertama kali di ruangan BK itu. Cantik, manis, lembut, berwibawa, dan sangat luar biasa. Suho ... jatuh cinta lagi (?) Tapi sungguh dia tidak bisa membuang pikirannya tentang Bunda kala itu.

Berbicara tentang Bunda. Entah kenapa Suho senang saat tau wanita itu adalah single parent. Bunda adalah wanita yang berbeda di matanya. Dari semua wanita yang menjauhi Suho ketika tau mengenai fakta yang dirinya miliki, hanya Bunda yang masih bersikap biasa dan tidak mempermasalahkan hal itu. Kehadiran ketujuh anak Bunda pun memberikan banyak kehangatan baginya. Membayangkan bagaimana jika dirinya dikelilingi dengan anak-anak yang memiliki tingkah ajaib seperti mereka.

"HEH!"

"Hihhh! Pa! Ngagetin, kenapa sih? Gak dikasih jatah sama Ibu?"

"Bener-bener cocotnya harus masuk sekolah lagi, ya!"

"Aduuuh, Pa!" Suho berteriak sakit karena mulutnya yang ditarik kencang oleh Dimas, sang Papa yang tidak memiliki 'adab' itu.

"Kamu tuh yang kenapa. Senyum-senyum teruuss."

"Kepo deh. Orang tua gak boleh tau."

"Gak nyadar diri! Kamu juga udah tua, ya!" Suho mendelik dengan fakta yang disebutkan pria yang lebih tua itu.

"Udah ah! Ganggu aja ah! Sanaaaa hushh hussh!"

"Kurang ajar nih anak. Oh... jangan-jangan niihh," Papa menaik turunkan kedua alisnya untuk menggoda Suho yang sekarang mendelik sebal ke arahnya.

"Apasih, Pa! Aaah sanaaa! Ibuuu!!"

"Shhhttttt! Diem! Ibumu lagi ngambek."

"Oh... ceritanya lagi ngumpet biar gak ketauan?" Papa mengagguk mengiyakan "Oalah, IBUUUU!! PAPA DISINI, NIH!"

Mahawira Diaries [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang