Kumpul

425 46 0
                                    

Abstrak is here, yippiieeeee yeey!!

Selamat Menyelam ke dunia Mahawira

Selamat Menyelam ke dunia Mahawira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kojun!! Bantuin Nalesh, dong!"

"Apa? Ngapain?"

"Sini ke dapur. Bantuin Nalesh potong tempe, mau bikin tempe garing, nih!"

"Iyaa iyaaa bentar."

"BURUAAAN KOJUN!"

"BUSET, IYAAA!"

Jeno terkekeh mendengar teriakan yang Juna keluarkan. Nalesh yang berada di dapur sudah meringis karena dirinya yakin tidak lama lagi Juna akan berceramah selama ceramah subuh. Para Mahawira sekarang sedang berada di rumah, lagipula hari mulai gelap dan mereka tidak memiliki kegiatan lainnya diluar rumah.

Mark sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya di kamar, skripsi? Bukan tentunya. Kampusnya ini memberikan peluang untuk memilih apakah nilai akhir kampusnya berbentuk skripsi atau tidak, dan Mark memilih cabang entrepreneur sebagai pengganti skripsi. Ada juga cabang Sosial Project atau yang dikenal dengan projek sosial. Mark sebenarnya malas untuk sekedar berdiri karena sedang fokus mengurusi salah satu cabang kafe Bundanya, tapi dirinya berjanji akan turun untuk menikmati tempe goreng yang Nalesh buat. Ya! Nalesh meminta keenam saudaranya untuk berkumpul bersama di ruang keluarga.

Haidar sedang mengajarkan Jisung bermain game online di kamar duo bungsu. Sebaliknya, Ale sedang memainkan gitar Jeno di balkon kamarnya juga. Lagi, Jeno hanya sedang menikmati film favoritnya dengan tenang tanpa gangguan saudara-saudara lainnya.

"MAS!"

Ah! Baru saja Jeno bersyukur karena ketenangan yang dirinya dapatkan.

"Ish!! Mas Jeno!" Ale menghempaskan dirinya tepat di samping lelaki dengan tubuh yang lebih besar darinya itu.

"Apa, Le?"

"Kok Bunda belum pulang, ya?"

"Mana Mas tau. Emang Mas cenayang?" ucap Jeno cuek, masih memfokuskan diri pada film di depannya itu.

"Yakan bisa chat di grup gitu, Mas. Masa dari tadi gak ada kabar, mana udah malam lagi," gerutu Ale yang membuat Jeno membenarkan ucapan bungsu Mahawira di sampingnya ini.

"Oh iyaa yaa, Le."

"Tuh! Dasar gak pekaan."

Jeno buru-buru mengambil handphone yang ada di meja sampingnya. Mencari kontak Bunda dan menelponnya. Panggilan pertama tidak ada jawaban. Panggilan kedua juga tidak ada jawaban. Dan, hal itu membuat kedua lelaki yang ada di keluarga itu khawatir. Akhirnya, Jeno mencoba menelpon lagi Bundanya itu. Namun nihil, tidak ada jawaban juga dari Bunda.

"KOJUN!! Bunda di telpon gak jawab! Gimana, nih?!" Jeno berlari ke arah dapur diikuti Ale di belakangnya.

"Hah? Gimana?"

Mahawira Diaries [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang