Kafe

443 55 0
                                    

Abstrak is here, yippiieeeee yeey!!

Selamat Menyelam ke dunia Mahawira

Selamat Menyelam ke dunia Mahawira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini hari senin, hari yang paling dihindari oleh anak-anak Mahawira. Mark punya jadwal presentasi pagi ini. Juna juga harus presentasi bahan analisisnya. Jeno ada praktik yang nilainya harus A karena killer-nya dosen yang dia miliki. Haidar ada kuis pagi. Nalesh juga punya praktik sidang pagi-pagi buta. Sementara, duo bungsu memiliki jadwal ujian harian di pelajaran kedua nanti. Ah! Kalau boleh, mereka ingin menghapus 'senin' dari kalender mereka.

Bunda paling mengerti anak-anaknya yang akan sulit dibangunkan di senin pagi ini. Akan membutuhkan banyak tenaga untuk membangunkan mereka semua, jadi Bunda bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan terlebih dahulu agar mempunyai waktu lebih untuk membangunkan ketujuh buntutnya itu.

Benar saja! Tujuh laki-laki muda itu sulit dibangunkan. Dari mark yang hanya 'merem-melek' saat Bunda terus mengguncangkan tubuhnya. Juna dan Jeno yang hanya berdehem. Nalesh yang selalu menjawab 'nanti' saat suara Bunda memasuki pendengarannya. Haidar yang benar-benar tidak bergeming walaupun guncangan Bunda yang sangat hebat, benar kata Juna kalau Haidar lebih mirip orang yang sedang melakukan simulasi mati daripada tidur. Lagi, duo bungsu yang hanya duduk dan kembali tidur tanpa membuka matanya. Senin pagi memang pagi yang paling melelahkan untuk Bunda.

"Kids! Kalau kalian gak bangun, gak ada uang jajan yaa," ucap Bunda lantang yang sudah kepalang kesal karena tingkah ketujuhnya. Ayolah! Mereka bisa telat kalau begini.

"Heeeeemm," siapa lagi kalau bukan Jeno yang selalu berdehem.

"Bunda beneran loh," oh ya, sekarang Bunda ada di dalam kamar si kembar karena Mark yang sudah bangun dan sedang membangunkan duo bungsu Mahawira di kamar sebelah.

"Apa Bun? Uang apa?" tanya Nalesh dengan tanpa kesadaran.

"Kita gak dikasih uang jajan kata Bunda. Ya kan, Bun?"

"....."

"HAH?! EH! JANGAN DONG BUN," tampaknya hanya Juna disini yang berhasil menarik kembali kesadarannya "BANGUN WOY! BANGUUN HAIDAAR! Hehehe, Udah Bun, Kojun aja yang bangunin mereka yaa," ucap Juna lagi.

"Ha ha, he he. Udah buruan bangunin, nanti kalian telat," Bunda meninggalkan kamar si kembar dengan Juna yang membangunkan ketiga kembar lainnya grusukan.

"KOJUN BUSET DAH!

"SABAAR KOJUN, HEEET!"

"AAAAA KOJUN, KDRT!!"

"BUNDA! KITA DIJADIIN KORBAN PERCOBAAN PEMBUNUHAN SAMA KOJUN AAAA!"

"BANGUN MAKANYA! NANTI GAK ADA DUIT, NYAHO LU PADA!"

Oke! Bunda benar-benar pening sekarang.



Setelah sesi bangun-membangunkan itu, anak-anak Mahawira tentunya akan sarapan bersama. Bunda selalu meminta anak-anaknya untuk selalu makan bersama jika memiliki waktu. Ya seperti biasa, jika ketujuhnya berada di satu tempat yang sama, mustahil akan ditemukan ketenangan disana. Bunda memang sudah lelah melihat kelakuan mereka, tapi Bunda juga senang dengan keramaian yang dibuat ketujuh anaknya ini. Bunda tidak merasa sepi.

Mahawira Diaries [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang