Ruang BK

872 67 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini menjadi pagi yang biasa saja untuk keluarga Mahawira.

Si sulung Mark sudah berangkat ke kampus pagi-pagi sekali. Kembar Mahawira juga sudah berangkat setelah sarapan. Bunda sedari malam sampai pagi ini selalu menerima panggilan telepon karena pesanan yang mebludak untuk weekend nanti. Tinggalah bungsu-bungsu Mahawira yang masih dengan santainya memakan sarapannya.

Ini masih jam setengah tujuh, tapi tak tau kenapa para kakak dan Bundanya sudah sangat sibuk. Jeno dan Nalesh ada praktik yang membuat kedua kembaran lainnya juga harus berangkat pagi buta. Bunda tentu saja sibuk, tapi Mark? Apa kabar pagi-pagi sudah keluar rumah? Padahal yang namanya mahasiswa 'tua' pasti berat untuk hadir di kelas.

"Le, lu udah bilang Bunda?"

"Ya belum lah."

"Kok, lamaaaa!? Udah tiga hari lewat ini tuh."

"Bentar, Ji. Duh, gue tuh masih deg-degan tau gak sih. Takut Bunda gak ngizinin."

"Ish! Kan gue udah bilang, Bunda tuh pasti bakal ngebolehin."

"Udahlah, Ji," Jisung diam, begitu pula Ale

"......"

"Seleksi berikutnya kapan?" tanya Jisung lagi

"Minggu depan."

"Itu ngapain?"

"Karena gue daftar di nyanyi, jadinya gue harus nyanyi."

"Dimana?"

"Kirim video dulu."

"Oh gitu. Semangat," ucapan Jisung masih datar setelah sesi hening tadi.

"Lu kenapa sih!!" Ale kesal sendiri dengan sikap Jisung sekarang.

"Gue. Gregetan. Sama. Lu," ucapnya menekan setiap kalimat yang dikelurakannya.

Ale memandang aneh dan mengangkat satu alisnya. Merasa heran "Dih? Kenapa lu?"

"Tinggal bilang aja susah amat," ucap Jisung yang melenggang pergi setelah memakai sepatunya.

"HEH! Kok ngamuukkk?!" Ale menyusul Jisung dan tak lupa mengunci pintu rumah.

"Kakak gue mau jadi idol Korea. Ya pasti, gue excited lah!" ucapan Jisung di luar pagar membuat Ale lagi-lagi tersenyum.

Gedung bertingkat tiga dengan cat putih dan biru yang mendominasi adalah tempat tujuan kedua bungsu Mahawira itu. Sebenarnya, Jisung ingin sekali protes dengan keadaan cat putih itu, ayolah! Warna putih itu pasti cepat kotor.

"Kepala sekolah batu banget. Dibilang ganti cat malah ditambal terus," gerutuan Jisung mendapat delikan tajam dari orang disampingnya "Why? Gue bener dong, Le. Daripada ngabisin duit kayak gitu. Hih! Gak pernah belajar ekonomi nih bapaknya."

Mahawira Diaries [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang