Bab 8 - Kalah Lagi

2.3K 240 19
                                    

Hai...

Siap buat baca bab ini?

⚠️ Harsh Word ⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Percayalah tidak semua orang peduli dan menganggap hadir lo itu penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Percayalah tidak semua orang peduli dan menganggap hadir lo itu penting. Mereka ada hanya untuk sebatas formalitas."

- Nestapa Hema bab 8 -


Tinit... Tinit... Tinit...

Jam weker digital di atas nakas berbunyi nyaring memenuhi seluruh ruang kamar. Di dalam kamar yang didominasi berwarna silver dan hitam ini, terlihat Hema yang entah sejak kapan membuka kelopak matanya.

Sebelah tangan cowok itu meraba ke samping, berusaha untuk mematikan jam yang terus saja berbunyi nyaring.

Setelahnya, cowok itu menarik selimut hingga sebatas leher. Wajah cowok itu dipenuhi oleh keringat dingin. Rona pada bibir cowok itu tampak sangat pucat.

Entah mengapa sejak kejadian dua hari lalu dimana dia kedinginan akibat kehujanan, Hema jadi lebih sering merasa lelah, kepalanya
sering merasa pening, dan terkadang merasa sesak hanya untuk sesaat.

Namun, Hema tidak menghiraukan hal itu. Mungkin efek kehujanan, dan kecapean, begitu pikirnya.

Pagi ini kota metropolitan dibalut kabut dan hawa sejuk. Sudah semalaman bumantara menangis menumpah ruahkan segala lukanya ke permukaan. Hujan yang semalam turun kini menyisakan rintik hujan yang jatuh membasahi bumi.

Hema menghirup napas dalam lalu menghela napas panjang. Dada sebelah kirinya terasa bergemuruh. Deru napasnya tercekat untuk beberapa saat.

Secara perlahan dia bangkit, mengesampingkan selimut tebalnya.
Cowok itu duduk menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur.

Kelopak matanya mengerjap beberapa kali hanya untuk sekadar mengatur cahaya yang menelisik.

Wajah Hema terlihat sedikit pucat dan ditambah dengan kerutan hitam di kantung matanya. Jujur, dia merasa masih mengantuk mengingat dia baru tidur selama dua jam lebih.

"Gue tau lo lagi sakit, tapi kali ini tolong jangan mundur! Lo harus ikut ulangan harian, Hem." Hema bermonolog menyemangati diri sendiri.

Dengan susah payah dia beranjak seraya berpegang erat pada sisi meja--membantunya untuk bangkit.

Hema berdiri di sisi kasur. Cowok itu langsung menggeleng pelan ketika fokusnya menghitam, dunianya seperti berguncang, rasa pening di kepalanya kian terasa.

Nestapa Hema  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang