Bab 9 - Mana Hasilnya?

2.2K 247 25
                                    

Siap buat baca bab ini?

Jangan lupa sediain stok kesabaran  😬

⚠️Crime Scene⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Seniat apapun orang buat berubah, kalau pikiran sama hatinya masih ada di kenangan masa lalunya, orang itu nggak akan pernah bisa sepenuhnya berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Seniat apapun orang buat berubah, kalau pikiran sama hatinya masih ada di kenangan masa lalunya, orang itu nggak akan pernah bisa sepenuhnya berubah."

Nestapa Hema bab 9 —

Sudah memasuki minggu ke dua pergantian bulan. Bumi seakan berotasi dua kali lebih cepat. Waktu terus bergulir tiada henti, tanpa sudi memberi jeda untuk membenahi diri sendiri.

Tidak ada banyak yang berubah. Jaramg sekali keberuntungan hadir. Dunia seakan membisu. Padahal detik ke detik terus bergulir.

Hari ini tepatnya di sore yang cerah. Sepanjang mata memandang, Hema hanya melihat bentangan tanah lapang berwarna hijau yang ditumbuhi oleh rumput tampak berkilau dengan pantulan cahaya mentari.

Sepoinya angin di sore ini berhasil menerbangkan anak rambut Hema yang kini tengah duduk di pinggir lapangan menikmati setiap moment berharga yang paling ia sukai.

Sudah hampir satu jam lamanya Hema duduk menikmati waktu bergulir. Ditemani dengan dua bungkus rokok yang kini hanya tersisa sebungkus.  Cowok yang memakai hoodie hitam itu tersenyum hangat melihat anak-anak bermain riang bersama teman-temannya.

Di lapangan ini terdengar berbagai macam jenis suara bising yang saling sahut-menyahut.

"Oper bolanya oper!" 

"Kena! Kamu jaga!"

"Nggak aci! Masa kamu sama Tere, aku sama Dina?"

Kedua sudut bibir Hema tertarik. Rasanya sangat membahagiakan melihat anak-anak bermain bebas tanpa ada jangkauan ponsel.  Dia seperti kembali ke masa kecil.

Ah, omong-omong soal kehadiranya di lapangan dekat pekarangan rumah Jendra ini semuanya sudah dia rencanakan kemarin malam.

Dengan handalnya Hema mengaramg cerita kepada Joan dengan alasan ingin mengerjakan tugas kelompok. Dia juga sudah bersekongkol kepada sahabatnya untuk mengarang sedemikian rupa sesuai apa yang sudah Hema rencanakan. Licik bukan? Memang dasar Hema.

Tidak ada yang spesial dari kehidupannya. Hema sama seperti murid pada umumnya. Hanya saja yang menjadi pembeda, Hema selalu kalah dalam mengejar angka walau pada kenyataannya dia sudah belajar giat.

Nestapa Hema  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang