Bab 23 - Bukan Salah Hema

2.8K 237 26
                                    

HAI...

Di bab ini isinya full tentang masa lalu Hema empat tahun setelah kepergian Marva. 

So please be wise and enjoy

⚠️Crime Scene + Harsh Words⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Berhenti menyalahkan sesuatu hal yang bukan  kesalahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhenti menyalahkan sesuatu hal yang bukan  kesalahannya."

- Nestapa Hema bab 23 -

JAKARTA, 21 DESEMBER 2018

Waktu bergulir tanpa terasa enam bulan sudah berlaru sejak kepergian Marva ke London. Keadaan di rumah masih tidak ada yang terlalu  berubah. Kala itu, Hema sama sekali belum mendapatkan tekanan yang berlebih dari Joan. 

Hanya saja, pemantauan terhadap penilaiannya lebih sedikit terpantau oleh Joan. Pembatasan jam pulang sekolah, hingga waktu les untuk mempersiapkan UNBK sebelum hari kelulusan, Joan tekankan kepada Hema.

Sejak Marva tidak lagi di rumah, kakak beradik itu  saling mengirim pesan satu-sama lain. Pagi, siang, hingga malam masih mereka lakukan. Topik pembicaraan ringan Hema kirimkan untuk menghilangkan rasa sepi. 

HIngga tiba waktunya dimana Hema mendapatkan kabar mengejutkan yang tidak pernah diharapkan.

Sebuah panggilan telepon yang memberitahukan bahwa putra sulung keluarga Naratma, Marva Naratama telah mengalami kecelakaan beruntun dan  kini jasadnya hilang belum ditemukan.  Kecelakaan beruntun yang menewaskan puluhan orang itu bahkan sampai tembus ke media internasional.

Bagaikan ledakan petasan bom yang meletus di udara,  Joan, Henita, dan Hema yang malam itu tengah berkumpul di ruang keluarga berhasil dibuat bungkam seribu bahasa. Jantung mereka berdebar luar biasa merasa kalut dan terkejut. 

Detik kemudian, Joan langsung beranjak bergegas mengemasi barang ala kadarnya dan segera memesan tiket penerbangan menuju London.  Sementara Henita, ah.. ibu dua anak itu membisu di tempat. Pikirannya berusaha menepis bahwa semua kabar yang ia dengar tidak benar. 

Air mata tanpa permisi jatuh membasahi kulit pipi.  Melihat itu, Hema berpindah posisi mendudukkan diri di sebelah Henita. 

"Ma..."

Tatapan Henita beralih menatap Hema. 

"Hema, bilang sama Mama kalau semua itu bohong,"  lirihnya.

Nestapa Hema  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang