Bab 12 - Hari Itu

2.1K 239 32
                                    

Hi....

Tanggal berapa kamu baca bab
ini?

Happy Reading (⌒o⌒)

"Selalu ada angan di setiap penantian tentang kepulangan seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selalu ada angan di setiap penantian tentang kepulangan seseorang."

- Nestapa Hema bab 12 -

Pada kenyataannya memang benar, semesta tidak akan pernah sudi menghentikan waktu hanya untuk menunggu kita sembuh dari luka penuh nestapa.  Waktu bergulir tanpa peduli akan hari yang kita lalui.

Sudah seminggu berlalu sejak kejadian Hema dikroyok habis oleh anak geng motor berandalan. Beruntung sepulang dari klinik, Henita membantu Hema menjelaskan semuanya kepada Joan dengan karangan alur yang dibuat-buat.

Malam itu, tepatnya pada pukul sepuluh malam selepas hujan deras mereda. Di ruang keluarga terlihat Henita dan Hema yang duduk berhadapan dengan Joan.

Suasana yang jauh lebih hening dan sejuk ini mampu membuat bulu kuduk siapa saja yang ada di tengah-tengah sana meremang. Jujur  perasaan khawatir disertai takut  menyelimuti relung hatinya.

Sangking takutnya, Hema sampai tidak berani menatap wajah Joan yang terlihat  tengah menahan amarah. Cowok itu membeku dengan wajah tertunduk dalam.

Hingga detik kemudian, suara berat Joan menginterupsi atensi mereka berdua.

"Mau sampai kapan kalian berdua bisu seperti ini?"  tanyanya dengan sarkas.

Seketika Henita langsung menatap wajah Joan.

"Mas, soal kejadian ini semua bukan salah Hema. Disini justru dia yang menjadi korban salah sasaran anak sekolah lain pas lagi di jalan." Henita mencoba menjelaskan.

"Itu dia yang buat saya terpaku." Henita  tampak kebingungan.

Joan melipat melipat kedua tangan di depan dada. "Kenapa kamu yang menjelaskan semuanya?"

Paham akan hal itu, Hema dengan cepat menjawab, "Maaf, Pa. Semua salah Hema. Tadi, pas lagi di jalan pulang Hema berhenti dulu di warung kopi."

"Kenapa harus berhenti? Kamu mau beli rokok lagi? Iya?!" tanya Joan penuh kecurigaan. Hema langsung menggeleng.

"Hema cuma mau beli air, karena air minum di botol udah habis sebelum bel pulang," jawabnya.

"Demi apapun Hema beneran nggak tahu, Pa bakal ada anak sekolah lain yang mau tawuran di daerah situ."  Hema berusaha menyakinkan Joan.

"Mas udah dengar sendiri kan? Semua ini bukan salah Hema, putra kita tidak terlibat dalam tawuran antar pelajar yang kamu duga."

"Hema juga nggak tahu kalau di daerah situ rawan. Masa kamu nggak percaya sama putra kamu sendiri?" tambah Henita ikut  meyakinkan sang Suami.

Nestapa Hema  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang