Siap buat baca kelanjutan kejadian Evin dengan Hema??
Tanggal berapa kamu baca cerita ini?
⚠️Crime Scene⚠️
Happy Reading (⌒o⌒)
"Biarkan semuanya berjalan sesuai takdir. Kamu bukan pahlawan yang bisa menyalamatkan orang lain."
— Nestapa Hema bab 6 —
Di ruangan sepi yang jauh lebih sejuk dari biasanya, Hema membeku dengan mulut yang bungkam seribu bahasa. Cowok itu menatap kosong ke sudut ruangan. Pikirannya merajalela tidak terarah. Semua berantakan.
Dugaan-dugaan yang akan terjadi nanti terus saja menghantui pikirannya. Hema sungguh kalut. Terlihat dari sikapnya yang jauh lebih diam dengan jari telunjuk yang mematuki meja hingga biru.
Indera pendengarannya serasa disumpal oleh kapas tebal. Dia mengabaikan semua pembicaraan bu Yanti dengan guru BK di hadapannya. Sementara bu Mentari — selaku wali kelas tengah menelepon Joan—Papa Hema.
Demi apapun Hema sangat cemas. Hatinya bergemuruh hebat, peluh bahkan terlihat mengalir dari keningnya. Padahal ruangan ini terbilang cukup dingin.
Sementara itu, Dimas dan Tino bersantai ria duduk bersandar di sofa dengan satu kaki yang dinaikkan di atas paha sesekali dia berakting mengaduh kesakitan untuk mendapatkan perhatian.
"Baik Pa, kami tunggu kehadirannya di Sekolah. Iya..., baik, Pak. Mari..." Bu Mentari menutup sambungan telepon.
Wanita dengan kemeja batik coklat dan kerudung senada itu lantas beralih untuk kemudian duduk di sebelah Hema.
"Bisa kita mulai bu?" tanya bu Mita selaku guru BK.
"Maaf bu, sepertinya kita harus menunggu Evin agar bisa memberikan kesaksian, sekaligus menunggu kehadiran Bapak Joan," balas bu Mentari.
"Sssh..., bu kali ini saya beneran meminta keadilan bu, saya sakit hati banget setelah dipukulin sama Hema." Tino mengadu seraya melirih kesakitan.
Hema terkekeh. Bu Yanti yang melihatnya lantas menegur, "Mengapa kamu terkekeh seperti itu Hema? Apa yang lucu? Seharusnya kamu merasa menyesal."
"Untuk apa saya menyesal? Toh mereka juga pantas mendapatkannya. Mereka yang ingin merusak, mengapa saya harus merasa menyesal?"
"HEMA!" sergah bu Yanti.
"Iya, bu. Saya tahu di mata Ibu saya emang salah. Silakan Ibu beranggapan seperti apa yang ibu dengar, itu hak Ibu. Yang jelas saya sudah bilang bahwa semua yang terjadi bukan karena kesalahan saya." Hema dengan lugas berucap membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nestapa Hema [SELESAI]
Teen Fiction"𝑮𝒖𝒆 𝒃𝒆𝒏𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝒚𝒂?" : ft. Haechan Ini tentang Hema dan patah hati terbesar dalam hidupnya. Bagi Hema sebuah harapan yang hadir akan selalu menjadi akhir nestapa tanpa ada tanda-tanda kebahagiaa...