Bab 16 - Nestapa

2.2K 245 16
                                    

Hai...

Darimana kamu ketemu cerita ini?

Gimana alur nya?

⚠️Harsh Words⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Keegoisan yang menginginkan kebebasan itu, menghasilkan luka baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keegoisan yang menginginkan kebebasan itu, menghasilkan luka baru."

- Nestapa Hema bab 16 -

Derit gesekan antara roda brankar dengan lantai menggema di lorong rumah sakit. Banyak suster dan dokter yang membantu mendorong brankar. Atensi seluruh pengunjung rumah sakit tertuju ke arah pasien yang terbaring pada brankar.

Pasien itu adalah Hema Naratma Juniar. Dia terbaring lemah di brankar. Tubuhnya berkeringat dengan mata yang terpejam.

Saat tiba di lobi rumah sakit dengan Jendra yang membopong Hema dijaga langsung oleh Jevam sementara Renja berteriak meminta bantuan, beberapa perawat langsung bergegas mengambil brankar.

"Sahabat saya sesak napas, kata dia dadanya sakit, kebetulan tadi habis kena tendangan bola futsal," jelas Jendra dengan lugas kepada suster dan dokter magang.

Paham akan hal itu, seorang dokter magang berlari mengambil masker oksigen untuk kemudian memasangkannya kepada Hema.

Rona pada wajah Hema tampak sangat pucat pasi. Rasa sakit yang tadi mereka lihat sirna begitu saja. Renja, Jendra, dan Jevan hanya melihat kedamaian.

Dalam perjalanan tadi, kondisi Hema sangat mengkhawatirkan. Tidak ada sedetik pun baginya untuk bisa bernapas normal. Di dalam mobil hanya terdengar suara sesak, dan kalimat yang penuh kekhawatiran yang dilontarkan oleh sahabatnya.

Hingga pada akhirnya rasa sesak bercampur sakit pada rongga paru-parunya berhasil merenggut kesadaran Hema.

Cowok itu memilih untuk menyerah. Hema sudah tidak bisa menahannya. Dunianya gelap seketika beriringan dengan helaan napas panjang. Tangan yang semula mencengkeram erat kaos jersey-nya terkulai lemas.

Ketiga sahabat itu berusaha menyamai kecepatan brankar dengan langkahnya. Mereka sangat khawatir. Khususnya Renja. Saat ini dia menggenggam erat tangan Hema seolah tengah memberikan kekuatan.

Lelehan bening tidak dapat Renja tahan lagi. Karena jujur, sejak di mobil tadi Hema benera seperti orang yang sekarat.

"Jangan lama-lama pingsannya, Hem. Gue mohon..."

Nestapa Hema  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang