Bab 13 - Keyakinan yang Berujung

2.1K 240 17
                                    

Hai...

Absen pakai emot kesukaan kalian dulu yuk!

️⚠️Crime Scene + Blood⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Bagaimanapun usahanya untuk terlihat bahagia, kalau hatinya sudah jatuh-sejatuhnya sampai hilang arah, dia tidak akan pernah bisa menemukan ketulusan dalam mencari kebahagiaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimanapun usahanya untuk terlihat bahagia, kalau hatinya sudah jatuh-sejatuhnya sampai hilang arah, dia tidak akan pernah bisa menemukan ketulusan dalam mencari kebahagiaan."

- Nestapa Hema bab 13 -


Selepas keadaan Hema mulai membaik, dua sejoli itu kini berdiri di terduduk di atas meja tidak terpakai. Suasana di sekitar sunyi membisu ditemani oleh semilir angin yang bertiup menerpa wajah. Keduanya sama-sama menatap lurus ke depan membiarkan imajinasinya berkelanan mencari kedamaian.

Cahaya mentari yang semula berterik terang kini mulai terhalang oleh gumpalan awan kelabu.

Dalam diam banyak sekali yang mereka pikirkan. Tentang masa depan, tentang langkah selanjutnya yang akan ditempuh, tentang potensi diri, tentang nilai yang naik-turun, dan masih banyak hal lainnya.

Kalau boleh jujur, terkadang di saat memikirkan masa depan yang tidak menentu seperti ini selalu saja terbesit keraguan terhadap diri sendiri. Entahlah, tapi memang itu yang mereka rasakan.

Seperti saat ini, ketika diamnya seorang Hema dapat sekali terlihat bahwasannya pemuda itu tengah bergelut dengan pikiran yang riuh, disertai dengan perasaan cemas.

Terpancar dari sorot matanya yang telihat sendu. Tidak ada sedikit pun ekspresi yang tertampil pada wajah pucat-nya.

Hingga bermenit-menit kemudian suara serak Jendra berhasil membuyarkan lamunan Hema.

"Jangan sakit." Jendra menoleh menatap Hema. Reflek empunya ikut menoleh menatap Jendra.

"Apapun yang lo laluin, jangan sakit. Lo harus sehat," tambahnya penuh penekanan.

Hema mengalihkan fokusnya menatap langit. Pemuda itu hanya diam membisu.

Jendra menyelipkan kedua telapak tangannya ke kantong celana.

"Omongan dokter minggu lalu soal-"
Ucapan Jendra terputus saat tiba-tiba Hema menyelak dengan tegas.

"Gue nggak sakit jen! Ngapain si lo bahas hal ini lagi?"

"Ya mau bagaimanapun ucapan dokter itu kan ada benarnya, Hem. Nggak mungkin tiba-tiba aja dokter itu saranin lo buat cek kesehatan secara menyeluruh di rumah sakit tanpa alasan." jelas Jendra.

Nestapa Hema  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang