Bab 10 - Menyeret Orang Lain

2.1K 255 21
                                    

Hi...

Udah siap buat kenal sama Hema lebaih jauh?
Udah siap lihat sikap Joan yang sebenarnya?

⚠️Harsh Words⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Dia adalah orang yang ingin sekali kehadirannya dianggap ada, dan memiliki makna berharga untuk orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia adalah orang yang ingin sekali kehadirannya dianggap ada, dan memiliki makna berharga untuk orang lain."

— Nestapa Hema bab 10 —

Beberapa saat setelah Joan menggotong Hema ke ruang kamar tamu, suasana di rumah tidak sepenuhnya damai. Sebab Joan masih sibuk meluapkan segala amarah yang terbesit dalam benaknya.

Bukan hal asing bagi pria itu melampiaskan segala amarahnya kepada siapapun. Khususnya kepada Henita.  Inilah Joan. Pria egois dengan sikap keras kepala, perfeksionis, tegas, dan mudah emosi.

Setelah bertahun-tahun Henita menikah dengan Joan, dia dapat memahami karakter sebenarnya dari pria itu. Joan sangat berbeda dari sebelumnya, dimana semuanya tampak berbanding balik dengan sikap awalnya sebelum menikah.

Yang menjadi ciri khas dari Joan saat marah adalah perubahan gaya bahasa yang digunakan. Joan akan berbicara formal yang terkesan memaksa dan sangat tegas.   Selain itu tatapan Joan akan berubah menjadi lebih dingin dan menusuk hingga membuat siapa saja merasa takut saat menatapnya.

Tak jarang Henita menjadi bulan-bulanan pelampiasan amarah Joan setiap kali Hema melanggar peraturan ketat di rumah. Bahkan Joan tanpa segan memukul Henita agar berhenti membela putra bungsunya. Beringas bukan?

Akan tetapi, sangat disayangkan sikapnya ini hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya saja. Sebab Joan adalah tipikal manusia yang sangat handal berpura-pura di depan banyak orang.

Setelah Joan melampiaskan amarahnya kepada Henita hingga menimbulkan kekacauan dan kerusakan di rumah,  di sinilah sekarang Joan. Di dalam ruang kamar tamu.

Berdiri di sebelah ranjang seraya menatap sendu tubuh Hema yang entah sejak kapan semakin terlihat kurus.   Sudah bermenit-menit pria itu berdiri mematung. 

Kalau boleh jujur, saat ini pikiran dan perasaannya saling bertentangan.  Rasa bersalah menyelimuti lubuk hatinya.

Akan tetapi, pikirannya terus saja menentang rasa bersalah dalam benaknya. Semua yang dia lakukan semata-mata hanya untuk Hema. Tidak ada yang salah dalam hal ini, begitu pikirnya.

Joan menyisipkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana seraya menghela napas panjang.

"Yang Papa lakukan semua demi kamu, Hema." Joan berujar.

Nestapa Hema  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang