Haii...
Welcome back⚠️Crime Scene + Harsh Words + Blood⚠️
Happy Reading (⌒o⌒)
"Pada akhirnya ucapan keyakinan itu tidak akan pernah bisa mejamin takdir yang akan menentukan alur kehidupan."
- Nestapa Hema bab 22 -
Derasnya hujan yang sedari tadi mengguyur kota metropolitan perlahan mulai mereda, menyisakan rintik yang terdengar syahdu di indera pendengaran. Rintik demi rintik bulir yang jatuh membasahi seakan menjadi lagu pengantar tidur yang menenangkan.
Langit semakin menggelap di luasan angkasa. Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Aktivitas di luar ruangan perlahan mulai membisu. Ramai yang menyeruak kini berubah menjadi sepi yang menemani.
Di dalam ruang latihan karate indoor yang luas dan sepi, terlihat Jendra yang sedang kalut. Pemuda yang memakai seragam karate putih bersabuk hitam kebangaannya itu duduk di atas perut Marva sambil melayangkan bogeman telak yang menghantam wajah empunya tanpa ampun.
Sorot matanya terlihat melotot dipenuhi dengan api kemarahan yang memuncak, rahangnya terlihat tajam mengeras, urat nadinya menyembul di leher, deru napasnya menggebu-gebu tanda amarah yang meletup.
Sementara di bawahnya, Marva tampak pasrah. Tidak ada perlawanan apapun. Pukulan demi Pukulan Marva terima tanpa menggubris sedikitpun. Wajahnya sudah sangat lebam kebiruan, di sudut bibir cowok itu bahkan terlihat darah sudah mengalir.
DI tengah hantaman yang tak kunjung henti didapatkan, tawa Marva justru menggelegar sesekali bersedesis nyeri menahan sakit. Dia menertawakan semua keputusan bodohnya yang memilih untuk kabur.
"Jen, kata lo Hema..., lagi diapain ya sama Bokap gue?"
Kepalan pada telapak tangannya semakin erat hingga memerah gemetaran.
"Tutup mulut lo brengsek!"
Mata sayu Marva perlahan terbuka, lelaki itu masih saja tersenyum semringah tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"Iya gue brengsek! Gue pengecut! Gue payah! Gue egois! Gue suruh Hema panggil nyokap di dalam..., buat temuin gue..., Tapi hasilnya..., justru gue yang lari." Marva terkekeh miris. Dadanya bergemuruh hebat merasa sesak bukan main. Ck! Rasa bersalah ini terlalu menyiksanya.
Beberapa menit lalu, Marva datang ke tempat latihan karate yang biasa Jendra gunakan untuk mengajar anak-anak. Kebetulan malam ini Jendra ada jadwal mengajar karate sehabis Isya, dan tentu saja hal ini membuat Jendra akan pulang larut malam karena harus merapikan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nestapa Hema [SELESAI]
Teen Fiction"𝑮𝒖𝒆 𝒃𝒆𝒏𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝒚𝒂?" : ft. Haechan Ini tentang Hema dan patah hati terbesar dalam hidupnya. Bagi Hema sebuah harapan yang hadir akan selalu menjadi akhir nestapa tanpa ada tanda-tanda kebahagiaa...