Hai...
Adakah yang masih ingat dengan Hema Naratma Juniar?
Aku mau tuntasin cerita ini dulu
Happy reading (⌒o⌒)
"Tugasnya telah selesai, nestapa telah terganti oleh kebebasan yang ia harapkan, dan kini rumah baru telah mereka dapatkan."
— Nestapa Hema Epilog —
Matahari secara perlahan mulai meninggi di angkasa. Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi.
Suasana pagi ini masih diselimuti oleh tangis pilu sanak saudara beserta teman dekat almarhum Marva dan Hema. Tidak terkecuali Henita. Banyak para tetangga yang berdatangan khususnya kaum lelaki yang hendak menyolatkan jenazah.
Wanita itu terus-menerus duduk di celah kedua putranya yang sudah di kafani seraya menangis sesegukan. Matanya bengap karena semalaman menangis, bibirnya pucat pasi, dan dia sudah seperti mayat hidup yang kehilangan semangat.
Dua pelita yang selama ini ia besarkan harus berpulang dalam waktu yang bersamaan. Sungguh kenyataan pahit yang tidak pernah ia harapkan.
Terlebih rasa penyesalan yang melekat dalam diri. Ingatannya terus saja memutar tentang Hema yang meyakinkan dirinya kalau Marva masih hidup.
Tentang Hema yang harus dipaksa pergi ke rumah sakit jiwa karena diyakini memiliki gangguan jiwa. Padahal, semua yang putra bungsunya yakini benar adanya.
"Ma percaya sama Hema, Abang masih hidup Ma."
"Ma Hema nggak gila, tolong bawa Hema pergi dari sini. Hema takut Ma..."
"Ma, tadi ada Abang yang anterin Hema."
Derai air mata semakin landai jatuh meluruh. Henita tertunduk dalam.
"Maafin Mama Hema, maaf ..., karena Mama..., hiks..., nggak pernah percaya..., sama omongan kamu. Maaf..."
"Anak Mama kenapa..., kenapa harus seperti ini kamu membuktikannya?"
Henita memukuli dada nya yang terasa sesak bukan main. Wanita itu memberontak, berteriak, dan menangis histeris.
Jendra menjadi orang yang pertama melangkah mendekati Henita. Ia duduk di hadapan wanita itu.
"Tante, udah ya? Ayo bangun Hema sama Bang Marva harus segera di kebumikan. Tolong ikhlas Tan..."
"Nggak! Nggak boleh! Saya masih mau Hema disini! Jendra tolong..., tolong bangunin putra tante Jen!"
Joan yang baru saja tiba setelah nengambil nisan pesanannya tadi malam menatap ke arah Jendra seraya mengangguk.
Setelahnya Jendra bangkit memberikan ruang untuk Joan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nestapa Hema [SELESAI]
Teen Fiction"𝑮𝒖𝒆 𝒃𝒆𝒏𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝒚𝒂?" : ft. Haechan Ini tentang Hema dan patah hati terbesar dalam hidupnya. Bagi Hema sebuah harapan yang hadir akan selalu menjadi akhir nestapa tanpa ada tanda-tanda kebahagiaa...